Ini mungkin akan seperti almarhum Steve Jobs yang mengaku bahwa pelajaran kaligrafilah yang sangat berkesan dan bahkan membentuk dirinya di masa depannya.
Ketika mengajar di Bontang International School (1990-1996) saya pernah didatangi oleh seorang siswa saya yang berasal dari Australia dan mengatakan bahwa ia tidak ingin ikut pelajaran saya, Bahasa Indonesia.
Sekedar informasi, pelajaran Indonesian Studies adalah mata pelajaran wajib di semua sekolah internasional di Indonesia. Itu sebabnya maka sekolah internasional diwajibkan punya guru bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua siswa asing di semua tingkatan. Si siswa ini seingat saya masih SD sekitar kelas 5 atau 6 waktu menyampaikan keberatannya untuk belajar bahasa Indonesia.
Ketika saya tanyakan mengapa ia tidak ingin lagi belajar Bahasa Indonesia ia menjawab bahwa ia dan keluarganya tidak akan tinggal lama di Indonesia. Jadi menurutnya belajar Bahasa Indonesia tidak akan banyak gunanya baginya. Toh ia dan keluarganya akan segera meninggalkan Indonesia dan kembali ke negaranya. Orang-orang asing yang bekerja di PT Badak NGL Co memang tidak pernah lama bekerja di perusahaan ini. Paling lama tiga tahun dan habis kontrak.
Terus terang saya sangat terkesan dengan anak ini. Meski masih anak-anak tapi ia sudah berpikir tentang manfaat belajar bagi dirinya dan sudah berani memutuskan apa yang bermanfaat dan apa yang tidak bermanfaat baginya. Anak ini juga sudah berani menyampaikan pendapatnya pada gurunya secara terbuka dan berterus terang tanpa merasa kuatir diintimidasi. Saya belum pernah mendengar hal seperti ini dari siswa saya yang lain. Anak ini benar-benar ‘satu di antara seribu’.
Apa reaksi saya? Tentu saja saya harus menghargai pendapat si anak ini.
“I think you’re right. If something is not useful for you then you do not need to learn it.” Kalau menurutnya sesuatu itu tidak perlu untuk dipelajari maka untuk apa ia harus berpayah-payah untuk mempelajarinya? “But I think you need to consult this to your parents. Have you talked to your parents about it?” sambung saya. Bagaimana pun ia harus mendiskusikan keputusannya ini pada orang tuanya.
Dan seperti dugaan saya si anak tidak diijinkan untuk tidak belajar Bahasa Indonesia oleh orang tuanya. Ia harus tetap belajar Bahasa Indonesia.
“All knowledge about Indonesia will be important for you in the future.” kata ibunya. Si Ibu bicara tentang manfaat belajar bagi masa depan anaknya. Saya juga sepakat dengan si Ibu bahwa apa yang anaknya pelajari tentang budaya dan bahasa Indonesia akan membentuk kepribadian dan mentalitas si anak pada akhirnya.
Ini mungkin akan seperti almarhum Steve Jobs yang mengaku bahwa pelajaran kaligrafilah yang sangat berkesan dan bahkan membentuk dirinya di masa depannya. Ia tidak pernah menduga sebelumnya bahwa pelajaran kaligrafi tersebutlah yang justru membentuk dirinya menuju sosok Steve Jobs yang kreatif tersebut.
Jadi mana yang benar…?! Apakah seorang anak sebaiknya diberi kebebasan untuk memilih apa yang hendak ia pelajari atau anak harus menelan saja semua menu yang dihidangkan oleh sekolah meski sebenarnya ada menu-menu yang tidak perlu atau bahkan berpotensi menghancurkan semangat belajar anak?
Surabaya, 7 Maret 2016
Satria Dharma
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews