Tirto dan Lagak Dewa Kita

Selasa, 19 Maret 2019 | 23:02 WIB
0
637
Tirto dan Lagak Dewa Kita
Mengadu ke Dewan Pers (Foto: Aliena.id)

Mungkin ini menjadi bagian karakter sebagian dari masyarakat kita; mudah menyanjung setinggi langit, juga memaki dan menguliti kealpaan orang/pihak lain sedemikian rupa. Tak ada ruang permakluman sedikit pun. Ibarat pepatah, “Nila setitik, rusak susu sebelanga.” Begitulah yang dialami Tirto pasca debat cawapres, Ahad (17/3/2019) malam.

Gara-gara celetukan nakal lewat dua meme, media online yang ‘Enak Dibaca, dan Ditiru” ini diadili dan dicari-cari kesalahannya yang lain.

Ada yang menuding Tirto berpihak ke pasangan calon 02, Prabowo-Sandiaga. Mempertanyakan siapa pemilik modal media tersebut? Mengagulkan media terkemuka tempatnya pernah bekerja.

“Di kantor gue dulu itu, Pimred sangat tegas menerapkan aturan agar selalu cermat, check and recheck.” Seolah prinsip semacam itu cuma ada dan berlaku di media tempat dirinya pernah bekerja. Seolah medianya itu tak pernah berbuat salah.

Bahkan yang lebih melantur, di sebuah grup WA yang saya ikuti ‘pengadilan’ itu kemudian merembet ke urusan ranjang sejumlah teman atau komunitas dari para pengelola media tersebut. Entah, data atau kesaksian yang diungkapkan valid atau tidak. Tapi pembicaraan berlangsung dengan meriah. Seolah cuma mereka yang bekerja, berkarya, dan hidup tanpa cela. Sempurna bagai dewa!

Padahal Tirto cepat menyadari kealpaannya dan meminta maaf seraya menjelaskan latar prosedur kerja mereka. Bila tidak, wah… pasti akan dikuyo-kuyo untuk minta maaf. Tapi bila kemudian sudah minta maaf lain lagi responsnya: "Enak banget, minta maaf". Adili, penjarakan, bla bla bla, masukan mereka ke neraka jahanam! 

Mbo ya disimak dan dipahami penjelasan redaksi Tirto itu. Diresapi permintaan maafnya. Singkirkan dulu teori konspirasi dan sejenisnya. Tapi kalau masih kurang puas, ya monggo lanjutkan ke Dewan Pers.

Saya pribadi tak ingin menaruh curiga berlebihan, bahwa Tirto sengaja berbuat nista. Apalagi ingin mencari sensasi semata demi lebih dikenal publik. Itu bila menyimak karya-karya sejenis yang pernah dibuat dalam debat-debat sebelumnya.

Di usia tergolong belia, Tirto patut diacungi jempol. Ketika kebanyakan media online bermain di ranah clickbait dan saling beradu kecepatan, dia menawarkan kedalaman berbasis riset pustaka yang kuat. Tulisannya tak cuma enak dibaca, tapi deskripsinya juga lumayan dan kaya data.

Tawaran lain yang dimainkan Tirto adalah ‘Cek Data’. Setahu saya Tirto memulainya saat debat Pilkada DKI. Kini, sejumlah media online mengikutinya.

Di luar itu, reportase dan pemberitaan Tirto tetap kritis. Itu bisa kita simak dari tulisan-tulisannya terkait dewat cawapres kemarin itu.

Bekerja di manapun, kita tak boleh salah. Prosedur bakunya tentu cek-ricek. Tapi, ada kalanya alpa menyelinap.

Jadi, mari sisakan sedikit saja ruang empati, permakluman. Mari belajar menghakimi orang/pihak lain secara proporsional.

***