Kita melihat sekarang ini berita-berita konferensi pers seorang pejabat bisa menjadi berita iklan (advertorial atau pariwara) sesuai pesanan PR Agency. Dan itu, sudah pasti, ada harganya.
Di kantor Balaikota hampir tiap hari Gubernur DKI Jakarta bikin konferensi pers untuk melaporkan informasi terbaru terkait soal coronavirus (Covid-19) di wilayah yang menjadi tanggungjawabnya.
Maklum saja. Sejak wabah coronavirus merebak dalam satu bulan ini, menurut data resmi dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Provinsi DKI Jakarta selalu berada di posisi puncak untuk kasus jumlah warga terbanyak dan jumlah warga yang meninggal dunia karena positif terinfeksi coronavirus.
Data resmi terakhir per Rabu 1 April 2020 kemarin tercatat warga ibukota yang positif terinfeksi coronavirus 808 orang dari total 1677 orang warga negara Indonesia yang positif terinfeksi coronavirus (48,18%). Selain itu tercatat 85 orang warga ibukota meninggal dunia dari 157 orang warga negara Indonesia yang meninggal dunia karena coronavirus (54,14%).
Fenomena yang sangat menarik dari konferensi pers Gubernur DKI Jakarta di Balaikota tentang coronavirus adalah judul berita (headline) yang nyaris sama persis di hampir semua media online yang memberitakan hasil konferensi pers itu.
Sebagai contoh judul-judul headline di media-media online hasil konferensi pers Gubernur DKI Jakarta di Balaikota pada hari Senin (30/3) dan Selasa (31/3) lalu.
Judul headline media-media online pada hari Senin lalu seperti wajib mencantumkan kalimat “Suaranya Bergetar....” dan pada hari Selasa lalu dengan kalimat “Akan Bagikan Masker Gratis”.
Dan isi tubuh berita laporan hasil dua konferensi pers Gubernur DKI Jakarta di Balaikota itu pun nyaris sama. Seperti hasil tulisan yang di-copy paste. Kalaupun ada perbedaan penulisan di media-media online itu cuma beda-beda tipis.
Belakangan, sudah menjadi rahasia umum, dalam perkembangan industri media di Indonesian dikenal dengan istilah “Copy Paste Journalism”.
Banyak wartawan dari berbagai media, terutama media online, yang bekerja cukup dengan meng-copy paste siaran pers (press release) dari public relations agency (PR Agency), perusahaan kehumasan yang ditunjuk mewakili kepentingan kliennya. Biasanya pada praktek “copy paste journalism” ini ada wartawan yang kalau agak rajin kerjanya masih mau mengotak-atik judul dan isi siaran pers. Tapi kalau malas lagi datang ada wartawan yang menaikkan berita sama persis dengan yang dibuat PR Agency.
Bagi sebagian media yang independesi dan integritas redaksinya masih kuat berita-berita dari siaran pers biasanya tak layak muat sesuai kaidah jurnalistik. Tapi mereka memberi peluang ruang kavling pada halaman iklan berita yang kita kenal sebagai halaman advertorial atau pariwara.
Dan halaman advertorial atau pariwara itu, karena itu masuk kategori iklan, PR Agency harus bayar sesuai harga (rate) yang ditetapkan bagian iklan sebuah media. PR Agency pun harus melakukan pemesanan placement media beserta frekuensinya jauh-jauh hari.
Kini, dengan serbuan media online yang sangat gencar tiap detik selama dua puluh empat jam tiap harinya, ada pola pergeseran penempatan halaman advertorial atau pariwara ini.
Kita melihat sekarang ini berita-berita konferensi pers seorang pejabat bisa menjadi berita iklan (advertorial atau pariwara) sesuai pesanan PR Agency. Dan itu, sudah pasti, ada harganya.
Meminta media-media online semuanya secara khusus memberi judul headline yang “Suaranya Bergetar....” dan “Akan Bagikan Masker Gratis” sama persis untuk sebuah berita hasil konferensi pers pasti ada sebuah perjanjian khusus antara PR Agency dengan media-media online.
Zaman saya dulu jadi wartawan, 1988 - 1994, tak semua undangan dari PR Agency harus didatangi. Kalaupun hadir ke sebuah acara konferensi pers biasanya hanya untuk mendapatkan data atau informasi dari pihak pengundang saja. Untuk siaran pers dari PR Agency kalau yang dianggap penting masuk dokumentasi perpustakaan redaksi tapi kalau tidak langsung dibuang ke dalam keranjang sampah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews