Anggun Cipta Sasmi dan Kartini

Bukan agama yang menilai kebaikan orang, tetapi kelakuan orang itu sendiri.

Selasa, 11 Mei 2021 | 06:15 WIB
0
196
Anggun Cipta Sasmi dan Kartini
Anggun C. Sasmi (Foto: liputan6.com)

Perbincangan di medsos kayaknya paling ngehit soal agama, kemudian politik (kekuasaan), yang keduanya lebih pada soal keberpihakan. Selebihnya cem-macem, yang kayaknya lebih disengaja sebagai antitesis, atau pembanding.

Seperti mamerin yang ingin dipamerin, dari kuliner, mebelair, karya seni, buku, cucu, guyonan internal, dan tentunya selfi ataupun wefi.

Itu mungkin sebabnya, bangsa Indonesia disebut bangsa religius, tapi juga sekaligus mudah tersulut konflik karena politik patron-client yang kuat.

Ujaran kebencian dalam hal agama, dahsyatnya bukan karena disulut oleh yang awam, atau mungkin yang kafir. Tapi jsuteru cenderung disulut oleh mereka yang berkecimpung sebagai ‘ahli’ agama.

Ujaran kebencian dan intoleran, lebih dipicu dari penceramah dan relawan agama. Yang kadang, orang dalam posisi awam, umat jelata (kalau rakyat jelata kesannya sekuler), dalam berbagai tanggapannya, kadang sadis, lebih tampak memahami apa itu toleransi dan memiliki religiusitas lebih sentausa.

Tetapi status sosial seseorang, memang bukan jaminan kukuhnya iman dan pengetahuan seseorang.

Senyampang itu, sayangnya, mereka yang berada di ranah kekuasaan (politik), justru acap menjadi penumpang gelap dari (kepentingan) agama.

Itu yang membuat para agamawan jumawa, bahwa mereka bisa di atas angin. Keduanya berkelindan kayak dua gajah berkelahi pelanduk mati di tengah.

Negeri ini, cilakanya, masih didominasi penguasa oportunis, yang memakai kekuasaan sekuler untuk kepentingan agamanya, yang hal itu menjadi persoalan bagi negeri yang bukan saja beragam kebudayaannya, melainkan juga beragam tingkat dan jenis keyakinannya.

Karena kalau kita ngomong kesejatian, sesungguhnya satu dan lain hal tak ada beda. Karena bukan soal pakai bra atau nobra, melainkan adakah engkau masih bermasalah dengan dirimu?

Jika masih, maka engkau akan jadi masalah bagi orang lain. Ya, karena kamu lebih sering memasalahkan orang lain daripada dirimu yang bermasalah itu.

Dari sejak Kartini hingga Anggun C Sasmi pun, kebenarannya sama.

“Betapa agama menjauhkan kita dari dosa, tapi berapa banyak dosa yang kita lakukan atas nama agama?” bertanya Kartini.

Dan ketika Anggun menyanyikan lagu gereja di Vatikan, beberapa orang meributkan bahwa dia Islam, kok melakukan hal itu?

“Bukan agama yang menilai kebaikan orang,” jawab Anggun, “tetapi kelakuan orang itu sendiri…” 

@sunardianwirodono