Banyak wanita yang tidak mau naik gerbong khusus wanita dan memilih gerbong umum karena punya pengalaman yang tidak mengenakkan dalam gerbong khusus tersebut.
Ganasnya gerbong KRL Commuter Line khusus wanita. Pagi itu, laki-laki usia 30-an itu tanpa sengaja salah masuk ke gerbong KRL khusus wanita. Ia nylonong aja ke gerbong khusus warna merah jambu yang sudah penuh sesak para wanita dari segala usia.
Sontak, wanita yang ada di dalam gerbong itu marah-marah dan meminta laki-laki itu keluar. Kata-kata kasar dan pedas keluar dari mulut wanita di dalam gerbong tersebut kepada laki-laki yang salah masuk gerbong KRL Commuter Line.
Intinya-laki-laki tadi diperkusi oleh para wanita dalam gerbong tersebut. Kata-katanya lebih tajam daripada "lidah mertua."
Laki-laki itu merasa "gilaben" (Jawa) atau sangat ketakutan karena tidak menyangka kalau akan diperlakukan seperti itu, hanya secara tidak sengaja salah masuk gerbong warna merah jambu. Bahkan, ada yang berteriak, "Telanjangi-telanjangi aja biar kapok!"
Nyaris saja, kehormatan atau keperjakaan laki-laki itu terancam oleh wanita dalam gerbong tersebut. Ternyata gerbong KRL wanita lebih ganas daripada gerbong umum, dimana laki dan wanita bercampur. Mereka seperti macan betina yang siap menyalak dan melumat kepada pejantan.
Pelecehan atau persekusi umumnya dilakukan oleh laki-laki kepada wanita. Tetapi dalam kasus-kasus tertentu, wanita pun bisa melakukan hal yang sama kalau mereka berkelompok dan merasa kuat. Seperti dalam gerbong KRL khusus untuk wanita tersebut.
Laki-laki yang menggoda wanita dengan ucapan atau siulan saja sudah masuk ketegori pelecehan menurut Komnas Perempuan. Lha kalau wanita melecehkan laki-laki dengan ucapan sensual, termasuk pelecehan tidak?
Sayangnya tidak ada Komnas Pria. Eee...tapi sudah ada lho wanita jadi tersangka karena melakukan KDRT kepada suaminya, yaitu Nikita Miirzani. Nikta menjadi tersangka karena menganiaya Dipo Latif. Aya-aya wae-laki atau suami cemen.
Sejatinya, gerbong KRL Commuter Line diperuntukkan bagi wanita untuk keamanan dan kenyamanan. Juga untuk menghindari terjadinya pelecehan dari para lelaki yang ngacengan dalam gerbong KRL. Tapi faktanya malah jauh dari harapan. Gerbong KRL khusus wanita justru lebih ganas dan sangat tidak ramah bagi kaum wanita sendiri.
Bahkan ada hukum yang berlaku dalam gerbong khusus wanita, yaitu "siapa cepat dia berhak tempat duduk". Dan aturan tak tertulis ini tidak bisa diganggu gugat oleh penumpang lainnya. Bahkan juga tidak berlaku rasa kemanusiaan untuk wanita hamil atau wanita yang sudah sepuh yang sejatinya harus mendapat prioritas.
Malah, banyak kaum wanita yang tidak mau naik gerbong khusus wanita dan memilih gerbong umum atau bercampur. Karena punya pengalaman yang tidak mengenakkan dalam gerbong khusus wanita tersebut. Seperti sering berebut tempat duduk ,saling sindir dan berkata keras-keras. Bahkan ada yang sempat berkelahi fisik dalam gerbong khusus wanita.
Nah, dari kejadian diatas-apakah masih ada yang bermimpi atau ingin tidur dengan 72 bidadari? Apakah kalian kuat? Bagaimanana kalau 72 bidadari tersebut ganas-ganas? Yang ada kamu akan lari terbirit-birit seperti laki-laki yang salah masuk gerbong khusus wanita. Sampai 'gilaben" atau sangat ketakutan.
Masih bingung memikirkan sebanyak apa 72 bidadari itu? Ga perlu, bayangkan saja wanita-wanita yang menyesaki gerbong KRL khusus tersebut!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews