Mengenal Filsuf Saul Kripke dan Pemikirannya tentang Kebenaran

Kita tidak dapat menuduh atau menyatakan sesuatu yang tidak beralasan dan tidak dapat kita buktikan kebenarannya.

Kamis, 17 Desember 2020 | 12:01 WIB
0
468
Mengenal Filsuf Saul Kripke dan Pemikirannya tentang Kebenaran
Saul Kripke, filsuf asal Amerika Serikat beserta kutipannya.

Kebenaran apapun yang diperlukan, apakah aprior atau aposteriori, tidak bisa berubah sebaliknya. - Saul Kripke -

Salah satu tokoh filsuf terkenal yaitu Saul Aaron Kripke atau yang lebih dikenal dengan nama Saul Kripke tertarik untuk mempelajari lebih jauh beberapa bidang filsafat seperti bahasa, epistemologi, logika, dan lain-lain. Saul Kripke lahir di Bay Shore, New York, AS pada tanggal 13 November 1940 dan beliau merupakan anak pertama dari pasangan Dorothy Karp Kripke serta Myer Samuel Kripke.

Kripke menjalani pendidikannya di Universitas Harvard dan lulus sebagai sarjana matematika pada tahun 1962, beliau sempat mengajar di Harvard sebelum pindah ke Universitas Rockfeller di New York. Selama ini beliau sudah banyak mendapatkan penghargaan seperti penghargaan Behrman dalam bidang humaniora dari Universitas Princeton, Rolf Schock Prize in Logic and Philosophy yang hampir sama dengan nobel pada tahun 2001, beasiswa Guggenheim untuk kemanusiaan, dan juga gelar kehormatan dari beberapa universitas terkenal lainnya. Beliau menikah dengan seorang filsuf di bidang filsafat politik, etika, dan hukum asal Inggris yang bernama Margaret Gilbert.

Saul Kripke merupakan salah satu filsuf yang tidak asing bagi para filsuf-filsuf lainnya, beliau dianggap genius karena sejak remaja sudah menguasai kalkulus, aljabar, dan geometri. Selagi menjalani pendidikannya sebagai mahasiswa di Harvard, beliau juga diam diam mengajar pasca sarjana di Institut Teknologi Massachusetts, Cambridge. Pemikiran-pemikiran beliau di berbagai bidang juga sangat menarik, terutama di bidang bahasa.

Bahasa merupakan kemampuan yang dimiliki oleh manusia berupa kata-kata atau gerakan untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Ilmu yang mempelajari tentang bahasa disebut linguistik.

Bahasa telah berhasil membuat Kripke tertarik untuk mengemukakan pemikiran, pendapat, atau teorinya. Di dalam buku Saul Kripke yang berjudul “Naming and Necessity” tahun 1980, beliau membahas perdebatan tentang penamaan yang tepat dalam filsafat bidang bahasa dan juga membahas mengenai teori tentang kebenaran apriori, aposteriori, dan keniscayaan.

Kebenaran apriori merupakan kebenaran yang kita asumsikan sebelum melalui berbagai pengalaman, kebalikan dari kebenaran ini adalah kebenaran aposteriori yaitu kebenaran yang kita dapat setelah melalui berbagai pengalaman. Sedangkan keniscayaan merupakan kebenaran yang ada pada kemungkinan dunia atau possible world. Teori tersebut membahas juga tentang rigid designator yaitu setiap objek yang sama dalam kemungkinan dunia atau possible world, Kripke menjelaskan tentang penamaan sesuatu contohnya seperti air atau H2O.

Penamaan air atau H2O bersifat hakiki yang artinya di seluruh kemungkinan dunia air memang disebut H2O. Penamaan tersebut dianggap kebenaran aposteriori karena didapat berdasarkan adanya pengalaman melalui penelitian nyata kandungan zat yang ada di dalam air yaitu Hydrogen dan Oxygen. Kebenaran apriori contohnya yaitu kalimat “semua bujangan belum menikah”, yang artinya terdapat asumsi sebelum pengalaman yang disimpulkan tentang status bujangan.

Saul Kripke juga mengemukakan pendapat atau pemikirannya yang menarik tentang kebenaran yang bergantung pada fakta kontingen, apakah sebuah kalimat dianggap paradoks atau tidak. Apakah kalian tahu apa itu paradoks? Paradoks adalah situasi yang terjadi akibat adanya pernyataan benar atau salah (premis) yang kebenarannya berlawanan dari suatu pernyataan. Jika suatu pernyataan memiliki fakta yang dapat dibuktikan maka pernyataan tersebut merupakan kebenaran. Sedangkan pernyataan palsu adalah pernyataan atau kalimat yang berlawanan dengan prinsip kebenaran.

Pernyataan tersebut tidak memiliki fakta yang mendasar artinya tidak memiliki nilai kebenaran sehingga dianggap bohong atau palsu. Teori kebenaran ini sepertinya merupakan teori yang tidak akan pernah hilang seiring perkembangan zaman atau akan terus menjadi dasar untuk mengetahui mengenai apa prinsip kebenaran itu sendiri.

Maka dari itu sebelum membuat suatu pernyataan atau pendapat mengenai sesuatu dalam bentuk tulisan maupun lisan, kita harus memiliki bukti atau fakta tentang hal tersebut. Kita tidak dapat menuduh atau menyatakan sesuatu yang tidak beralasan dan tidak dapat kita buktikan kebenarannya.

***