Kisah Misteri Anak Indigo dan Tumbal Pesugihan

Setelah makan aku segera sholat Dzuhur berjamaah dimasjid. Sepulang dari masjid, Kudengar mobil ambulan melaju kencang

Senin, 27 Juni 2022 | 06:29 WIB
0
220
Kisah Misteri Anak Indigo dan Tumbal Pesugihan
intancahya.com

KISAH HOROR - Sejak berusia empat tahun, Aku seringkali melihat makhluk tak kasat mata. Yakni melihat hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang tidak semua orang bisa menyaksikannya.

Aku melihat dunia lain disekitarku. Mereka dalam jumlah yang sangat banyak. Ada yang berjalan pincang, Ada yang merangkak, Mengesot, Terbang, Serta bergelantungan dipohon. Bentuknya pun beraneka ragam dan warna.

Ada yang bertubuh manusia berkepala hewan ataupun sebaliknya Ada yang berwajah sangat cantik, Adapula yang wajahnya hancur berlumur darah. Mereka tidak memiliki standart tertentu.

Oleh karena itu terkadang aku merasa ketakutan jika bertemu dengan makhluk halus yang berwajah seram. Namun kedua orangtua, Kakak, tidak mampu melihat apa yang aku lihat. Suatu hari aku bermain bersama teman-teman pulang dari sekolah melewati jalan raya.

Pandanganku dikejutkan dengan adanya makhluk halus berpostur tinggi dan besar duduk didepan pabrik sembari menselonjorkan kakinya kejalan. Aku pun segera memberitahu temanku.

“Ayuk. Lihat ada jin yang mau menjegal orang lewat!”.

Ketiga temanku menoleh kekanan dan kekiri. Kedepan dan kebelakang mencari apa yang kumaksud. Namun mereka tidak tau.

“Ihh.. Mana sih gak ada kok!”. Bantah Ayuk. “Iya nih. Lagian mana ada hantu disiang bolong”. Ujar Gilang.

Lalu mereka pun menertawakanku dengan terbahak-bahak.

“Bismillahirohmanirrohim”.

Tak lupa aku membaca bismillah beserta sholawat memohon agar diberikan keselamatan seperti yang diajarkan Bu Ustadzah.Alhamdulillah aku dan teman-teman melewati makhluk tersebut dengan selamat.

Bahkan dia meminggirkan kaki besarnya saat kami lewat. Sesudah kami lewat dia kembali menselonjorkan kakinya kejalan raya. Sesampai dirumah Ibu menyambutku, Menyiapkan aku makan siang. Lalu aku menceritakan apa yang aku lihat barusan kepada Ibu. Ibu pun menjawab.

“Nak. Ibu percaya kamu berkata jujur. Tapi tidak semua yang kamu lihat bisa langsung kamu ceritakan pada oranglain. Karena mereka belum tentu melihat hal yang sama seperti kamu.

Jadi kalau mereka menertawakanmu ya jangan salahkan mereka. Lainkali daripada menceritakan apa yang kamu lihat kepada orang yang tidak tahu alangkah lebih baik kamu ajak saja mereka berdoa bersama. Inshaallah biarpun tidak melihat secara tak kasat mata kalau berdoa sama Allah pasti diberi keselamatan”.

“Baik bu, Aku paham.” Kataku puas dengan jawaban Ibu.

Setelah makan aku segera sholat Dzuhur berjamaah dimasjid. Sepulang dari masjid, Kudengar mobil ambulan melaju kencang

“Astagfirlohaladzim. Astagfirlohaladzim. Ibu-ibu dijalan raya depan pabrik pinggir kantor kecamatan ada kecelakan maut. Korban meninggal dunia ditempat.” Kata Bu Salamah dengan nafas ngos-ngosan.

“Innalihaiwainnailaihi roziun.” Ucapku dan juga warga yang lain.

“Kira-kira korbannya orang mana bu Salamah?” Tanya Ibuku.

“Wah kalau itu masih dalam penyidikan polisi.” Jawab Bu Salamah.

“Bagaimana kalau kita ketempat lokasi, Siapa tahu kenal sama korbannya.” Ujar Bu Diyah.

“Hayuk. Kita kesana sama-sama”.

Aku pun berjalan tertatih-tatih mengikuti langkah kaki ibu-ibu yang melaju kencang. Ditengah perjalanan aku mampir buang hajat di WC umum sebelum melanjutkan menyusul ibu-ibu tadi.

Setelah buang air. Aku melihat Kak Pipit (kakak pembina pramuka) menangis. Aku menghampirinya dan menanyakan kenapa ia menangis.Aku pun berjalan tertatih-tatih mengikuti langkah kaki ibu-ibu yang melaju kencang.

Ditengah perjalanan aku mampir buang hajat di WC umum sebelum melanjutkan menyusul ibu-ibu tadi. Setelah buang air. Aku melihat Kak Pipit (kakak pembina pramuka) menangis. Aku menghampirinya dan menanyakan kenapa ia menangis.

“Dik. Tolong aku. Tolong aku!” kata Kak Pipit. “Iya kak. Ada apa? Tenang dulu, Aku pasti bantu.” Kataku sambil merangkul bahunya.

Cerita selengkapnya