Gerakan Posting Konten Positif di Media Sosial Tanpa Hoax

Konten kreatif yang bernilai positif dengan berlandaskan kegembiraan akan semakin mempererat persatuan antar anak bangsa dan dipercaya meredam upaya pecah belah hanya karena hoaks.

Selasa, 9 Juli 2019 | 08:38 WIB
1
435
Gerakan Posting Konten Positif di Media Sosial Tanpa Hoax
Ilustrasi Facebook (Foto: Inilahkoran)

Perkembangan tekonologi informasi telah banyak mempengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat. Termasuk soal urusan persahabatan. Bahkan tidak jarang diantara kita harus bermusuhan dengan teman sejawat karib dikarenakan berbeda pendapat hingga saling bully di media sosial. 

Memang harus diakui dampak kampanye politik 2019 sangat besar berpengaruh terhadap pembelahan sosial serta bahlan polarisasi hampir semua kehidupan. Hal ini dapat dirasakan dikarenakan terdapat oknum oknum yang mempunyai agenda lain seperti paham.radiklisme yang ikut mendompleng pada setiap momentum bangsa.

Disinilah kita semua harus cerdas memilah dan memilih bacaan maupun postingan.

Tidak salah bila dikatakan kampanye politik 2019 sebagai kampanye terburuk dalam historiografi politik Indonesia. Sebab dalam kampanye politik 2019 pengunaan hoax kian kentara dan terang-terangan. Hal itu dibuktikan dengan pengunaan teknik firehose of falsehood (semburan hoax).

Jika ditelisik pengunaan teknik firehose of falsehood telah terbukti membuat pembelahan publik semakin mengental. Apalagi konten konten tersebut juga sering menggunakan isu SARA . Bahkan, pasca pemilu 2019 pembelahan sosial itu masih terus berlanjut yang dikhawatirkan akan merusak tatanan kehidupan bermasyarakat. Disinilah makin terlihat memang terdapat kelompok tertentu yang.memiliki agenda lain dan tidak menginginkan bangsa Indonesia Maju.

Selain itu pengunaan firehose of falsehood sangat berbahaya bagi masa depan literasi di Indonesia. Sebab, teknik ini akan terus berupaya membuat publik tidak lagi mempercayai media mainstrem. Bila kita belajar dari pemilu di Amerika Serikat 2016 teknik  firehose of falsehood bisa bergerak cepat menyebar dikarenakan masyarakat Amerika Serikat saat itu lebih mempercayai media sosial ketimbang media mainstream.

Bahkan, banyak propaganda yang menuduh bahwa media  mainstream sebagai bagian dari fakenews. Ketidakpercayaan terhadap berita  mainstream ini yang dipergunakan untuk memperkuat isu-isu hoaks yang disebarkan secara liar dan berantai baik melalui sosial media hingga aplikasi pesan seperti Whatsapp.

Beruntung tidak semua negara di dunia bisa dikalahkan dengan teknik firehose of falsehood. Tapi Penerapan teknik firehose of falsehood cukup berhasil membuat masyarakat mempercayai hoax. Akan tetapi, kita sedikit berbangga karena Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil menghadapi firehose of falsehood dengan baik, meski tingkat literasi kita sangat rendah.

Salah satu penyebab mengapa di Indonesia semburan dusta mengalami kegagalan, dikarenakan banyak warganet yang menjadi relawan digital dengan berupaya melakukan konfirmasi. Hingga membangun narasi tandingan terhadap berbagai hoax yang beredar selain itu penindakan hukum atas berbagai pelanggaran ITE sangat cepat dan konsisten dilakukan penegak hukum sehingga jaringan pelaku dan tujuannya cepat ditindak dan dihentikan.

Salah satu langkah yang diambil kalangan insan warganet cukup unik yakni dengan menyajikan konten tandingan yang bernilai positif misalkan dengan disisipi humor terhadap hoax tersebut. Dengan kata lain, konten hoax yang tersebar kemudian di parafrase menjadi konten humor. Dengan begitu publik yang menerima hoax, seolah-olah sedang mendapatkan guyonan (humoris) dan segera sadar bila informasi itu adalah hoax.

Artinya konten humoris tentu akan membuat kedua pendukung lebih cepat berdamai di ranah digital. Sebab konten kreatif yang humoris akan membuat pembaca akan lebih mengedepankan emosi jenaka ketimbang emosi kebencian.

Jadi perlu diingat bahwa ditengah situasi kita sedang menerima hoax, diperlukan daya kreativitas agar informasi hoax tidak menyulut emosional. Dengan demikian untuk merajut perdamaian digital diperlukan banyak konten kreatif yang humoris di media sosial.

Singkat kata, ada serpihan yang bisa kita jadikan evaluasi dari gelaran kampanye politik 2019 terutama dalam upaya merajut perdamaian di ranah digital. Yakni perlu upaya mendorong para warganet yang memiliki daya kreativitas dan imajiner untuk turut serta memproduksi konten positif.

Dengan demikian, konten kreatif yang bernilai positif dengan berlandaskan kegembiraan tentu akan semakin mempererat persatuan antar anak bangsa dan dipercaya meredam upaya pecah belah hanya karena hoaks.

***


.