Persepsi atau imajinasi mereka tak jauh dari salib. Bahkan lobang angin rumah model dulu yang berbentuk palang juga dianggap simbol salib.
Ada bangunan masjid yang sudah jadi di Bima, NTB, atapnya dibongkar dan diturunkan atas permintaan warga, tokoh masyarakat atau pemuda setempat. Bahkan model bangunan juga minta diubah.
Penyebabnya yaitu atap masjid dan bentuk bangunan menyerupai sebuah gereja. Lantaran itulah warga memprotes dan minta dibangun ulang bentuk bangunan dan model atapnya.
Ono-ono wae, aya-aya wae!
Masjid yang dianggap menyerupai gereja tersebut dibangun oleh PT Hutama Karya atau BUMN yang bergerak dalam konstruksi atau jalan tol.
Sepertinya masjid tersebut dibangun sebagai bentuk CSR atau kepeduliaan perusahaan PT Hutama Karya untuk warga setempat sebagai tempat ibadah.
Ketika kita sudah punya persepsi atau imajinasi di dalam pikiran akan sesuatu benda atau objek, maka bisa jadi persepsi atau imajinasi terpancar pada benda atau objek yang dilihatnya.
Atau seperti seseorang menderita skizofrenia, yaitu gangguan mental yang bisa menyebabkan seseorang mengalami halusinasi, delusi atau kekacauan dalam berfikir.
Seperti kita ketahui, anggapan atau persepsi masyarakat pada umumnya, kalau bangunan masjid itu ya ada kubah dan ada menaranya.
Pertanyaannya: apakah kubah atau menara dalam bangunan masjid berasal dari Islam atau justru kubah dan menara berasal atau meniru bangunan gereja?
Dalam bangunan nan megah Hagia Sophia atau Aya Sofya dulunya adalah Katedral atau gereja yang sangat besar. Bangunan ini banyak kubahnya dan ada juga beberapa menara menjulang tinggi.
Setelah dikuasai Ottoman Turki, Katedral itu berubah menjadi masjid dan museum dan menjadi masjid kembali di masa Erdogan.
Artinya, bisa jadi bangunan-bangunan masjid seperti banyak berdiri di Indonesia yang ada kubah dan menara terinspirasi dari sebuah katedral atau gereja pada masa lampau.
Sudah menjadi kewajaran bahwa bangunan-bangunan di banyak negara dipengaruhi oleh bangunan atau model sebelumnya atau meniru sebagian.
Kasus pembongkaran atap masjid yang dianggap seperti atau menyerupai gereja karena dipengaruhi persepsi atau imajinasi di dalam pikiran, pernah terjadi juga di kota Solo. Namun, bukan terkait bangunan masjid yang menyerupai gereja. Akan tetapi "mozaik" yang berada di depan Balai Kota Solo tersebut dianggap menyerupai sebuah salib.
Padahal mozaik tersebut tidak ada kaitannya dengan sebuah gambar salib. Namun ada sekelompok orang yang terkena Skizofrenia masal, maka mozaik keramik tersebut akhinya dibongkar dan diganti dengan bentuk lain.
Bahkan, desain spanduk HUT RI saja juga sempat dituduh mirip salib. Yang protes juga sama, yaitu pengindap Skizofrenia masal.
Persepsi atau imajinasi mereka tak jauh dari salib. Bahkan lobang angin rumah model dulu yang berbentuk palang juga dianggap simbol salib.
Repot tenan antum!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews