Peresmian jembatan Holtekamp atau jembatan Youtefa yang menghabiskan dana mencapai Rp1,8 triliun itu siang ini waktu Papua oleh Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Wakil Menteri PUPR, John Wempi Wentimpo, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Gubernur Papua Lukas Enembe jelas merupakan bukti kuat bagaimana besarnya cinta pemerintah pusat yang saat ini dipimpin Presiden Joko Widodo bersama KH. Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden RI terhadap Papua, sekaligus membuktikan tekad bahwa “Indonesia adalah Papua dan Papua adalah Indonesia”.
Pembangunan jembatan Holtekamp juga semakin mengukuhkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak awal punya komitmen kuat untuk membangun Papua.
Namun beratnya medan membuat pembangunan terhadap wilayah di ujung timur Indonesia itu membutuhkan waktu yang tidak singkat, karena pembangunan di daerah yang memiliki geografi sulit seperti di daerah pegunungan tengah dan pegunungan tengah bagian barat, mulai dari Puncak Jaya, Puncak Lani Jaya, Nduga, Yahukimo itu darerah pegunungan tengah, termasuk daerah pegunungan tengah bagian barat itu daerah Waniai, Intan Jaya, Dogiyai, serta sekitar Mimika membutuhkan waktu yang lama.
Namun hal ini tidak menutup mata Presiden Jokowi yang sudah memahami bahwa masalah yang dihadapi masyarakat Papua saat ini ialah pemerataan pembangunan dan kesejahteraan, sehingga Presiden Jokowi akan terus membangun infrastruktur di Papua.
Masyarakat Papua sejatinya mensyukuri hasil pembangunan yang ada saat ini. Banyak pihak optimistis masyarakat Papua dapat bersabar dengan upaya pemerintah memajukan Bumi Cenderawasih, meski ada saja gangguan-gangguan dari kelompok bersenjata yang tidak sejalan dengan pemerintah.
Jembatan Holtekamp rencananya akan berubah nama menjadi Jembatan Youtefa saat diresmikan siang ini. Jembatan memiliki total panjang 11,6 km yang terbagi menjadi empat bagian, yakni Jalan Pendekat sepanjang 320 meter dengan total anggaran yang sebanyak Rp 51 miliar, berasal dari Pemerintah Kota Jayapura. Bentang Tengah sepanjang 433 meter dengan total anggaran yang dihabiskan untuk pembangunan sebanyak Rp 943,6 miliar yang berasal dari Kementerian PUPR.
Jembatan Pendekat Sisi Holtekamp sepanjang 900 meter dengan total anggaran yang dihabiskan sebanyak Rp 668,3 miliar. Dana tersebut dibagi dua yakni berasal dari Pemprov dan Kementerian PUPR. Terakhir, jalan akses sepanjang 9.950 meter dengan total anggaran yang dihabiskan sebanyak Rp225,7 miliar yang berasal dari Kementerian PUPR.
Jembatan Holtekamp atau Jembatan Youtefa ini mulai dibangun sejak 2015. Selama pengerjaannya jembatan ini juga pernah meraih rekor dari Museum Rekor Indonesia yakni rekor pemasangan jembatan rangka baja dengan bentuk utuh terpanjang.
Jembatan ini disebut-sebut sebagai New Icon of Papua yang menghubungkan langsung Jayapura dengan kawasan Lintas Batas Negara Skouw. Jembatan ini bisa memperpendek jarak dan waktu tempuh hingga sekitar 70 menit dari Kota Jayapura menuju Distrik Muara Tami dan kawasan Lintas Batas Negara Skow. Perlu diketahui, Distrik Muara Tami merupakan kawasan tempat pembangunan Istana Negara yang rencananya akan dibangun di Papua.
Sementara itu, Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) John Wempi Wetimpo meminta semua pihak menjaga Jembatan Holtekamp di Jayapura, Papua dengan semua pihak menjaga kebersihan dan merawat jembatan tersebut, terutama kebersihan dari buah pinang yang bisa membuat jembatan ini nampak kotor dan tidak terawat. Wempi menyebut, pembangunan New Icon of Papua ini merupakan salah satu komitmen pemerintah untuk membangun infrastruktur di kawasan Indonesia Timur.
Memicu perkembangan ekonomi dan daya tarik wisata
Pembangunan jembatan Holtekamp atau Youtefa ini jelas merupakan realisasi pembangunan infrastruktur yang dicanangkan Presiden Joko Widodo sejak periode pertama pemerintahannya. Bagi masyarakat Papua, dengan adanya jembatan ini diharapkan akan memicu perkembangan ekonomi daerah, sekaligus jembatan ini bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri, seperti layaknya jembatan Ampera di Palembang, jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang) di Batam, jembatan Suramadu di Madura-Jawa Timur, dan jembatan Leighton di Pekanbaru, Riau tepatnya diatas Sungai Siak yang tidak sepi-sepinya dilalui masyarakat dan dijadikan lokasi wisata.
Dengan adanya peresmian pembangunan jembatan Holtekamp atau Youtefa, pemerintah mengharapkan daerah-daerah yang terisolir akibat sulitnya geografi di Papua akan semakin dapat dikurangi, sehingga mobilitas kehidupan berekonomi dan bermasyarakat di Papua tidak terkendala infrastruktur yang memadai, bahkan dengan adanya jembatan ini juga dapat meningkatkan “gengsi bangsa” karena jembatan yang menarik ini juga menghubungkan Papua dengan Papua Nugini.
Pembangunan jembatan ini last but not least juga akan memberikan literasi dan sinyal positif ke masyarakat global bahwa Indonesia cinta Indonesia dan Papua mengasihi Indonesia. Semoga.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews