Terawan

Satu hal yang perlu diluruskan yaitu bahwa dokter Terawan bukan penemu/pencipta pengobatan stroke dengan DSA

Senin, 28 Maret 2022 | 06:39 WIB
0
147
Terawan
Terawan (Foto: Kompas.com)

Apapun standing Anda pada kasus dokter Terawan, apakah "membela" atau "menyalahkan" dirinya, ada sejumlah fakta yang perlu diluruskan, karena cenderung menjadi persepsi yang menyesatkan (misleading).

Pertama dan utama, dr Terawan bukan penemu (pencipta) terapi cuci otak untuk mengatasi stroke. Istilah "cuci otak" atau "spa otak" ini sebetulnya adalah DSA (Digital Substraction Angiography). Dan DSA ini sudah dilaksanakan semenjak tahun 1970an.

Dari namanya "angiography" artinya "gambaran pembuluh darah". Jadi, DSA ini adalah prosedur utk melihat/mendeteksi adanya penyempitan/penyumbatan pada pembuluh darah dengan cara dirontgen (x ray).

Untuk mendapat gambaran yang jelas dari pembuluh darah maka disuntikkan zat kontras dalam takaran tertentu. Zat kontras ini juga berfungsi menghilangkan gambaran radio-opaque dari tulang (kenanya disebut 'substraction'), sehingga gambaran pembuluh darah menjadi lebih jelas pada rontgen.

Pada prosedur DSA ini dimasukkan selang kecil yang disebut kateter mulai dari pembuluh darah di paha terus berjalan sampai ke pembuluh darah di otak. Untuk mencegah terjadi koagulasi (penggumpalan sel darah) pada ujung kateter atau pada permukaan luar selang kateter, maka disemprotkan "heparin" secara berkala selama prosedur DSA dilaksanakan.

Heparin ini sudah lama diketahui memiliki sifat mencegah terjadinya pembekuan/penggumpalan darah yang dalam istilah awam disebut dengan "pengencer darah". Dan memang heparin ini sudah dipakai untuk pengobatan sejumlah penyakit jantung dan pembuluh darah.

Yang menjadi pertanyaan besar apakah heparin yang disemprotkan pada prosedur DSA bisa mengatasi stroke?

Riset-riset tentang hal ini sudah cukup banyak dilakukan. Dan hasil riset medis ini mengatakan bahwa Intra Arterial Heparin Flushing in Cerebral DSA tidak menunjukkan perbaikan pada kasus stroke iskemik. Seperti diketahui stroke ada dua yaitu stroke iskemik (krn penyempitan pembuluh darah di otak) dan stroke haemoragik (karena pecahnya pembuluh darah/perdarahan di otak). Malahan karena sifat heparin yang memperlambat pembekuan darah, justru memicu perdarahan di otak lebih parah.

Jadi, pada intinya, DSA dengan flushing heparin belum terbukti (evidence-based) berhasilguna (efektif) untuk mengatasi stroke. Dan kerena belum evidence-based tentu tidak "legal" untuk diterapkan pada pasien-pasien stroke. Saya katakan "belum" sebab mungkin saja di suatu waktu kelak, dari riset-riset lanjutan bisa terbukti bahwa DSA dengan flushing heparin memang efektif untuk mengatasi stroke.

Satu hal yang perlu diluruskan yaitu bahwa dokter Terawan bukan penemu/pencipta pengobatan stroke dengan DSA.

DSA sudah lama dilakukan oleh dokter spesialis radiologi untuk diagnosis, tapi bukan untuk terapi. Dan karena dokter Terawan adalah seorang spesialis radiologi, maka muncul isu lain yang berkaitan dengan kode etik kedokteran yang mengatakan bahwa dokter spesialis tidak berhak untuk mengobati pasien yang tidak berada pada ranah (domain) spesialisasinya. Misalnya, dokter mata yang mengobati pasien yang sakit jantung. 

Untuk argumentasi-argumentasi lain, misalnya "bukti bahwa banyak pasien stroke yang sembuh dari tangan dr Terawan", "sanksi dipecat seumur hidup yang tidak sepadan dengan kesalahannya", saya serahkan kepada judgment kita masing-masin. Sebab hal ini sangat subyektif sifatnya.

***