Ketika ditanya alasan bertahan hidup, orang yang depresi tidak menjawab soal pekerjaan atau harta benda, melainkan suatu hal yang terkait dengan istri, suami, anak, orang tua, atau sahabatnya.
Depresi itu penyakit/gangguan, baik dari perspektif medis maupun psikologis. Namun, depresi adalah penyakit yang sangat bergantung pada keberuntungan kita.
Kalau kita mendapat dukungan sosial yang memadai (dari teman, keluarga, pasangan, dan siapapun yang berarti bagi kita serta kita cintai), maka kita tidak akan mudah jatuh dalam depresi. Atau kalau sudah depresi pun, akan lebih mudah pulih.
Berbeda dengan orang yang sendirian. Tidak punya ikatan sosial. Tidak mendapatkan support/dukungan sosial.
Pasalnya, secara alami manusia selalu ingin membentuk ikatan sosial yang bermakna, di mana kita bisa melakukan interaksi yang memuaskan bagi psikis kita. Sebenarnya, bukan cuma ingin... Kita membutuhkan interaksi dengan orang lain seperti kebutuhan makan minum.
Ketika kita ke mall dan bertemu tukang parkir, atau saat kita ke pasar untuk beli sayur, pasti akan terjadi interaksi. Tapi, bukan interaksi seperti itu yang disebut dengan interaksi yang memuaskan dan bermakna.
Kegagalan membangun sebuah interaksi/ikatan sosial yang bermakna dan memuaskan itulah yang disebut dengan fenomena "kesepian".
Kesepian itu rasanya sangat nyeri, pedih.
Di otak, kegagalan berinteraksi akan direspon dengan cara yang sama dengan bagaimana otak merespon rasa sakit fisik. Hal itu wajar saja.
Kimberley Brownlee berpendapat bahwa kebutuhan sosial ini sama krusialnya dengan kebutuhan biologis seperti makan, minum, dan seks.
Dalam konsep hierarchy of needs-nya Abraham Maslow, kebutuhan akan 'belonging' dan kasih sayang pun termasuk kebutuhan yang wajib terpenuhi kalau ingin memiliki psikis yang sehat, psikis yang berfungsi dengan baik.
Maka, dipenjara itu pedih bukan hanya karena kita kehilangan kebebasan kita, tapi lebih karena kita kehilangan seluruh ikatan/interaksi sosial yang sebelumnya kita miliki.
Suatu penelitian berkata, aktivitas selingkuh yang berkelanjutan tidaklah diinisiasi atas keinginan seksual. Justru, kebanyakan untuk memperoleh ikatan/interaksi yang lebih bersifat emosional, yang tidak terpenuhi dari pasangan resminya.
Interaksi yang memuaskan itu terjadi ketika kamu berarti baginya, dan dia juga berarti bagimu. Karena berarti, kalian berusaha saling memahami. Terdapat level penerimaan yang setara. Ikatan yang membuat nyaman dan lega, terbentuk dari sana.
Antara gangguan psikis (seperti depresi) dengan keinginan bunuh diri, hubungannya tidak langsung.
"Aku depresi/anxiety/BPD, maka aku ingin bunuh diri".
Tidak seperti itu.
Gangguan psikis kerap membuat orang gagal membentuk ikatan sosial. Lalu, kegagalan itulah yang membuat orang jadi amat putus asa, tidak berdaya, dan sendiri... Dari situ muncul keinginan bunuh diri (suicidal).
Kuliah psikologi dan dikenal secara luas, membuatku sering berurusan dengan orang yang suicidal parah.
Biasanya mereka kutanyai,
+ "Apa yang kamu rasakan?"
= "Depresi, saya merasa putus asa, kayaknya keadaan kayak gini gak akan berubah"
+ Apakah kamu merasa sendiri?
= Ya, aku ngerasa aku sendirian banget"
+ Saat merasa seperti itu, apa yang ingin kamu lakukan?"
= Aku ingin mengakhiri semuanya. Aku bener-bener gak kuat lagi dan ingin bunuh diri..."
+ "Begini, sekarang kalau kamu terbersit keinginan seperti itu, kamu telpon aku ya. Aku akan berusaha dengerin dan nemenin kamu, aku janji aku gak akan ngasih nasihat atau solusi apapun kecuali kamu minta. Aku cuma akan jadi temen kamu. Dan gak usah ngerasa gak enak sama aku... Kamu sama sekali gak bebanin aku kok. Telpon kapanpun, oke?".
Biasanya mereka langsung menitikkan air mata, merasakan sedikit kelegaan, dan tendensi suicidalnya menurun.
Dukungan orang lain mengubah apa yang tadinya tidak kuat kamu tanggung (seperti depresi), menjadi kuat kamu tanggung.
Mungkin saja kamu tetap sakit, tapi kamu masih bisa bertahan.
Kehadiran orang lain mencegahmu putus dari harapan, mencegahmu terdiskoneksi dengan realita dunia yang sesungguhnya netral, namun jadi terasa pahit ketika kamu menjalani dunia tanpa kehadiran orang yang bermakna.
Dalam beberapa kesempatan, teman baik adalah segalanya.
Umumnya, ketika ditanya alasan bertahan hidup, orang yang depresi tidak menjawab soal pekerjaan atau harta benda, melainkan suatu hal yang terkait dengan istri, suami, anak, orang tua, atau sahabatnya.
Sakit dan sengsara itu beda.
Sakit = sakit.
Sengsara = sakit + merasa sendirian dalam sakit itu.
Ketika kita menghilangkan 'sendiri'nya, maka 'kesengsaraan' yang tidak bisa mereka jalani, berubah jadi 'sakit' yang bisa mereka jalani.
Asa Firda Inayah
Psikolog masa depanmu, A walk-the-talk-future-psychologist.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews