Spion ini juga menggantung kewer-kewer di samping mobilnya. Warga yang bersimpati bertambah banyak dan mendesak supaya diambil tindakan tegas.
Ada sesuatu yang bikin aku muntap setiap kali melihat sekumpulan anak muda bermain layangan. Mereka bermain layangan bukan di tanah lapang seperti lagu anak tempo dulu. Mereka bermain layang di jalan kecil tempat rumahku berada. Jumlahnya belasan anak muda dan rutin setiap siang menjelang sore, kecuali bila hujan deras.
Kalau saja mereka bermain layangan dengan mulut dikunci mungkin saya tidak begitu mendongkol. Tapi tentu hal itu tidak bakal terjadi, mereka berteriak-teriak sekehendak hati, apalagi bila tali layangan mereka bersinggungan dengan tali layangan musuh. Suara pekikan mereka menembus gendang telinga saya menghunjam ke otak bak dibor dengan gerinda.
Beberapa bulan yang lalu, puncak kegeraman saya sudah sampai di ubun-ubun. Manakala saya memarkir mobil di depan rumah untuk dimasukkan ke dalam garasi, sekonyong-konyong datanglah tubuh anak muda yang berlari mundur seperti kesetanan menuju samping mobil saya. Rupanya dia baru kontak senjata dengan layangan musuh dan untuk itu ditariknya benang sekencang-kencangnya sambil berlari mundur.
Akibatnya bisa diramalkan. Dia menabrak kaca spion kiri sekuat-kuatnya. Kaca spion ini dalam keadaan normal memang bisa dilipat, tapi mungkin lengan anak muda menekan kuat pada spion waktu dia mau jatuh terjengkang, sehingga dudukan spion ini patah total. Tinggallah spion ini menggantung lemas karena masih disanggah kabel listrik, mirip seperti penis yang loyo habis orgasme.
Anak muda ini minta maaf dan berjanji mau mengganti kerugian. Saya sangat upset, tapi juga menyadari bahwa anak muda ini dari keluarga yang kurang mampu. Saya berhitung paling tidak biaya untuk penggantian kaca spion itu sekitar 1,5 jutaan dan dia pasti tidak sanggup menggantinya. Dan memang pada hari-hari selanjutnya anak muda ini tidak nampak lagi batang hidung di ajang main layangan. Alamat yang dia berikan ternyata palsu dan saya malas untuk melacak lebih jauh.
Saya melaporkan ke WAG pak RT tentang insiden ini dan sejumlah warga mendukung bhw anak-anak muda pemain layang-layang ini harus dilarang bergerombol di kawasan perumahan.
Pak RT sampai minta bantuan polisi untuk menertibkan anak-anak muda ini bermain layangan. Untuk beberapa hari jalanan di kompleks aman tenteram tidak ada gerombolan pemain layangan liar itu. Tapi tentu polisi tidak bisa patroli setiap sore mengusiri gerombolan anak muda itu.
Jadi tidak berapa lama, situasinya back to square one alias kembali seperti semula. Sampai beberapa hari yang lalu, di WAG pak RT memasang foto mobil dia sendiri mengalami nasib sial yang sama. Spion mobilnya ditabrak anak muda yang bermain layangan.
Spion ini juga menggantung kewer-kewer di samping mobilnya. Warga yang bersimpati bertambah banyak dan mendesak supaya diambil tindakan tegas. Mereka mengatakan selain mengganggu ketenteraman, anak-anak muda ini meninggalkan sampah makanan dan minuman di lokasi dan potongan benang layangan yang membuat orang tersandung.
Tapi pak RT nampaknya juga desperate. Caranya bagaimana melarang anak-anak muda supaya secara permanen tidak datang lagi untuk bermain layangan. Ada yang usul dipasang papan pengumuman "dilarang bermain layangan" di pos kamling sebagai langkah awal dan disetujui warga. Tapi untuk langkah lanjutan nampaknya belum didapatkan solusinya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews