Dongeng di Tepi Kolam

Jika kamu ingin melihat dunia ini, mengertilah lebih jauh dirimu. Jika kamu ingin mengerti dirimu, lihatlah lebih jauh duniamu.

Rabu, 11 September 2019 | 05:51 WIB
0
288
Dongeng di Tepi Kolam
Ilustrasi ayah dan anak memancing (Foto: Bukalapak.com)

Syahdan pada suatu hari yang gimana gitu, adalah seorang lelaki tua jelang 85 tahun. Duduk di tepi kolam ia ditemani anaknya, berusia 42 tahun.

Ia sangat bangga pada anaknya yang sukses itu. Sekalipun tahu anaknya tak pernah punya banyak waktu untuknya kini.

Memecah keheningan, sang ayah bertanya pada anaknya, “Nak, ikan apakah itu? Warnanya cantik sekali,” tanya sang ayah.

“Ikan koi, ayah. Aku membawanya dari Jepang,” jawab si anak.

Merekapun kembali diam. Beberapa menit kemudian sang ayah bertanya lagi.

“Nak, ikan apakah itu? Warnanya cantik sekali,”

“Kan aku sudah bilang tadi. Ini ikan koi, aku membawanya dari Jepang, kemarin,” jawab si anak ketus.

Ayahnya mengangguk-angguk dan mengagumi ikan-ikan yang berlarian di kolam tersebut.

Selang beberapa menit kemudian, ia kembali bertanya. “Nak, ikan apakah itu? Warnanya cantik sekali,”

Dengan geram, si anak tetap fokus pada iPad di tangan, menjawab ketus, “itu namanya ikan koi, yah. Ikan koi!”

Ayahnya tersenyum sambil terus mengagumi ikan-ikan indah tersebut.

Dan untuk kesekian kalinya sang ayah bertanya pada anaknya. “Nak, ikan apakah itu? Warnanya cantik sekali,”

Si anak langsung meletakkan iPad di genggamannya. “Ayah, kenapa ayah menanyakan hal yang sama berulang-ulang? Bukankah aku sudah bilang ini adalah ikan koi. Kenapa ayah nggak ngerti juga?”

Ayahnya terdiam. Dengan gerakan yang sangat lambat ia mengambil dompet di saku. Mengeluarkan sebuah foto masa mudanya. Ketika ia pergi memancing dengan anaknya di sebuah danau dekat rumah.

“Ingatkah kau akan foto ini nak? Saat itu kau masih kecil. Rasa keingintahuanmu sangat besar. Setiap kali ayah mendapat ikan, kau akan bertanya pada ayah ‘ikan apakah itu, ayah?’ dan ayah akan menjawabnya dengan penuh kesabaran. Tak hanya sekali saja pertanyaan itu keluar dari mulut kecilmu. Kau akan mengulangi sebuah pertanyaan sebanyak 25 kali jika kau sangat ingin tahu. Dan ayah tetap menjawabnya dengan penuh kesabaran. Tetapi, mengapa kini ayah baru bertanya 4 kali saja, kau sudah marah?” tanyanya sambil meneteskan airmata.

Apa moral dongeng ini? Suka-suka engkau sajalah. Wong manusia saja bisa nggak punya moral, kok dongeng ditanya-tanyai moral segala. Tapi; Jika kamu ingin melihat dunia ini, mengertilah lebih jauh dirimu. Jika kamu ingin mengerti dirimu, lihatlah lebih jauh duniamu.

***