Hanya ustad gadungan yang tidak bisa ditangkap karena punya previllege atau keistimewaan tersendiri di mata jamaahnya.
Ada tentara (TNI) gadungan, ada polisi gadungan dan ada ustad gadungan. Ketiganya mempunyai kesamaan yaitu sama-sama gadungan.
Apakah perbedaannya dari ketiganya sekalipun sama-sama gadungan?
Menjadi TNI dan polisi gadungan biasanya mempunyai motif bermacam-macam. Ada yang ingin tampil gagah dan dihormati. Ada yang niatnya biar bisa mendekati wanita atau gadis pujaan untuk dinikahi. Ada juga yang niatnya untuk menipu wanita atau gadis atau janda untuk meloroti hartanya dan melorotinya celananya alias tertipu luar dalam. Dan kasus yang ini banyak terjadi. Hartanya dikuras dan ditiduri oleh TNI gadungan atau polisi gadungan. Mendapat keuntungan ganda.
Syarat menjadi TNI gadungan dan polisi gadungan tidaklah sulit atau susah seperti menjadi anggota TNI dan polisi betulan yang melalui beberapa test dan proses seleksi. Syaratnya cuma yakin dan berani. Dan harus berdandan seperti anggota TNI dan polisi betulan. Tinggal potongan rambut cepak dan membeli baju ala TNI dan polisi plus asesoris atau pangkat. Semua itu mudah didapatkan di pasar atau koperasi. Setelah itu tinggal mencari sasaran.
Tapi ingat, namanya TNI gadungan dan polisi gadungan adalah sesuatu yang melanggar hukum dan bisa ditangkap atau diproses hukum kalau ada pihak-pihak yang dirugikan.
Belum lama ini di Pekalongan ada TNI AU gadungan yang mengaku berdinas di Bandung, namanya M. Saiful Muis. Ia menjadi TNI AU gadungan supaya bisa menikah siri dengan wanita pujaan. Anehnya, sang istri baru tahu dan melaporkan-kalau suami yang telah memberikan anak satu itu ternyata TNI AU gadungan.P adahal sudah menikah selama tujuh tahun. Benar-benar tertipu luar dalam. Apees....
Nah, sekarang apa bedanya dengan ustad gadungan?
Untuk menjadi ustad gadungan juga tidak terlalu sulit. Yang penting yakin dan berani bicara di atas mimbar. Supaya yakin sering-sering lah pekik takbir dan berani mencela atau memaki kepada pemerintah atau kepada kyai atau ulama beneran yang ilmu agamanya mumpuni.
Sama seperti TNI gadungan dan polisi gadungan yang harus memakai seragam militer atau polisi, maka ustad gadungan juga harus memakai jubah, asesoris juga harus lengkap untuk menambah kesempurnaan, tasbih harus selalu berputar di tangan, harus hafal dan fasih beberapa ayat dan hadist. Gaya bicaranya harus meyakinkan dan harus berani dan pekik takbir jangan sampai ketinggalan. Karena ini modal utama.
Biasanya ustad gadungan malah mendapat jamaah atau pengikut banyak dan sering diundang atau ditanggap di acara-acara tertentu atau pengajian. Dan terkadang ustad gadungan juga lebih mudah mendapatkan lawan jenis, karena biasanya ada yang terpesona olehnya. Baik itu gadis atau janda. Keuntungan materi juga pasti dapat.
Tetapi menjadi ustad gadungan masih beruntung, karena tidak bisa ditangkap oleh pihak berwajib yaitu polisi. Inilah bedanya dengan TNI gadungan dan polisi gadungan. Hanya ustad gadungan yang tidak bisa ditangkap karena punya previllege atau keistimewaan tersendiri di mata jamaahnya.
Mau jadi TNI/Polri gadungan atau ustad gadungan?
Jangan pilih dua-duanya!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews