Dari Buang Kotoran Secara Cerdas, Vagina Publik sampai Rekomendasi Gaya Bercinta

Hidup manusia berubah menjadi semakin digital. Kita pun menjadi cyborg, yakni separuh manusia dan separuh mesin. Pertanyaan kecil, namun penting, pun muncul. Di mana batasnya?

Selasa, 1 Februari 2022 | 07:58 WIB
0
232
Dari Buang Kotoran Secara Cerdas, Vagina Publik sampai Rekomendasi Gaya Bercinta
Ilustrasi (Foto: rumahfilsafat.com)

Cukup berkata “buka!”, supaya toilet itu membuka alasnya. Tak perlu tangan untuk membukanya. Hanya kata, dan suara. Algoritma dari toilet cerdas (smart toilet) tersebut akan langsung menangkapnya, dan menjalankan operasi yang diinginkan.

Sambil menunggu kotoran dari perut dan saluran kencing keluar, toilet cerdas itu akan menganjurkan beberapa hiburan. Ada berita hari ini. Ada laporan cuaca. Ada musik, supaya kegiatan buang air menjadi menyenangkan.

Kita juga bisa mengontak teman atau keluarga, sambil menunggu kotoran keluar. Hanya perlu kata dan perintah, supaya algoritma bekerja. Jangan lupa, tata cahaya pun bisa diatur. Semua dilakukan demi memberikan pengalaman buang air yang membahagiakan.

Temperatur ruangan pun bisa diatur. Mau agak dingin, supaya kencing lancar? Bisa, cukup memberikan perintah pada si toilet cerdas. Jangan lupa, semua data aktivitas kita di toilet cerdas terekam dengan cermat di cloud (tempat penyimpanan data virtual).

Vagina Publik

Mau punya anak, namun sulit menentukan masa subur? Sudah ada teknologi untuk itu. Sepotong alat yang dimasukkan ke dalam vagina. Tidak hanya kesuburan yang bisa ditentukan, tetapi juga kesehatan vagina anda.

Data yang diperoleh langsung dikirim ke dokter pilihan anda. Dokter akan melakukan analisis. Diagnosis diberikan. Lalu, terapi dan obat pun bisa segera dilakukan, sesuai keperluan.

Tidak hanya dokter yang memperoleh data tentang vagina anda. Perusahaan asuransi, bahkan pemerintah, pun juga mendapatkannya. Ini untuk kepentingan penentuan premi asuransi yang harus anda bayar. Jangan lupa, semua data tentang vagina anda kini menjadi bagian dari data publik. Ia terekam dengan detil di dalam cloud.

Rekomendasi Gaya Bercinta

Tak hanya toilet dan alat vagina yang cerdas. Kamar tidur anda pun bisa menjadi cerdas. Kegiatan bercinta bersama pasangan kini tidak lagi menjadi rahasia. Algoritma siap merekam, dan memberikan saran yang diperlukan.

Desahan anda dan pasangan anda direkam. Lama bercinta juga menjadi catatan. Mungkin, tempat tidur mesti diganti, supaya kegiatan bercinta menjadi lebih nikmat. Tata cahaya dan suhu ruangan tentu menjadi pertimbangan penting.

Jika semuanya sudah lengkap, maka analisis akan dilakukan dengan menggunakan algoritma tertentu. Rekomendasi pun diberikan. Pola yang sama terjadi. Semua data tersebut akan disimpan di cloud.

Revolusi Digital

Semua hal di atas, dan banyak lagi, menjadi mungkin, karena revolusi digital. Ini revolusi yang dipicu dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat. Hidup manusia tak lagi bisa dipisahkan dari mesin. Dari pola produksi sampai gaya bercinta, semua terhubung secara virtual dengan komputer.

Revolusi digital dimulai sejak dekade 1980-an, ketika komputer menjadi barang publik. Ia tidak lagi hanya digunakan oleh institusi besar ataupun negara. Semua orang bisa memilikinya, asal sanggup membayar. IBM dan Apple berdiri sebagai pionir.

Ini adalah revolusi peradaban yang ketiga. Ia memuncak di dalam tiga hal, yakni meluasnya pengguna ponsel cerdas, berkembangnya energi terbarukan (angin, matahari) dan lahirnya kecerdasan buatan yang memungkinkan berkembangnya model transportasi yang baru (mobil tanpa pengemudi). Kita semua menjadi saksi dari revolusi ini.

Revolusi Peradaban

Revolusi peradaban manusia dipicu oleh tiga hal. Yang pertama adalah berkembangnya pola komunikasi yang baru. Yang kedua adalah ditemukannya sumber energi yang baru. Yang ketiga adalah berubahnya pola transportasi manusia.

Dunia sudah mengalami dua revolusi peradaban. Yang pertama adalah revolusi yang dipicu oleh berkembangnya telepon, ditemukannya energi batu bara dan dibangunnya jaringan rel kereta api secara luas. Ini mengubah wajah peradaban manusia dengan amat drastis.

Yang kedua adalah dengan meluasnya penggunaan telepon, ditemukannya minyak sebagai sumber energi dan hadirnya mobil (dengan teknologi pembakaran) sebagai alat tranportasi. Hidup manusia menjadi begitu cepat. Dunia menjadi terhubung sedemikian rupa, sehingga mulai muncul kesadaran akan kesatuan. Segalanya pun berubah.

Untuk Apa?

Kita sedang hidup di masa puncak dari revolusi digital. Dalam banyak hal, Indonesia mungkin ketinggalan, karena terus hidup di bawah bayang-bayang pola pikir dogmatis. Alhasil, kita pun menjadi obyek dari perkembangan teknologi. Secara umum, ada empat hal yang kiranya harus terus ditanggapi secara kritis.

Pertama, kita menjadi obyek dari pemasaran total. Dengan data-data yang ada di cloud, komputer memiliki gambaran tentang perilaku maupun kebiasaan kita. Bisa dibilang, ia memahami diri kita, lebih dari kita memahami diri sendiri. Data-data tersebut dijual, dan biasanya digunakan untuk kepentingan pemasaran.

Dua, negara pun tak mau kalah. Data-data yang ada digunakan untuk kepentingan pengawasan. Ini berguna untuk deteksi terorisme, ataupun ancaman keamanan lainnya. Kemungkinan penyalahgunaan juga besar, misalnya menangkap orang-orang yang berbeda aliran politik dengan penguasa, dan sebagainya.

Tiga, perusahaan asuransi amat diuntungkan dengan data-data ini. Mereka bisa menentukan premi asuransi dengan detil. Jangan heran, jika tiba-tiba premi asuransi anda meningkat, tanpa ada alasan yang jelas. Di Indonesia, minimal, gaya hidup kita dipantau dekat oleh ponsel cerdas yang kita gunakan.

Empat, dunia medis pun mengalami perubahan besar. Data-data yang diperoleh bisa segera diperoleh oleh tenaga kesehatan terkait. Terapi dan obat bisa dilakukan serta dikirimkan dengan begitu cepat. Dalam hal ini, perubahan tentu mengarah pada kebaikan.

Hidup manusia berubah menjadi semakin digital. Kita pun menjadi cyborg, yakni separuh manusia dan separuh mesin. Pertanyaan kecil, namun penting, pun muncul. Di mana batasnya?

***