Setelah puas menikmati keindahan Machu Picchu dari Sun Gate aku masih ditemani oleh Augusto pulang, dan kita menikmati minum kopi serta melanjutkan cerita-cerita seru.
Aku punya beberapa notable accomplishments throughout my travel but the one I would consider my most notable was my Machu Picchu trip
Mengunjungi Machu Picchu adalah impian aku selama 5 tahun, karena lokasinya yang sangat jauh dan biaya yang diperlukan juga lumayan menguras dompet jadi aku harus bersabar selama 5 tahun menunggu perfect timing dan dana yang cukup, setelah beres mengatur itinerary aku putuskan untuk menambahkan Brazil, Argentina, Equador dan Colombia, pada trip Machu Pichu ini, dengan total waktu yang dibutuhkan sekitar 8 minggu.
Akhir nya waktu yang di tunggu-tunggu tiba, kantor aku tutup dikarena harga minyak yang drop sangat tajam, perfect timing banget kan, susah mendapatkan kesempetan tersebut, ada waktu tapi tidak ada dana, ada dana tapi cuti tidak di approved.
Singkat cerita, tiba di Lima, Peru pagi hari aku langsung ke bus station untuk mencari bus ticket ke Cusco {kota terdekat untuk transit menuju Aquas Calientes [nama desa di bawah Machu Pichu]
Sebelum berangkat aku sudah dapat info disana nanti harus siap dengan “altitude sickness” tapi aku pikir sindrom tersebut mulai terasa jika sudah tiba di sana ternyata altitude sickness sudah dimulai dari perjalanan di bis {di Lima}
Satu jam setelah berangkat bule-bule di depan aku dan di samping aku mulai muntah-muntah lalu di belakang aku juga, si mba petugas sibuk kasih minyak angin ke mereka, dan tak lama kemudian aku menyusul, muntah-muntah tidak berhenti sampe tiba di Aquas Calientes , badan ku sudah lemas, panas, kepala sudah ga beraturan pusing nya, campur aduk karena hampir 24 jam full aku muntah sampai tidak ada lagi yang mau dimuntahin rasanya seperti sudah sekarat
Begitu tiba di terminal bis aku sudah tidak inget apa-apa lagi, ketika aku sadar aku ada di ruangan kecil kaya kantor security gitu aku dikelilingi beberapa Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang bertanya ke aku dalam Bahasa Spanyol, aku minta tolong ke mereka apa boleh aku pinjam telp untuk menghubungi teman aku, lalu aku telp teman aku tak lama kemudian dia datang dan dibawa ke rumah.
Tiba di rumah nya aku muntah-muntah lagi tidak berhenti, sampai-sampai dia ketakutan lalu dia bilang “I’ll take you to the hospital” , di rumah sakit aku di tempatkan di IGD dan langsung di infus, dan dan entah di kasih obat apa lagi. Kata dokter aku harus stay di sana at least 24 jam untuk di observasi dulu karena dehidrasi akibat muntah aku sudah level parah.
Mendengar kata dokter aku sedih banget, aku menunggu 5 tahun untuk bisa mewujudkan mimpi ini masa berakhir di IGD, engga banget kan, lalu teman aku bilang kamu bener-bener mau ke Machu Pichu besok, atau mau menunggu 24 jam di IGD atau sampai pulih? Aku bilang I’ll take my chances untuk berangkat ke Machu Picchu besok , teman ku bilang “but you have to trust me”, Yes I trust you blindly, dia bilang jangan sampai dokter mengetahui, “alright deal mate”.
Lalu dia pergi untuk beberapa saat tak lama kemudian dia kembali dengan membawa satu cup of hot water dan tea bag namanya “Munya herb tea” obat traditional orang Peru untuk stomach problem, batuk, panas dan lainnya, rasanya seperti minum green tea, tak lama kemudian muntah-muntah nya berkurang dan satu jam kemudian berhenti total, aku merasa sangat fit and I feel super strong.
Lalu aku minta di cek oleh dokter apa bole pulang, dokter melakukan cek sebentar, tak lama kemudian dokter bilang Yes, you can go home now, but I don’t understand why you recover so fast, anyway I can’t keep you any longer if you are feeling better. Malam itu juga aku check out dari IGD hospital dan hunting peralatan untuk dipake hiking ke Machu Pichu esok hari
Untuk mencapai Machu Pichu dari Cusco harus melewati Aqua Calientes {desa tepat dibawah Machu Pichu] naik dari Poroy train station untuk economy class 30 dolar one way, kereta stop di Aqua Calientes, tidak ada pilihan kecuali stay over di Aquas Calientes sebelum hike up ke Machu Pichu, harga hostel per malam disana tidak mahal sekitar 200 ribu untuk dormitory yang berisi 10 beds dengan kamar mandi di luar/sharing dan free breakfast, kamar nya dan kasur
Esok nya jam 5 pagi nya aku berangkat ke Machu Picchu by foot bareng sama bule-bule Australia, buat yang tidak mau cape bisa naik shuttle bus.
Tiba di main gate, orang sudah penuh sesak padahal masih pagi, banyak group yang sudah datang lebih dulu, untungnya aku sudah beli ticket by online jadi bisa langsung masuk, harga ticket per orang 69 USD, pastikan beli ticket online karena jika beli on the spot mereka hanya menjual ticket per hari 2500 tickets saja, jika tiket sudah habis maka harus kembali esok hari.
Begitu masuk langsung terlihat “an absolute masterpiece of architecture of Machu Picchu” seumur hidup belum pernah saya setakjum ini, subhanalah, sangat cantik, sangat megah dan sangat misterius, perpaduan antara hijau dengan warna langit yang biru, I’m speechless, Wow, super splendid.
Tak terasa aku sudah 4 jam lebih menikmati indah nya Machu Picchu tapi kok sepertinya ada yang kurang, aku ingin tahu lebih banyak tentang Machu Picchu dari perspective local people , lalu aku putuskan untuk mendekati satu group yang berbahasa Inggris , aku nguping informasi dari tour guide, genius kan hehehe.
Lumayan lama aku ikutin group tersebut sampai akhirnya si tour guide menghampiri aku sepertinya dia tahu kalau aku nguping , lalu aku bilang sorry sorry dan kabur, tapi dia terus menghampiri aku, aku kira akan di marahi eh ternyata dia tanya dari mana aku berasal dan lainnya dan dia bilang “ I can give you a private tour for free if you like” but you should wait for another 10 minutes because I need to finish my job first, would you mind? I said of course not, take your time mate.
Sepuluh menit kemudian dia datang menghampiri aku lalu dia dengan setia menemani aku sampai sampai Machu Picchu mau di tutup, banyak info yang aku dapat dari dia yang tidak ada jika googling
Namanya Augusto usianya 26 tahun dan asli Suku Inca, lulusan arsitek dan nyambi jadi Tour Guide, menurut dia Machu Picchu satu-satu nya area yang tidak disentuh oleh Spanyol waktu masa penjajahan, karena orang Spanyol tidak bisa menemukan, mereka tahu dan mendengar ada nya Machu Picchu tapi mereka tidak pernah berhasil menemukan lokasinya, hal itu disebabkan karena suku Inka siang malam berdoa untuk melindungi masterpiece tersebut { kok agak mistis gitu ya].
Setelah asik mendengarkan kisah Machu Picchu dari Augusto, dia menantang aku untuk terus hiking ke Sun gate {Inti Punku], yang merupakan main entrance dijaman dulu nya, dari Sun Gate aku bisa melihat the whole Machu Picchu, tidak banyak yang mau atau berhasil sampai ke Sun Gate karena jalan yang menanjak sangat tinggi, aku pun hampir tidak sanggup karena memang tinggi sekali, tapi Augusto terus menyemangati aku dengan berbagai guyonannya yang lucu-lucu.
Jika sudah benar-benar super cape dan putus asa dia langsung photo in aku dengan berbagai macam gaya, jadi bikin aku semangat untuk meneruskan perjalanan, kalau para bule-bule bisa 50 menit tiba disana tapi aku baru sampai disana hampir 2 jam karena banyak istirahat nya, yang penting ending nya sampai kan.
Setelah puas menikmati keindahan Machu Picchu dari Sun Gate aku masih ditemani oleh Augusto pulang, dan kita menikmati minum kopi serta melanjutkan cerita-cerita seru. Sampai saat ini aku dan dia masih stay in touch, he is my travel buddy in Machu Pichu
Machu Picchu is definitely one of the best places I had ever visit in my life, words can’t describe how amazing this place, this place had a very mysterious feel to it. It’s really really really wonderful.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews