Hari ini kita dikagetkan dengan penangkapan John Kei, tokoh asal Maluku. Polisi menetapkan John Kei, yang masih bebas bersyarat dari Nusakambangan, sebagai tersangka pembunuhan berencana.
Di tengah sentimen publik terhadap bekas narapidana, saya ingin menulis kisah napi yang ingin hidup normal. Menjadi manusia yang baik dan taat hukum. Berhikmat bagi keluarga dan sesama.
Maafkan saya karena memposting foto ini. Kurang sopan. Tapi inilah realitas dalam sel penjara yang panas dan pengap. Kami kerap bertelanjang dada, hanya mengenakan celana pendek selutut. Terutama saat matahari tengah menyengat bumi.
Di foto ini, selain saya dan Darmawan Sepriyossa Asli, adalah napi "kelas berat". Hukuman mereka ada yang 20 tahun. Jangan tanya kasusnya. Pokoknya kelas berat. Tapi mereka memetik hikmah di penjara. Saya mengenal mereka sangat dekat. Setelah bebas, mereka menjadi sosok yang berbeda.
Jay, misalnya, kini bersama saya mengelola bisnis Ikan Bakar Maknyusss! di Kalibata. Pandemi Covid-19 tak menyurutkan tekadnya untuk berjuang di bisnis kuliner. "Saya ingin jadi orang baik. Syukur kalau bisa sukses," ujar Jay. [Bagi yang ingin membantu Jay, silakan pesan pelbagai pilihan menu di Gofood Ikan Bakar Maknyusss! Kalibata. Dijamin maknyusss!].
Di sebelah saya namanya Pak Heri. Dia kini mengelola lahan parkir di Mampang, Jakarta. Sebelum pandemi Covid-19, saya kerap mendatanginya. Sekadar menjaga silaturahim dengan kawan satu blok di Penjara Cipinang. Tapi, jangan berharap bertemu dengannya saat azan salat wajib. Tak akan menjumpainya. "Dia sedang salat di masjid, tak jauh dari sini," ujar anak buahnya.
Begitulah. Banyak alumni penjara yang kini menjadi lebih baik. Mereka meninggalkan perilaku tak terpuji yang pernah ada. Badannya bisa jadi bertatto, tapi "tatto" di hatinya sudah [mulai] dihapus.
Satu kalimat yang kerap terucap: Beri Kami Kesempatan ...
Foto: Kami di sel Penjara Cipinang. 2018***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews