Siapa Butuh Ngajimu di Jalan?

Demonstrasikan saja kehebatan ngajimu pada ustadmu di pondokmu tapi bagikanlah buah dan keindahan hasil ngajimu selama ini pada semua orang di sekitarmu.

Kamis, 31 Maret 2022 | 15:01 WIB
0
184
Siapa Butuh Ngajimu di Jalan?
Ngaji di jalan (Foto: islamedia.id)

Untuk apa kalian ngaji secara demonstratif di Malioboro? Apa sebenarnya yang kalian harapkan dengan pertunjukan ngaji massal di jalan tersebut? Apakah menurut kalian itu adalah sebuah syiar untuk menunjukkan kebesaran dan kemuliaan agama kalian? Siapa yang mengajari kalian seperti itu? 

Jangankan ngaji secara pamer seperti itu, lha wong salat yang wajib dikerjakan tapi kita melakukannya dengan riya’ saja dikecam oleh Tuhan. Coba baca Surat Al-Ma’un, “Celakalah orang yang salat…. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya’ “

Apakah kalian tidak belajar dari peristiwa yang menimpa Fikri Bareno dan Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang dipermalukan oleh Tuhan karena kelirunya salat yang dilakukan Fikri Bareno di atas kap mobil?

Mereka yang demo tersebut melakukan salat di jalanan jelas-jelas hanya ingin pamer kepada orang lain, dan bukan karena mengharap rida Allah. Orang yang seperti itu sama kedudukannya dengan orang yang tidak mengerjakan salat sama sekali. Allah Swt. telah berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (An-Nisa: 142)

Apa yang mereka lakukan dengan salat di jalan dan di atas kap mobil itu sangat jelas hanya ingin pamer untuk menunjukkan bahwa mereka adalah umat yang saleh dan tidak meninggalkan salat meskipun berdemo. "Lihatlah kami...! Kami tetap salat meski di jalanan karena kami orang-orang saleh belaka." Dan Tuhan pun mempermalukan mereka…

Apa masih tetap mau ngeyel bahwa ngaji kalian di jalanan itu tidak mengandung riya’?

Saya beritahu ya, Le….

Dunia ini tidak butuh dengan ngaji kita, dengan bagusnya tajwid kita, dengan hapalan surat kita. Bahkan dunia ini tidak butuh dengan iman kita.

Dunia ini tidak peduli apakah kita beriman pada Tuhan atau tidak. Dunia tidak peduli apakah kita beriman pada Tuhan yang satu atau pada ribuan dewa. Dunia tidak punya urusan dengan itu.

Kita sendiri yang membutuhkan ngaji dan iman kita. Dunia dan bahkan tetangga pun tidak. Jadi tolong jangan GR bahwa dunia perlu tahu betapa solehnya kita dengan ngaji kita itu, betapa kita berpuasa Senin dan Kamis, betapa kita berdzikir panjang dengan penuh kekhusyukan, betapa kita salat tahajud setiap malam, berapa juz Alquran yang sudah kita hafal, berapa kali kita naik haji dan umrah. Apalagi dengan mempertontonkan ngaji kita di jalanan. Tidak…!

Dunia sama sekali tidak membutuhkan itu semua dari kita. Itu tontonan beragama yang norak. Yang dunia butuhkan dari kita adalah IMPLEMENTASI dari ngaji kita, BUAH dari ngaji kita. Yang dunia butuhkan dari kita adalah PERBUATAN BAIK terhadap sesama. Dunia membutuhkan KEBERMANFAATAN KITA pada dunia dan pada sesama. Iman dan ritual ibadah pribadi kita simpan saja rapat-rapat dan tidak perlu ditunjukkan pada siapa pun karena tak seorang pun membutuhkannya.

Dunia lebih peduli dan butuh pada senyum dan keramahan kita ketimbang salat kita. Dunia lebih butuh dan peduli pada kepedulian pada orang-orang sekitar ketimbang ngaji kita. Dunia lebih membutuhkan uluran tangan kita membantu RT membersihkan got dan saluran air di sekitar ketimbang hafalan ayat kita. Dunia lebih membutuhkan uang sedekah untuk membantu tetangga yang kelaparan ketimbang dzikir kita.

Jadi saya ulangi lagi…

Apa yang perlu kita tampilkan adalah SIKAP, PRILAKU, DAN TINDAKAN kita yang mencerminkan buah dari iman dan hasil ngaji kita. Seperti sabda Nabi, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lain)”.

Jadi jika kalian beramai-ramai datang membersihkan kotoran dan sampah di Malioboro sehingga Malioboro tampak lebih bersih dan rapi maka itu jauh lebih bermanfaat bagi orang lain mau pun bagi diri kalian sendiri ketimbang demonstrasi ngaji massal seperti itu. Tunjukkan buah dari hasil ngaji kalian di pondok kalian. Bukan malah demo ngaji di jalanan.

Jadi tidak perlu mempertontonkan sikap beragama yang norak seperti itu. Demonstrasikan saja kehebatan ngajimu pada ustadmu di pondokmu tapi bagikanlah buah dan keindahan hasil ngajimu selama ini pada semua orang di sekitarmu. 

***

Surabaya, 30 Maret 2022

Satria Dharma