Bahaya Medsos

Kerusakan yang ditimbulkan media sosial sebetulnya sudah cukup nyata, namun kita masih banyak yang belum menyadarinya.

Senin, 15 Maret 2021 | 18:00 WIB
0
374
Bahaya Medsos
Kaesang dan Felicia (Foto: hops.id)

Adanya sarana media sosial (medsos) membuat orang menjadi kakehan cangkem (kebanyakan mulut). Bukan saja nyinyir mengomentari orang lain, tapi juga mengunggah hal-hal yang bersifat private atau semi-private dari dirinya.

Kita lihat salah satu contohnya adalah kasus "break-up" antara Kaesang dan Felicia. Bertahun-tahun Kaesang mengunggah foto-foto kemesraan mereka berdua di medsos bahkan ada yang bersama calon mertua dan dengan ortunya (sang presiden). Lantas datanglah saat yang tidak diharapkan itu. Kaesang putus hubungan dgn Felicia. Ora sido rabi (Gak jadi menikah).

Maka riuh rendahlah jagat medsos mengumpat menyumpah serapah dia dengan segala kemarahan.

Ada sebagian netizen lain yang mengambil posisi berbeda. Mereka berkata soal putus pacaran itu masalah private dari Kaesang dan Felicia dan tidak perlu diributkan apalagi dihujat.

Ada netizen lain yang berkata soal putus pacaran itu biasa dan bahkan orang yang sudah nikah belasan tahun saja bisa bercerai.

Pokoknya ada banyak sudut pandang yang tidak sedikit diametrikal. Netizens jadi saling gontok-gontokan.

Kita jadi kurang bisa melihat kausa dari semua keributan ini. Kaesang dengan men-share begitu banyak foto-foto kemesraan dia dengan Felicia di medsos sesungguhnya sudah membuat hal yang bersifat private menjadi public.

Inilah yang saya maksudkan bahwa medsos membuat orang "kakehan cangkem", membuat hal yang bersifat private menjadi public.

Lha, kalau sekarang orang pada "ngamuk" ya jangan heran. Keliru kalo diimbau supaya kita menghormati privacy orang. Wong dia sendiri yang membikin hal yang private menjadi public.

Saya sebenarnya bukan ingin menyasar Kaesang secara khusus. Tapi ingin menyoroti sisi negatif medsos secara umum.

Sisi negatifnya cukup banyak. Yang pertama, orang jadi tergoda untuk men-share hal-hal yang bersifat private ke ruang publik. Termasuk di situ, misalnya sharing foto anak yang sedang diopname di RS atau foto orangtua sendiri yang sedang kritis terbaring di ICU.

Ini salah satu contoh saja kekurangpekaan kita men-share hal yang private ke media sosial. Masih ada banyak lagi contoh-contoh lainnya.

Kaesang

Baca Juga: Kaesang Itu Asyik

Sisi negatif lain dari medsos adalah kecenderungan orang untuk menjadi koran berjalan. Menggantikan peran media massa konvensional (koran, televisi) dengan "liputan" (coverage) sendiri.

Inilah yang melahirkan istilah "trending" dan "viral". Ada rasa bangga kalo "berita" yang kita posting langsung menjadi viral dan trending dan dibaca jutaan orang.Terlepas dan masa bodoh kalau berita itu banyak biasnya dan malah banyak tidak akuratnya.

Citizen journalist ini malah bertindak lebih jauh dengan secara frontal menyerang media massa konvensional yang tidak sepaham dengan garis politiknya. Kalau perlu dibikin bangkrut dan gulung tikar dengan segala trik boikot digital.

Orang pun malah sekarang lebih percaya pada info yang dilansir pada medsos ketimbang media konvensional yang profesional. 

Kelahiran medsos yang fenomenal sesungguhnya menyimpan banyak bahaya pada struktur sosial masyarakat. Kerusakan yang ditimbulkan sebetulnya sudah cukup nyata, namun kita masih banyak yang belum menyadarinya.

***