ILC Pamit, Rezim Otoriter Memasung Demokrasi?

Tapi mau pakai dugaan rejim otoriter, penguasa gerah atau masa gelap demokrasi boleh juga sih. Namanya negara demokrasi, bebas aja orang beropini.

Rabu, 6 Januari 2021 | 07:53 WIB
0
197
ILC Pamit, Rezim Otoriter Memasung Demokrasi?
Karni Ilyas (Foto: tribunnews.com)

Dalam siaran pers TvOne, dari beberapa sumber berita terungkap beberapa hal sebagai berikut:

- Hak cipta & hak siar ILC milik tim independen, bukan TVOne- Subscribers channel ILC > 4jt pengguna
- View rata2/bulan ~ 50jt
- ILC dan TvOne sepakat mengakhiri kerjasama
- ILC memutuskan pindah platform

Prospek pertumbuhan platform digital alias kanal di internet ke depan memang semakin menjanjikan. Sudah banyak orang beralih ke media digital. Internet memberi jangkauan dan fleksibilitas tinggi.

Contoh, orang yang terlewat nonton satu acara, tetep bisa mereka ikuti kapan dan di mana saja mereka mau lihat. Tinggal ke HP atau laptop lalu kunjungi kanalnya. Selesai. Kemewahan ini yang tidak dimiliki media konvensional. Sekali terlewat, ya sudah. Ada siaran ulang pun belum tentu bisa lihat kalau waktunya tidak pas.

Belum lagi kalau "nebeng" dengan media konvensional, mungkin ada biaya sewa ini itu, bagi keuntungan dan biaya lain. Sementara di kanal digital, biaya semacam itu bisa lebih diminimalisir dan keuntungan iklan, sponsor dlsb masuk 100%, ga perlu dibagi-bagi.

Lima tahun lalu, Youtube sama sekali belum masuk 10 besar platform sosial teraktif di Indonesia. Kini 2020, ia jadi platform yang paling banyak digunakan di Indonesia, mengalahkan Whatapps dan Facebook.

Artinya apa? Cuma dalam 5 tahun pertumbuhan kanal digital begitu pesat. Apalagi dalam tahun ke depan di mana era 5G dst bakal semakin memanjakan pengguna dengan kecepatan tinggi.

Jadi, sebetulnya ga susah untuk sekedar nebak, kira-kira apa motif di balik "cerainya" ILC dengan TvOne.

Tapi mau pakai dugaan rejim otoriter, penguasa gerah atau masa gelap demokrasi boleh juga sih. Namanya negara demokrasi, bebas aja orang beropini.

Etapi, jadi ga konsisten dong ya kalo nyebut otoriter sementara masih banyak yang bebas "ngehalu" gitu?

***