Kita juga berharap kasus Somad bakal membuat para pemburu duit lewat click bait media sosial bakal berfikir dua kali untuk mengunggah konten ceramah dobol yang bisa membuat orang geger.
Skenario buruk dari pernyataan Somad yang tidak mau minta maaf adalah besarnya kemungkinan rumah ibadah jadi tempat ajang caci maki agama lain.
Pembelaan Somad bahwa dia membicarakan akidah agamanya di depan jemaahnya di ruang privat, bisa dijadikan alasan yang sama bagi pemuka agama lain untuk berbuat serupa.
Demikian juga kilah Somad yang tidak bisa menahan jemaahnya untuk merekam gambar dan pernyataan dia kemudian di upload oleh jemaahnya di media sosial mereka.
Jadi masjid, gereja, pura atau vihara terbuka kemungkinan untuk dijadikan sarana penghujat agama lain persis seperti apa yang dilakukan Somad. Tidak hanya itu, perluasan ruang privat nantinya tidak hanya mencakup rumah ibadah. Tetapi juga majlis taklim, pertemuan dakwah Kristen, Hindu dan Buddha.
Para penceramah dobol dari agama manapun nantinya akan memberikan disclaimer yakni dia tidak bertanggung jawab jika pernyataannya di unggah ke media sosial. Jadi Mereka bebas ngomong apa saja termasuk yang menghinakan sekalipun seperti yang keluar dari mulut Somad di ruang-ruang privat yang melampaui wilayah rumah ibadah.
Toh Somad bebas hukum. Berarti kami juga. Begitu kira-kira alasan penceramah dobol yang menyebarkan kebencian terhadap agama lain.
Toh yang menggunggah tayangan kebencian itu yang bakal kena jerat hukum. Bukan yang menyampaikan. Jadi pernyataan menghinakan dengan bebas bakalan berkeliaran di ruang- ruang keagamaan tanpa bisa terbendung.
Perilaku demikian dikhawatirkan bak menyemai bara kebencian dalam sekam yang bisa meledak sewaktu-waktu hanya dengan sedikit gesekan.
Tentunya kita harapkan ledakan itu tidak bakal terjadi.
Karena kita percaya masih banyak ulama ,ustad dan pendeta yang mulutnya tidak bocor menghina agama lain.
Masih banyak orang yang suka menyimak tausiyah dan kotbah yang menyejukkan dan mempertebal spiritualitas serta berbagi dan mencintai sesama.
Singkatnya masih banyak orang waras dalam beragama.
Kita juga berharap di balik sikapnya yang tidak mau minta maaf, Somad setidaknya sadar diri hingga dalam dakwah dia tidak bakal mengulangi perbuatan yang sembrono itu.
Sengit serta pedasnya kecaman dari berbagai kalangan umat Islam tentang perilaku Somad juga bakal diingat penceramah dobol lainnya agar tidak kesandung seperti dia.
Kita juga berharap kasus Somad bakal membuat para pemburu duit lewat click bait media sosial bakal berfikir dua kali untuk mengunggah konten ceramah dobol yang bisa membuat orang geger.
Dia yang menggugah cukilan video yang menghinakan yang bakalan dipenjara dan sengsara. Sementara penceramah dobol makin kaya dan bebas ngumbar congornya menebar kebencian mempermainkan agama. Tanpa tersentuh hukum.
Di atas semua itu, kasus salib telah membuat semuanya terang benderang. Bahwa betapa Somad itu adalah penceramah yang kelasnya sangat jauh dibawah para kiyai Sepuh yang selalu dihormati jutaan orang.
Karena para beliau yang seluruhnya berwajah teduh sangat menjaga perilaku, marwah dan bicaranya.
Tidak seperti Somad.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews