Para teroris internasional yang tergabung seperti di Al Qaeda, ISIS dlsb pun pakaiannya Isbal atau tidak cingkrang (whatever mazhab mereka).
Gegara status saya kemarin tentang "tasyabuh", jadi terlintas pertanyaan di benak saya berkaitan dengan larangan Isbal (menjulurkan kain/pakaian melebihi mata kaki), atau yang di sini populer menyebutnya "celana cingkrang".
Ada iktilaf ulama berkaitan dengan hukum Isbal. Dari 4 Imam Mazhab sepakat menyatakan makruh jika melakukan Isbal tanpa maksud kesombongan, atau dianjurkan agar tidak Isbal. Sementara jika Isbal disertai kesombongan, jelas haramnya.
Yang jelas mengharamkan baik dengan kesombongan maupun tidak adalah Imam Ahmad, kemudian diikuti pendapat serupa oleh Imam Ibnu Taimiyah dan ulama Saudi masa kini seperti Imam Ibnu Utsaimin, Al-Albani, Ibnu Baaz, dlsb.
(1)
Yang jadi pertanyaan adalah (sepanjang yang saya tahu) mengapa di Saudi sendiri dakwah tentang larangan Isbal ini tidak terdengar, wabil khusus di kalangan Salafiyyin yang mengamini para ulama di atas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Al-Albani, Ibnu Baaz dan Ibnu 'Utsaimin.
Termasuk umat Muslim di Saudi pada umumnya juga melakukan Isbal. Kita lihat Raja Salman yang jubahnya nggombryang2 itu kan ?! Haaa... masa tidak diingatkan para ulamanya yang duduk Darul Ifta (ulama yang saya sebut di atas) kalau memang secara saklek mereka mengharamkan..
Para teroris internasional yang tergabung seperti di Al Qaeda, ISIS dlsb pun pakaiannya Isbal atau tidak cingkrang (whatever mazhab mereka).
(2)
So, mengapa dakwah "celana cingkrang" ini hanya mahsyur di Indonesia ? Atau Asia Tenggara.
Benarkah ini hanya propaganda para pedagang (fashion) saja ?! (jadi su'usudzon kan karena ada 'keanehan').
Monggo barangkali para ikhwan ada yang mau memberikan opini.
Saya jangan dibully ya...Orangnya cengeng.
***
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews