Kalau orang jawa, saat memilih jodoh harus lihat bebet, bobot dan bibitnya. Apalagi ketika memilih Presiden.
Cobalah baca sejarah. Kita punya pahlawan nasional, Pangeran Diponegoro. Dia adalah ulama besar yang menentang penindasan Belanda kepada petani Jawa.
Perang Dipenogoro berlangsung lama. Belanda pusing karena pasukan pribumi sangat memguasai medan.
Lalu dirancanglah sebuah jebakan. Diponegoro akhirnya ditangkap. Ulama besar itu dibungkam Belanda. Konon salah satu aktor penangkapan itu adalah Benyamin Sigar, orang Indonesia yang bekerja untuk Belanda.
Benyamin Sigar bisa ditarik memiliki hubungan leluhur dengan Dora Sigar, ibu Prabowo Subianto. Artinya leluhur Prabowo terlibat dalam pembungkaman perlawanan seorang ulama di tanah Jawa.
Lalu jaman bergerak. Semasa Presiden Soekarno, Indonesia terus dirongrong pemberontakan. Sebagian disupport Belanda untuk menggoyang kekuasaan republik yang baru saja berdiri. Sebagian lagi didukung CIA. AS memang sejak lama ingin bercokol di Indonesia tetapi terhalang oleh Soekarno.
Salah satu pemberontakan besar yang didanai CIA adalah gerakan PRRI/Permesta. Siapa dalang pemberontakan ini? Salah satunya adalah Sumitro Joyohadikusumo, ayah Prabowo Subianto.
Untuk menghindari penangkapan, keluarga Sumitro kabur ke luar negeri.
Tapi Soekarno akhirnya lengser. Digantikan Soeharto. Sumitro yang dekat dengan AS diminta pulang. Membantu Suharto. Dia pulang bersama kekuarganya, termasuk Prabowo Subianto.
Prabowo masuk militer. Menikah dengan Titiek, anak Suharto. Karirnya moncer. Maklum, menantu Presiden.
Tiga puluh dua tahun. Kekuasaan Suharto ambruk. Nepotisme, keserakahan dan ketidakadilan terjadi. Rakyat marah.
Prabowo hendak membungkam rakyat yang marah itu. Sebagai militer dia mengerahkan pasukan buat menculik. Padahal langkah itu tidak ada dalam agenda TNI.
TNI merasa Prabowo bertindak sendiri. Sewenang-wenang terhadap rakyat. Akhirnya Prabowo dipecat. Lantas pergi ke Yordania.
Dan kini, kita tahu, Prabowo mau jadi Presiden RI.
Kalau orang jawa, saat memilih jodoh harus lihat bebet, bobot dan bibitnya. Apalagi ketika memilih Presiden.
"Mas, kok nulis sejarahnya cuma sampai ke Prabowo. Kenapa gak diterusin sampai ke Didiet?" ujar Abu Kumkum.
Oalaahh Kum. Nanti garis sejarahnya belak-belok gak karuan...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews