Toleransi dan Penerimaan

Terimalah kami, dengan segala keanehan kami. Toh kami tak mengganggu dan berbahaya bagi keselamatan kalian.

Minggu, 11 April 2021 | 14:17 WIB
0
207
Toleransi dan Penerimaan
Thor (Foto: Facebook)

Jika aku percaya Spiderman, tentu aku akan membiarkan orang percaya Superman, Batman maupun Iron Man. Sebab aku tahu mereka semua pembasmi kejahatan.

Tapi bagaimana caraku membunuh kesebalanku pada Superman yang memakai celana terbalik, kolor di luar, celana legging di dalam. Tak cukup hanya toleransi, sebab toleransi adalah sebatas memahami adanya gaya hidup dan kepercayaan yang berbeda. Memahami bahwa di dunia ini ada Batman, Ultraman, Gatotkaca, Jaka Tarub dan lain-lain.

Seorang profesor psikologi bernama Jefferson Morris Fish menjelaskan tentang konsep yang berada di atas toleransi, "Acceptance goes a step beyond tolerance."

Toleransi sebatas perasaan: saya dapat hidup berdampingan dengan pemuja Superman. Kita dapat mentoleransi sesuatu meski tak menerima, tetapi saat kita menerima pasti kita telah mentolerir hal itu. Biar saja mereka memuja Superman walaupun bagi saya Superman bego karena terbang hanya dengan satu tangan, sedang tangan satunya memegang kolornya agar tidak melorot.

Bagaimana mau melawan musuh bila mengatasi masalah agar kolornya tidak melorot saja ia tak mampu.

Acceptance adalah soal penerimaan. Bukan saja sebatas kita bisa hidup berdampingan dengan mereka yang memuja Superman, tetapi juga menerima bila pemuja Superman tampak aneh karena memakai kolor di luar celananya. Sebab pemuja Superman menerima kita para pemuja Batman memakai masker untuk menutup mata dan bukan hidung. Meski di era pandemi, pemuja Batman tetap harus memakai masker untuk menutup hidung dan mulut.

Acceptance, penerimaan ibarat menjadi mertua bagi menantu galak tak bisa masak, tetapi setengah mati dicintai anak kita. Atau menerima nasib punya mertua yang minta duit mulu.

"You can tolerate something without accepting it, but you cannot accept something without tolerating it. For example, when a son or daughter tells a parent about an unwelcome career choice, marital partner, or sexual identity, he or she wants that information not just to be tolerated, but to be accepted." Demikian penjelasan Fish.

Jadi saudara-saudara, terimalah kami, dengan segala keanehan kami. Toh kami tak mengganggu dan berbahaya bagi keselamatan kalian.

Ijinkanlah kami memuja Thor yang gondrong dengan tenang. Kami tak akan meminta Thor menjadi Direktur PLN. Jangan habisi kami... 

#vkd