Antara Gaib dan Ilmiah

Umat Islam pernah berada di garis depan ilmu pengetahuan dunia. Dan semoga semangat itu akan terus kita pegang, agar kita tidak menjadi umat yang terbelakang.

Rabu, 19 Februari 2020 | 17:25 WIB
0
274
Antara Gaib dan Ilmiah
Ilustrasi gaib (Foto: suara.com)

Ajaran Islam itu mewajibkan kita umatnya untuk percaya hal-hal gaib. Misalnya percaya akan adanya malaikat, iblis, atau hal-hal di luar nalar yang memang Allah kehendaki. Namun di sisi lain, kita juga harus sangat ilmiah. Seperti apa?

Umat Islam diajarkan untuk menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Di luar ilmu pengetahuan yang ilmiah, kita tak boleh percaya dengan hal gaib lain yang bisa membawa kita percaya akan adanya "kekuatan lain" selain Allah swt.

Misalnya saja, umat Islam diharamkan untuk percaya ramalan. Ramalan yang seperti apa? Ramalan yang tidak ada dasar ilmiahnya. Ramalan zodiak, ramalan shio, ramalan dukun, ramalan garis tangan, atau ramalan apapun yang tak punya dasar pengetahuan, tidak boleh dipercaya oleh umat Islam.

Sedangkan untuk ramalan cuaca oleh BMKG, apakah umat Islam boleh percaya? Boleh. Meski tak 100% selalu benar, ramalan cuaca oleh BMKG ini boleh dipercaya karena itu berdasarkan pada ilmu pengetahuan, bukan hal gaib dari "kekuatan lain".

Ramalan para ahli ekonomi yang didasarkan oleh data statistik, ramalan dokter tentang kesehatan pasien, ramalan ahli geologi tentang kandungan minyak, atau ramalan ahli pertanian tentang hasil panen, itu semua boleh kita percaya karena ada disiplin ilmu yang mendasari ramalan tersebut.

Dalam Islam, kita boleh percaya ramalan yang berdasarkan ilmu pengetahuan tersebut sebagai bagian dari ikhtiar kita menjalani hidup. Kita percaya mobil akan rusak jika tidak dirawat, kita percaya tanaman akan mati jika tak diberi pupuk, dll.

Namun, di saat yang sama, kita juga diajarkan untuk menerima "hasil akhir" sebagai keputusan Allah. Apapun hasil akhir yang terjadi merupakan hak Allah untuk memutuskan. Itulah yang kita imani dalam ajaran qada dan qadar.

Ajaran itu menunjukkan betapa Islam sangat mengajarkan kita untuk berilmu pengetahuan. Di luar hasil akhir yang kita sandarkan pada takdir Allah, kita diajarkan untuk berusaha dengan pengetahuan yang ilmiah. Kita dijauhkan dari hal-hal yang sekadar mitos, apalagi mistis.

Begitu juga tentang informasi. Kita tak boleh "asal percaya" sebuah berita tanpa tahu sumber informasinya. Termasuk informasi yang menyebar lewat media sosial. Mari kita teliti dulu sebelum kita mempercayai sebuah informasi atau sebelum menyebarkannya.

Umat Islam sudah seharusnya jauh dari hoax karena kita diajarkan untuk selalu menggali informasi. Kita disuruh "membaca". Tidak asal percaya. Tidak asal share.

Umat Islam pernah berada di garis depan ilmu pengetahuan dunia. Dan semoga semangat itu akan terus kita pegang, agar kita tidak menjadi umat yang terbelakang.

***