Ada sejumlah sosok yang kukagumi. Sosok-sosok yang hidupnya berakhir dengan tragis, bunuh diri. Diantaranya Kurt Cobain (Nirvana), Chris Cornel (Sound Garden/Audioslave) dan yang terakhir Chester Bennington (Linkin Park). Selain itu ada juga beberapa tokoh terkenal yang bernasib sama, yang ringkasan perjalanan hidupnya sempat kutelaah.
Dari hasil pengamatanku, satu hal yang menghubungkan semuanya, membunuh diri adalah puncak dari kebencian terhadap dirinya sendiri.
Masing-masing mereka memiliki kebiasaan yang sangat buruk. Menyalahgunakan narkoba, alkoholik dan kebiasaan-kebiasaan menyimpang lainnya. Buruk bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungan sosialnya, terutama bagi keluarga dekatnya.
Mereka sangat menyadari bahwa kebiasaannya itu adalah kebiasaan yang buruk, bahkan sangat membencinya, tetapi ironisnya mereka tidak bisa mengendalikan dirinya untuk menghindari atau meninggalkan kebiasaan buruk itu. Meskipun mereka telah mencobanya dengan bersusah payah. Hal yang menjadi dasar kebencian mereka terhadap dirinya sendiri.
Di sinilah letak pentingnya pegangan atau sandaran hidup, yang menjadi teman hidup selama kita hidup di dunia ini. Secara ilmiah, cukup banyak penelitian psikologi yang menunjukkan bahwa "imaginary friend" bermanfaat atau bahkan sangat bermanfaat bagi perjalanan hidup seseorang (Science Daily).
Dari satu sudut pandang, entitas yang maha berkuasa (jamak kita sebut dengan Tuhan) bisa dianggap sebagai teman imajinasi, dalam pengertian teman yang tidak bisa kita ketahui keberadaannya melalui panca indera.
Teman yang mengarahkan kita pada suatu agama atau kepercayaan. Teman yang menjaga api semangat hidup tidak padam. Teman setia yang selalu menjaga kita dari keburukan dan menunjukkan kepada kita kepada kebaikan-kebaikan.
@ajuskoto
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews