Kultum Tarawih [27]: Indonesia Bangkit Melawan Pandemi

Kita mulai mematuhi anjuran pemerintah untuk di rumah saja kecuali hal-hal penting dan esensial. Tidak usah kumpul-kumpul, apalagi beramai-ramai yang malah dapat menimbulkan kluster baru.

Minggu, 24 Mei 2020 | 08:20 WIB
0
210
Kultum Tarawih [27]: Indonesia Bangkit Melawan Pandemi
Patuhi protokol covid-19 (Foto: Suara Surabaya)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih mengizinkan kita untuk menjalani bulan Ramadan hingga kita bisa sampai pada malam dua puluh tujuh. Semoga semangat ibadah dan takwa kita tetap terjaga dan terus bertambah, dan semoga Allah berikan kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, juga agar kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya.

Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.

Pandemi COVID-19 sepertinya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Saat ini belum ada tanda-tanda jumlah infeksi baru akan menurun. Meski jumlah orang yang dinyatakan sembuh terus bertambah, namun angka kematian juga masih bertambah. Sebagian rumah sakit mulai penuh pasien COVID-19, terutama yang ada di kota-kota besar di Jawa. Tenaga medis juga mulai kelelahan.

Pembatasan yang ada di masyarakat, yang dimulai dengan perintah bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah, hingga PSBB, sepertinya hanya menekan sedikit penambahan kasus baru. Entah pelaksanaannya yang kurang baik, entah masyarakatnya yang bandel. Lha sudah disuruh untuk di rumah saja, kok malah masih bandel mau ke mana-mana.

Pemerintah tentu pusing. Harus mengambil kebijakan apa lagi? Lockdown jelas bukan opsi yang feasibel, karena kita tidak memiliki resource yang memadai untuk melakukan lockdown, dan virus sudah telanjur menyebar ke mana-mana.

PSBB pun seakan tak berpengaruh, apalagi malah ada yang main melonggarkan pembatasan meskipun Presiden telah berkata bahwa PSBB belum akan dilonggarkan. Sementara perekonomian tetap harus digerakkan, karena kalau ekonomi tidak bergerak, maka situasi akan lebih runyam.

Menanggapi situasi ini, sebagian besar dari kita, utamanya tenaga medis melahirkan tagar Indonesia Terserah. Wajar sekali muncul hal demikian, karena seperti yang dinyatakan seorang ahli perdamaian dan resolusi konflik, situasi kita seolah-olah sedang perang, sehingga akan terjadi combat fatigue utamanya pada prajurit yang berperang di garda depan, yaitu para tenaga medis.

Juga orang-orang waras yang sudah patuh disuruh di rumah saja, eh ternyata banyak yang sembarangan melanggar dan membuat kluster-kluster kasus baru. Dalam ketidakjelasan ini, tentu muncul rasa frustrasi, wajar saja.

Namun, tadi pagi seorang panutan saya mengingatkan bahwa ucapan adalah doa. Apa-apa yang kita ucapkan saat ini, boleh jadi kalau istilahnya orang zaman dahulu, pas dicatat malaikat lewat dan dikabulkan. Kalau kita mengucapkan kata-kata yang tidak optimistis, tidak memberi harapan, jangan-jangan justru itu yang terjadi. Kita tentu tidak mau keadaan kita terus begini, kan?

Allah telah berfirman bahwa pada setiap kesulitan ada kemudahan, sebanyak DUA KALI dalam Surah Al-Insyirah. Tentu saja, sesuai Surah Ar-Ra’d ayat 11, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga kaum itu mengubah nasib mereka sendiri.

Saat ini kita menghadapi situasi sulit, dan janji Allah adalah ada kemudahan dalam setelahnya. Untuk mencapai kemudahan itu, kita tidak bisa hanya menunggu Allah mengubah keadaan, namun kita sendiri yang harus berikhtiar agar situasi kita membaik.

Kita mulai dengan mematuhi anjuran pemerintah untuk di rumah saja kecuali hal-hal penting dan esensial. Tidak usah kumpul-kumpul, apalagi beramai-ramai yang malah dapat menimbulkan kluster baru kasus COVID-19. Jangan memperberat kerja para tenaga medis yang sudah sangat berat.

Tanamkan selalu pikiran positif pada diri kita, bahwa Indonesia akan bangkit melawan COVID-19. Kebangkitan ini tentu saja tidak akan terjadi tanpa upaya kita untuk memutus rantai penularan SARS-CoV 2, dan apabila kita tidak mendoakan yang terbaik bagi bangsa dan negara kita. Ikhtiarkan yang baik, doakan yang baik, insya Allah Indonesia bisa melawan COVID-19.

Semoga Allah senantiasa menjaga bangsa dan negara kita dalam keadaan selamat.

Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

***