Jadi, sesungguhnya proses pemasaran sebenarnya dimulai sebelum ada produk. Lalu berlanjut ketika sedang dikembangkan, dan setelah itu, memberikan nilai.
Manusia memuaskan kebutuhan dan keinginannya dengan produk. Kotler mencatat 10 kebutuhan manusia berikut ini yang, jika bisa dijawab, akan mendatangkan manfaat finansial: barang, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide.
Saya fokus, bekanjang, dan berkutat dengan: pengalaman orang, informasi, dan ide. Jika dikekola betul, akan menjadi manfaat finansial.
Akan terjadi apa yang disebut PERTUKARAN, JUAL BELI, TRANSAKSI. Pertukaran dapat dikatakan sebagai inti dari pemasaran yang melibatkan perolehan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai balasannya.
Agar terjadi pertukaran, ada lima syarat harus puas:
1. Setidaknya ada dua pihak.
2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin bernilai bagi pihak lain.
3. Setiap pihak mampu melakukan komunikasi dan pengiriman.
4. Setiap pihak bebas untuk menerima atau menolak penawaran pertukaran.
5. Masing-masing pihak meyakini pantas atau diinginkan untuk berurusan dengan pihak lain.
Apakah pertukaran benar-benar terjadi tergantung pada apakah kedua pihak bisa menyetujui persyaratan yang akan membuat mereka berdua lebih baik (atau setidaknya tidak lebih buruk) daripada sebelumnya.
Pertukaran adalah proses penciptaan nilai karena dengan pertukara itu kedua belah pihak sama-sama merasa mendapatkan manfaat.
Pertukaran adalah proses dan bukan hanya peristiwa. Dua pihak terlibat dalam bertukar jika mereka sedang bernegosiasi — mencoba memenuhi persyaratan yang disepakati bersama. Ketika suatu kesepakatan tercapai, kita mengatakan bahwa transaksi terjadi. Transaksi setidaknya melibatkan dua hal yang bernilai, kondisi yang disepakati, waktu perjanjian, dan tempat perjanjian.
Biasanya, ada sistem hukum untuk mendukung dan menegakkan kepatuhan di antara para pelaku transaksi. Dalam contoh kasus saya, sebagai Penulis, ada Kontrak yang mengatur A-Z yang dituangkan dalam Pasal demi Pasal. Sistem hukum ini sebenarnya hanya untuk menjaga-jaga.
Meski, sebenarnya, kepercayaan dan profesionalitas nomor satu. Hukum tidak berlaku dalam kondisi keteraturan, kejujuran, dan kebaikan.
Transaksi berbeda dari transfer.
Dalam transfer, A memberi hadiah, asubsidi, atau sumbangan amal untuk B tetapi tidak menerima apa pun yang nyata sebagai imbalannya.
Perilaku transfer juga dapat dipahami melalui konsep pertukaran. Secara khusus, orang yang melakukan transfer mengharapkan sesuatu sebagai imbalan atas apa yang telah diberikannya, misalnya terima kasih atau melihat adanya perubahan perilaku pada si penerima. Penggalang dana profesional menyediakan manfaat untuk donor, seperti ucapan terima kasih.
Namun, dalam transaksi A to A. Kedua pihak sama-sama mendapat menfaat, bukan transfer.
Inti dari pandangan baru tentang proses bisnis adalah menempatkan pemasaran di awal proses perencanaan. Alih-alih menekankan membuat dan menjual,perusahaan melihat diri mereka terlibat dalam penciptaan dan pengiriman nilai tiga fase.
Fase pertama, memilih nilai. Pemasaran strategis harus dilakukan sebelum ada produk. Staf pemasaran harus membagi segmen pasar, memilih target pasar yang sesuai, dan mengembangkan posisi nilai penawaran.
Pada fase kedua, memberikan nilai, pemasar merinci spesifikasi produk dan layanan, menetapkan harga, lalu membuat, dan mendistribusikan produk.
Mengembangkan fitur produk tertentu, harga, dan distribusi terjadi pada tahap ini dan merupakan bagian dari pemasaran taktis.
Tugas pada fase ketiga adalah mengkomunikasikan nilai. Di sini, pemasaran taktis lebih lanjut terjadi dalam memanfaatkan tenaga penjualan, promosi penjualan, iklan, dan alat promosi lainnya untuk menginformasikan pasar tentang produk.
Jadi, sesungguhnya proses pemasaran sebenarnya dimulai sebelum ada produk. Lalu berlanjut ketika sedang dikembangkan, dan setelah itu, memberikan nilai.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews