Diksi-diksi Kerinduan

Rindu adalah diksi yang menggoda adrenalin untuk terus mencari kebahagiaan. Plato, dalam etika Nicomachea mengatakan,"Tujuan tertinggi dan terakhir pencarian manusia adalah kebahagiaan."

Sabtu, 9 Januari 2021 | 14:29 WIB
0
458
Diksi-diksi Kerinduan
Ilustrasi bahagia, tatkala bertemu Mentor. Sumber;Pixabay

Cara terbaik untuk menata memori adalah melalui diksi.

Mengulik diksi serupa menata batin, pikiran dan rasa dalam menghasilkan paduan aksara yang elegan dan syahdu di mata, telinga dan panca indera yang lain.

Memori dalam diksi-diksi kerinduan semakin memberikan rasa syukur saya kepada Pak Pepih Nugraha. Karena saya diberi ruang oleh Pak Pepih Nugraha untuk menata tema, bingkai dan diksi di rumah PepNews. Kawan, dunia serasa sempit, ya. 6 bulan yang lalu, saya adalah bagian dari ribuan siswa di Arkademi.

Arkademi telah meninggalkan bekas aksara di lorong-lorong tersempit kehidupan saya. Saya masih mengingat jelas, apa yang dikatakan oleh Pak Pepih Nugraha, selaku mentor dalam kursus,"Menjadi Jurnalis Profesional."

Apa yang kamu lihat itulah berita. Apa yang kamu rasakan, itulah puisi. Apa yang kamu khayalkan, itulah fiksi

Kolaborasi dari kelima panca indera saya menghasilkan diksi-diksi kerinduan. Entah diksi dalam berita, puisi dan karya fiksi apapun. Yang terpenting ucapan syukur saya kepada Pak Pepih Nugraha yang telah meninggalkan bekas aksara dalam kehidupan saya.

Bersyukur berarti saya bahagia bisa mengulik aksara. Nada-nada aksara menyatukan tekat dan motivasi saya untuk terus belajar. Rasa ingin tahu akan segala sesuatu, menjadi pemantik bagi saya untuk terus menikmati ritme aksara dalam koridor kerinduan.

Rindu adalah diksi yang menggoda adrenalin saya untuk terus mencari kebahagiaan. Ya, meskipun Filsuf Plato, dalam etika Nicomachea mengatakan,"Tujuan tertinggi dan terakhir dari pencarian manusia adalah kebahagiaan."

Kawan, silakan berhenti membaca artikel receh! Bila kamu tak menemukan value atau nilai. So, Apa itu kebahagiaan? Bagi saya, kebahagiaan adalah ketika suara saya didengar oleh orang lain. Karena tanpa pendengaran yang baik, mustahil seindah dan seromantis diksi apapun, hanya numpang lewat.

Bukankah begitu, kawan? Saya harap, diujung episode ini, kamu jangan menghakimi saya, ya. Karena penulis pemula, belum sepandai anda dalam menata ide pokok dalam sebuah paragraf yang sempurna.

Terima kasih Pak Pepih Nugraha

Salam.

***