Setelah makan aku segera sholat Dzuhur berjamaah dimasjid. Sepulang dari masjid, Kudengar mobil ambulan melaju kencang
KISAH HOROR - Sejak berusia empat tahun, Aku seringkali melihat makhluk tak kasat mata. Yakni melihat hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang tidak semua orang bisa menyaksikannya.
Aku melihat dunia lain disekitarku. Mereka dalam jumlah yang sangat banyak. Ada yang berjalan pincang, Ada yang merangkak, Mengesot, Terbang, Serta bergelantungan dipohon. Bentuknya pun beraneka ragam dan warna.
Ada yang bertubuh manusia berkepala hewan ataupun sebaliknya Ada yang berwajah sangat cantik, Adapula yang wajahnya hancur berlumur darah. Mereka tidak memiliki standart tertentu.
Oleh karena itu terkadang aku merasa ketakutan jika bertemu dengan makhluk halus yang berwajah seram. Namun kedua orangtua, Kakak, tidak mampu melihat apa yang aku lihat. Suatu hari aku bermain bersama teman-teman pulang dari sekolah melewati jalan raya.
Pandanganku dikejutkan dengan adanya makhluk halus berpostur tinggi dan besar duduk didepan pabrik sembari menselonjorkan kakinya kejalan. Aku pun segera memberitahu temanku.
“Ayuk. Lihat ada jin yang mau menjegal orang lewat!”.
Ketiga temanku menoleh kekanan dan kekiri. Kedepan dan kebelakang mencari apa yang kumaksud. Namun mereka tidak tau.
“Ihh.. Mana sih gak ada kok!”. Bantah Ayuk. “Iya nih. Lagian mana ada hantu disiang bolong”. Ujar Gilang.
Lalu mereka pun menertawakanku dengan terbahak-bahak.
“Bismillahirohmanirrohim”.
Tak lupa aku membaca bismillah beserta sholawat memohon agar diberikan keselamatan seperti yang diajarkan Bu Ustadzah.Alhamdulillah aku dan teman-teman melewati makhluk tersebut dengan selamat.
Bahkan dia meminggirkan kaki besarnya saat kami lewat. Sesudah kami lewat dia kembali menselonjorkan kakinya kejalan raya. Sesampai dirumah Ibu menyambutku, Menyiapkan aku makan siang. Lalu aku menceritakan apa yang aku lihat barusan kepada Ibu. Ibu pun menjawab.
“Nak. Ibu percaya kamu berkata jujur. Tapi tidak semua yang kamu lihat bisa langsung kamu ceritakan pada oranglain. Karena mereka belum tentu melihat hal yang sama seperti kamu.
Jadi kalau mereka menertawakanmu ya jangan salahkan mereka. Lainkali daripada menceritakan apa yang kamu lihat kepada orang yang tidak tahu alangkah lebih baik kamu ajak saja mereka berdoa bersama. Inshaallah biarpun tidak melihat secara tak kasat mata kalau berdoa sama Allah pasti diberi keselamatan”.
“Baik bu, Aku paham.” Kataku puas dengan jawaban Ibu.
Setelah makan aku segera sholat Dzuhur berjamaah dimasjid. Sepulang dari masjid, Kudengar mobil ambulan melaju kencang
“Astagfirlohaladzim. Astagfirlohaladzim. Ibu-ibu dijalan raya depan pabrik pinggir kantor kecamatan ada kecelakan maut. Korban meninggal dunia ditempat.” Kata Bu Salamah dengan nafas ngos-ngosan.
“Innalihaiwainnailaihi roziun.” Ucapku dan juga warga yang lain.
“Kira-kira korbannya orang mana bu Salamah?” Tanya Ibuku.
“Wah kalau itu masih dalam penyidikan polisi.” Jawab Bu Salamah.
“Bagaimana kalau kita ketempat lokasi, Siapa tahu kenal sama korbannya.” Ujar Bu Diyah.
“Hayuk. Kita kesana sama-sama”.
Aku pun berjalan tertatih-tatih mengikuti langkah kaki ibu-ibu yang melaju kencang. Ditengah perjalanan aku mampir buang hajat di WC umum sebelum melanjutkan menyusul ibu-ibu tadi.
Setelah buang air. Aku melihat Kak Pipit (kakak pembina pramuka) menangis. Aku menghampirinya dan menanyakan kenapa ia menangis.Aku pun berjalan tertatih-tatih mengikuti langkah kaki ibu-ibu yang melaju kencang.
Ditengah perjalanan aku mampir buang hajat di WC umum sebelum melanjutkan menyusul ibu-ibu tadi. Setelah buang air. Aku melihat Kak Pipit (kakak pembina pramuka) menangis. Aku menghampirinya dan menanyakan kenapa ia menangis.
“Dik. Tolong aku. Tolong aku!” kata Kak Pipit. “Iya kak. Ada apa? Tenang dulu, Aku pasti bantu.” Kataku sambil merangkul bahunya.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews