Mungkin ini menjadi bagian karakter sebagian dari masyarakat kita; mudah menyanjung setinggi langit, juga memaki dan menguliti kealpaan orang/pihak lain sedemikian rupa. Tak ada ruang permakluman sedikit pun. Ibarat pepatah, “Nila setitik, rusak susu sebelanga.” Begitulah yang dialami Tirto pasca debat cawapres, Ahad (17/3/2019) malam.
Gara-gara celetukan nakal lewat dua meme, media online yang ‘Enak Dibaca, dan Ditiru” ini diadili dan dicari-cari kesalahannya yang lain.
Ada yang menuding Tirto berpihak ke pasangan calon 02, Prabowo-Sandiaga. Mempertanyakan siapa pemilik modal media tersebut? Mengagulkan media terkemuka tempatnya pernah bekerja.
“Di kantor gue dulu itu, Pimred sangat tegas menerapkan aturan agar selalu cermat, check and recheck.” Seolah prinsip semacam itu cuma ada dan berlaku di media tempat dirinya pernah bekerja. Seolah medianya itu tak pernah berbuat salah.
Bahkan yang lebih melantur, di sebuah grup WA yang saya ikuti ‘pengadilan’ itu kemudian merembet ke urusan ranjang sejumlah teman atau komunitas dari para pengelola media tersebut. Entah, data atau kesaksian yang diungkapkan valid atau tidak. Tapi pembicaraan berlangsung dengan meriah. Seolah cuma mereka yang bekerja, berkarya, dan hidup tanpa cela. Sempurna bagai dewa!
Padahal Tirto cepat menyadari kealpaannya dan meminta maaf seraya menjelaskan latar prosedur kerja mereka. Bila tidak, wah… pasti akan dikuyo-kuyo untuk minta maaf. Tapi bila kemudian sudah minta maaf lain lagi responsnya: "Enak banget, minta maaf". Adili, penjarakan, bla bla bla, masukan mereka ke neraka jahanam!
Mbo ya disimak dan dipahami penjelasan redaksi Tirto itu. Diresapi permintaan maafnya. Singkirkan dulu teori konspirasi dan sejenisnya. Tapi kalau masih kurang puas, ya monggo lanjutkan ke Dewan Pers.
Saya pribadi tak ingin menaruh curiga berlebihan, bahwa Tirto sengaja berbuat nista. Apalagi ingin mencari sensasi semata demi lebih dikenal publik. Itu bila menyimak karya-karya sejenis yang pernah dibuat dalam debat-debat sebelumnya.
Di usia tergolong belia, Tirto patut diacungi jempol. Ketika kebanyakan media online bermain di ranah clickbait dan saling beradu kecepatan, dia menawarkan kedalaman berbasis riset pustaka yang kuat. Tulisannya tak cuma enak dibaca, tapi deskripsinya juga lumayan dan kaya data.
Tawaran lain yang dimainkan Tirto adalah ‘Cek Data’. Setahu saya Tirto memulainya saat debat Pilkada DKI. Kini, sejumlah media online mengikutinya.
Di luar itu, reportase dan pemberitaan Tirto tetap kritis. Itu bisa kita simak dari tulisan-tulisannya terkait dewat cawapres kemarin itu.
Bekerja di manapun, kita tak boleh salah. Prosedur bakunya tentu cek-ricek. Tapi, ada kalanya alpa menyelinap.
Jadi, mari sisakan sedikit saja ruang empati, permakluman. Mari belajar menghakimi orang/pihak lain secara proporsional.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews