Dilema NET TV dan Isu PHK Massal

Entahlah kalau Whisnutama pun ditarik menjadi Salah satu Menteri Jokowi-Ma'ruf, bisa saja Riwayat TV ini benar-benar berakhir.

Sabtu, 10 Agustus 2019 | 06:43 WIB
0
1322
Dilema NET TV dan Isu PHK Massal
Foto: Tempo.co

NET TV berkelas, itulah kata yang pertama kali saya ucapkan ketika melihat tayangan Stasiun TV yang dikomandoi Whisnutama, Mantan direksi TransTV. Keluar dari TransTV memang tidak langsung Whisnutama mendirikan NET TV, ada jeda sekian lama baru NET TV berdiri.

Saat pertama mengudarapun NET TV tidak langsung Moncer, butuh waktu kurang lebih satu tahun program NET TV mengudara tanpa adanya iklan. Saya sempat mengerjakan satu programnya yang cukup booming, yakni Kelas Internasional, sayangnya cuma 8 episode.

Dari situ saya tahu bahwa Whisnutama sangat selektif dalam merekrut karyawannya, mereka rerata kaum millennial yang memang mempunyai skill sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hampir rerata program NET TV berkelas, segmen penontonnya berbeda dengan Stasiun lain.

Target audience-nya mungkin ingin menyasar kalangan yang tidak menyukai sinetron Indonesia pada umumnya. Bagus sih prinsipnya, tapi sayangnya kalangan yang tidak menyukai sinetron itu ternyata kalangan borjuis, yang tidak suka menonton tayangan TV Indonesia.

Alhasil NET TV pun tidak ditonton sama mereka. Inilah model penonton TV indonesia, mereka yang tidak menonton sinetron Indonesia itu ternyata juga tidak menonton tayangan TV Indonesia, selain daripada nonton Bola.

Tidak aneh kalau pada akhir-akhir ini ada kabar PHK Massal dari NET TV, mungkin bukan PHK massal, tapi karyawannya diminta untuk mengundurkan diri secara massal, karena kalau PHK Massal, tentunya Akan sangat membebani manajemen NET TV, sementara kondisinya sendiri tidak memungkinkan untuk itu.

NET TV terbilang dilematis, ingin mempertahankan idealisme dengan program yang high image, maka resikonya sepi penonton. Kalau sepi penonton dan rendah ratingnya, maka akan sedikit pula pemasang iklannya. Sedikit Iklan akan beresiko pada pemasukan.

Sementara pemasukan dari lklan adalah Sumber Utama untuk keberlangsungan sebuah tayangan acara. Pemasukan itulah yang membiayai airtime dari sebuah program. Tanpa menghasilkan pemasukan, maka sebuah program tidak akan bertahan lama penayangannya.

Untuk menutupi overhead perusahaan pun mengandalkan dari pemasukan Iklan. Awal-awal berdirinya bisa saja masih disubsidi Sama owner, tapi seberapa lama sih owner sanggup menopang pembiayaan operasional sebuah Stasiun TV yang tidak kecil biayanya.

Yang jelas NET TV tidak akan mengubah segmen penontonnya, karena NET TV sangat segmented dalam hal ini. Idealisme pengelolanya sebetulnya cukup bagus, sayangnya tidak mendapat dukungan dari penontonnya. Padahal kita sangat berharap NET TV bisa memberikan pilihan yang berbeda dalam hal tontonan.

Beberapa tayangan NET TV yang cukup dibicarakan antara lain, "Tetangga Kok Gitu," yang cukup fenomenal, juga "Kelas International." Ada juga acara komedi Yang cukup berkelas yakni, "Ini Talk Show," yang digawangi oleh Sule, Andre Taulani, dan Nunung.

Kita sih berharap NET TV bisa tetap bertahan dengan segala situasi dan persaingan yang ada, Karena NET TV sudah memberikan Warna tersendiri bagi dunia pertelevisian Indonesia. Tapi entahlah kalau Whisnutama pun ditarik menjadi Salah satu Menteri Jokowi-Ma'ruf, bisa saja Riwayat TV ini benar-benar berakhir.

***