Sudah saatnya berkiblat kepada diri sendiri. Jadi bangsa yang berpegang teguh pada jati diri. Itulah jalan mengembalikan era keemasan Nusantara.
Jangan lupakan sejarah. Mengapa? Karena ada banyak hal berharga dari sejarah kita sebagai satu bangsa. Kita adalah bangsa agung, yang pernah melahirkan banyak manusia berkarakter luhur. Mereka adalah individu-individu tercerahkan yang bisa menorehkan mahakarya. Saat kita butuh arah dalam membangun manusia Indonesia, kita cukup melihat kepada apa yang telah dicontohkan oleh para pendahulu kita.
Manusia unggul versi Nusantara, sejauh yang bisa saya observasi menggunakan rasa sejati - selalu menunjukkan kelebihan dalam berbagai parameter secara utuh dan berimbang. Saya menggunakan rumusan yang saya kembangkan yaitu Human Perfection Matrix untuk membaca satu tokoh masa silam yang berhasil membawa Majapahit kepada era keemasannya, yaitu Tribuana Tunggadewi.
Tokoh ini memang layak menjadi role model bagi manusia Indonesia, karena menunjukkan keunggulan pada banyak aspek kualitas manusia. Demikian yang saya bisa baca:
Kecerdasan Spiritual: 1000/1000. Tribuana Tunggadewi terbilang tuntas dalam menjalani laku spiritual, jiwanya jernih dan murni, sehingga mengalami fase jumbuh kawula lan Gusti, sebagai satu individu ia terhubung selaras dengan Hingsun atau Roh Kudus yang bersemayam di dalam diri.
Kecerdasan Intelektual: 210. Sebagai pembanding, tokoh fenomenal ahli kosmologi kontemporer yang belum lama ini meninggal dunia, Stephen Hawking, memiliki IQ 220.
Kecerdasan Emosional: Dalam skala 0-1000, Tribuana Tunggadewi punya kecerdasan emosional di skor 1000. Artinya, jiwanya betul-betul diliputi kasih murni, bisa melampaui kecenderungan angkara, murka.
Kecerdasan Kosmik: Dalam skala 0-1000, skornya adalah 800. Artinya, ia relatif punya kemampuan untuk mengakses server pengetahuan semesta. Kecerdasan ini hanya terjadi saat kundalini cukup teraktivasi secara optimal, sehingga cakra mahkota terbuka lebar dan terbentuk antah karana sebagai jalur energi yang menghubungkan otak manusia dengan pusat kecerdasan semesta.
Kecerdasan Intuitif : Dalam skala 0-1000 ada di skor 1000. Artinya, salah satu fungsi dari pineal gland yaitu fungsi pengertian, mencapai kinerja terbaik sehingga sangat cepat dan akurat dalam memahami fenomena yang terjadi di sekitarnya. Ini juga membantu menemukan solusi out of the box dari permasalahan yang dihadapi.
Bagaimana sosok Tribuana Tunggadewi bisa muncul? Jika kita bicara tentang model pendidikan yang berkembang saat itu, bisa diungkapkan sebagai berikut. Pertama, pendidikan yang berjalan didasarkan pada pengertian manusia secara utuh sebagai satu kesatuan dari body, mind, soul dan spirit. Kedua, pendidikan yang ada mengarahkan kepada integrasi dan penyelarasan antara spiritualitas dengan sains teknologi.
Titik tekannya bukan menguatkan kepercayaan pada dogma religi, tapi pada perluasan kesadaran, keterhubungan pikiran dan rasa sejati, serta penyingkapan realitas semesta dan rahasia hukum-hukum semesta sebagaimana adanya. Dalam hal ini, yang dijalani oleh Tribuana Tunggadewi bukan saja olah otak dan olah tubuh, tapi juga olah rasa melalui samadi/meditasi/hening cipta
Kualitas sebagaimana yang dimiliki oleh Tribuana Tunggadewi juga ada pada banyak tokoh kuna Nusantara: Harjuna Sasrabahu, Anglingdarma, Airlangga, Empu Bharada, Ken Dedes, dan lainnya. Pada era pembentukan NKRI, kita memiliki tokoh-tokoh yang tak hanya cerdas tapi juga punya kesadaran spiritual tinggi: antara lain Bung Karno, R. Sosrokartono, Sultan HB IX, Ki Hajar Dewantoro, Ki Ageng Suryamentaram.
Sudah saatnya berkiblat kepada diri sendiri. Jadi bangsa yang berpegang teguh pada jati diri. Itulah jalan mengembalikan era keemasan Nusantara.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews