Borobudur

Pemugaran besar-besaran dilakukan oleh Pemerintahan Orde Baru, yang dimulai pada 10 Agustus 1973, namun secara resmi, dimulai pada 1975 hingga 1982.

Selasa, 11 Agustus 2020 | 08:37 WIB
0
264
Borobudur
Borobudur (Foto: Facebook/Yus Husni Thamrin)

Candi Borobudur adalah bukti yang tak terbantahkan bahwa sejak 13 abad lalu, Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kuat, terampil, tekun, menguasai berbagai disiplin ilmu eksakta, khususnya teknik sipil dan arsitektur.

Borobudur adalah bangunan candi yang terbuat dari potongan-potongan batu yang diukir, dibentuk, disusun sedemikian rupa menjadi bangunan besar, megah, indah, dan agung.

Borobudur dibangun pada tahun 760 dan 830, oleh Raja Samaratungga di masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Kerajaan Medang atau Mataram Hindu.

Penyelesaian pembangunan Borobudur dilakukan di masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani, anak dari Raja Samaratungga. Ini unik. Karena candi Borobudur yang demikian megah adalah candi Budha.

Para sejarawan memperkirakan, pembangunan candi Budha di sekitar kerajaan Hindu (Mataram Hindu) karena ‘pengaruh’ Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang menganut agama Budha.

Borobudur, adalah bangunan yang terbentuk dari 60.000 meter kubik batu vulkanik yang terdiri atas dua juta potong, disusun saling mengunci (interlock), berukuran luas 123 meter kali 123 meter, setinggi 42 meter, bisa bertahan dan berdiri tegak selama lebih dari 1300 tahun.

Sejak tahun 830 hingga kini, entah berapa kali gempa dahsyat terjadi di Pulau Jawa. Tapi Borobudur tetap tegak berdiri. Gempa tidak membuat susunan batu Borobudur menjadi miring atau bergeser.

Bisa disimpulkan, pada abad ke 7 Indonesia sudah menguasai teknologi sipil yang sangat maju. Saat itu Indonesia sudah memiliki seorang Guru Besar Teknik Sipil dan Arsitektur terbaik di dunia, bernama Gunadharma.

Borobudur yang memiliki enam tingkat berbentuk bujur sangkar, dimana pada setiap dinding teras itu terdapat 2.672 ornamen ukiran atau panel relief. Panel relief itu berupa diorama tentang kisah-kisah kebajikan dan keadaan di kerajaan pada masa itu.

Pada teras keenam, terdapat 72 stupa dan satu induk di tengah-tengah bangunan candi. Di dalam setiap stupa, terdapat sebuah patung Budha. Patung Budha juga terdapat di beberapa bagian candi, yang semuanya berjumlah 504 patung Budha, hingga komposisinya simetris sempurna.

Selain itu, Sang Arsitek mendesain Borobudur disesuaikan dengan iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi. Maka dibuatlah 100 talang air yang dibentuk menyerupai patung ikan berkepala gajah (Makara).

Keseratus talang air itu diposisikan sedemikian rupa, berfungsi untuk saluran air sekaligus sebagai hiasan candi. Sehingga, air hujan yang mengalir melalui Makara jadi terlihat seperti air mancur. Jadi, selain melibatkan ahli sipil terbaik dunia, pembangunan Candi Borobudur juga dirancang oleh arsitek terbaik dunia.

Bukan itu saja, berdasarkan penelitian, unsur bebatuan yang digunakan dalam membangun setiap teras bangunan candi, ternyata berbeda-beda. Lebih hebat lagi, perencanaan pembangunan candi Borobudur, ternyata dilakukan dengan sangat matang, melibatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu.

Diketahui bahwa lokasi dimana berdiri candi Borobudur, merupakan daerah yang memiliki diamagnetik kuat, atau anti gravitasi yang tinggi, dimana sebuah objek yang berada di daerah itu berat jenisnya menjadi ‘berkurang’.

Lebih dari seribu tahun kemudian, Edward Leedskalnin (1887-1951) yang membangun Coral Castle di Florida Amerika Serikat, untuk menemukan daerah dengan diamagnetik tinggi, menggunakan alat Block and Tackle.

Nah, alat apa yang digunakan oleh para ahli yang membangun Borobudur pada abad ke 8? Tidak tertutup kemungkinan, pada abad ke 7 dan 8 Masehi, Pulau Jawa adalah pusat sekaligus kiblat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Selain itu, Pulau Jawa juga sebagai salah satu pusat pengajaran Budha di dunia.

Berdasarkan catatan sejarah, Borobudur terabaikan sejak abad ke 14, seiring runtuhnya kerajaan hindu di Jawa dan kerajaan Budha, yakni Sriwijaya di Palembang pada abad ke 13. Melemahnya runtuhnya kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara antara lain karena mulai masuknya Islam.

Situs Borobudur kemudian ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris. Raffles melakukan pemugaran pertama. Hasilnya, Borobudur yang selama 400 tahun ditinggalkan dan dilingkupi hutan, menjadi tampak kembali sebagai bangunan candi.

Nama Borobudur itu sendiri diberikan oleh Raffles, diambil dari nama Desa Bore dan Budur dari kata buda atau budhara yang artinya gunung. Pemugaran Borobudur ditulis Raffles dalam buku ‘Sejarah Pulau Jawa. Pemugaran kedua dilakukan pada tahun 1900 oleh J.L.A. Brandes yang meninggal 1905, kemudian dilanjutkan oleh Van Erp hingga selesai tahun 1911.

Dalam perjalanan waktu, banyak bagian dari bangunan Borobudur yang hilang karena dicuri. Tapi yang mengenaskan, pada 21 Januari 1985, terjadi peledakan bom di Borobudur hingga mengakibatkan hancurnya sembilan stupa, dan beberapa bagian lainnya. Peledakan itu dilakukan oleh kelompok teroris.

Sebelumnya, tahun 1896, Pemerintah Hindia Belanda menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan Borobudur kepada Raja Thailand, Chulalongkorn ketika berkunjung ke Indonesia.

Bagian Borobudur yang dibawa ke Thailand antara lain, lima arca Buddha, 30 batu relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga, gerbang, dan arca penjaga dwarapala. Kini arca singa dan dwarapala dipamerkan di Museum Nasional Bangkok.

Pemugaran besar-besaran dilakukan oleh Pemerintahan Orde Baru, yang dimulai pada 10 Agustus 1973, namun secara resmi, dimulai pada 1975 hingga 1982.

Rehabilitasi ini dilakukan bersama UNESCO, dan Borobudur ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia. Kini, sebagai objek wisata, setiap tahun Borobudur dikunjungi oleh dua juta wisatawan asing dan satu setengah juta wisatawan domestik.

***