Kabar Bohong dari Aa Gym

Jangan mudah percaya, pada pendapat ahli agama sekali pun, mengenai sesuatu yang ia tak menguasainya.

Kamis, 7 Januari 2021 | 22:01 WIB
0
378
Kabar Bohong dari Aa Gym
Aa Gym (Foto: beritasatu.com)

Ini bukan soal talaknya. Itu mah urusan pribadi dia dan nggak penting dibahas di sini. Diberitakan disebuah media online muslim, Aa Gym menceritakan, ada dokter datang, dan dia menyarankan agar mengajinya dikeraskan, disuarakan (bukan ngaji dalam hati, dibatin).

Kata Aa Gym, menurut dokter yang mendatanginya itu, dikatakan virus akan mati pada frekuensi tertentu. “Setelah Aa baca di artikel yang berjudul Power versus Force, dibuat David R. Hawkins, ternyata virus akan mati pada frekuensi tertentu,” ujar Aa Gym seperti ditulis media eramuslim, 6 Januari 2021 jam 11:15.

Dalam artikel tersebut, menurut Aa Gym, virus Covid-19 memiliki frekuensi getaran 5.5 hz dan virus Covid-19 akan mati di atas 25 hz. Dengan getarang tinggi dan positif di tubuh manusia maka infeksi dan iritasi ringan akan hilang sendiri.

Namun kalau frekuensi rendah justru sebaliknya akan semakin sakit. Aa Gym pun menyebut beberapa sikap yang mengandung frekuensi rendah, yaitu: ketakutan, fobia, curiga, syuudzon, cemas, stress. Kemudian ketegangan, cemburu, kemarahan, benci, keserakahan, rasa sakit hati.

Nah, khusus pernyataan ini, saya setuju. Buktinya, Aa Gym jadi mudah terserang virus, karena ungkapannya sering menunjukkan kesakithatiannya daripada jagalah hati jangan kau bohongi.

Lebih jauh saya kutipkan omongan Aa Gym. Bukan untuk mempercayainya, kecuali bagi yang ingin dikibulin. Tapi untuk waspada, mengenai sesuatu yang tak kita ketahui.

Begini ujar Aa Gym, “Memang dari sisi ilmiahnya seperti itu, tapi Aa tidak tahu bahwa sifat sifat tadi mengandung frekuensi rendah. Itu ahlinya yang harus menerangkan, tapi Aa memandang dari sisi rukiyah memang sifat negatif tadi jelas akan membuat tubuh kita semakin sakit.”

Dalam artikel karangan David R. Hawkins, yang disebut Aa Gym itu (yang sumpah mampus saya googling belum ketemu karya dimaksud), dijelaskan frekuensi bumi 27,4 hz. Ada beberapa tempat yang getaran frekuensinya rendah yakni rumah sakit, penjara, pusat bantuan, ruang bawah tanah dan juga lainnya.

Namun ada orang orang yang dinyatakan frekuensinya lebih tinggi, yaitu dermawan (95 hz), selalu bersyukur dan sabar (150 hz), cinta, kasih sayang (150 hz), ikhlas (205 hz). Dan yang tertinggi frekuensinya, pada orang khusu’ berdoa (350 hz). Jadi, kesimpulan Aa Gym, orang yang selalu berdzikir dan berdoa lebih tinggi frekeuensinya. Dan karenanya, atau logikanya, imun dari serangan virus.

Lha kok Aa Gym bisa terkena? Mungkin seperti teorinya tadi, karena iri hati itu frekuensinya sangat rendah. Tapi, ah, sudahlah. Jangan percayai Aa Gym khusus dalam soal frekuensi ini. Seperti uraiannya sendiri, karena masih di RSPAD untuk perawatan terkena Covid-19, mendingan dianya disuruh berdoa dan dzikir yang khusus saja. Biar cepet samawa, sakinah, mawadah.

Soal frekuensi rendah dan tinggi, saya kutipkan tulisan orang yang ngerti soal hukum fisika. Hasanudin Abdurakhman, yang di medsos ngehit dengan nama Kang Hasan. Lulusan FMIPA UGM yang S2 dan S3 di Applied Physics, Tohokuku University, Jepang, di mana ia menjadi Asisten Profesor Fac. Of Science, dan pernah menjadi visiting researcher di enginering dan center for interdisciplinary research universitas di Jepang.

Menurut Kang Hasan, tak ada yang namanya frekuensi getar virus. Juga tak ada frekuensi tubuh. Yang ada adalah frekuensi getar atom-atom penyusun molekul. Molekul adalah atom-atom yang berikatan. Paling sedikit diperlukan 2 atom untuk membentuk molekul.

Misalnya molekul hidrogen atau oksigen, masing-masing terdiri dari 2 atom yang berikatan. Itu bentuk molekul paling sederhana. Ada molekul yang terbentuk oleh 3, 4, 5, 10, 100, 1.000, hingga jutaan atom. Bahkan ada yang 100 juta atom. Atom-atom itu membentuk ikatan, begandengan satu sama lain, membentuk gerombolan atom.

Atom-atom penyusun molekul tidak diam, kecuali pada suhu -273 derajat celcius, atau disebut juga 0 kelvin. Di atas suhu itu, atom-atom bergetar pada frekuensi tertentu. Ini getaran molekul, bukan getaran tubuh, apalagi getaran virus.

Getaran atom pada frekuensi tertentu, tergantung atom apa yang berikatan, dan bagaimana posisinya dalam molekul. Frekuensi getaran tak hanya ditentukan ikatannya sendiri, tapi juga ikatan atom-atom terdekat. Tak ada frekuensi getaran tunggal pada suatu molekul yang jumlah ikatannya lebih dari satu. Molekul dengan atom lebih dari 2 memiliki frekuensi getar yang lebih dari satu, dan bersifat acak, tak beraturan.

Sementara, apa itu virus? Virus, secara molekuler, ialah jutaan atom yang membentuk ikatan. Ada sangat banyak ikatan pada suatu virus, dan tak ada getaran virus dengan frekuensi tunggal, sebagaimana disebut Aa Gym tadi, walau mengutip nama David R. Hawkins (ternyata psikiater dan self healing, yang punya banyak postingan di youtube, mungkin Aa Gym nonton di youtube).

Juga tidak ada getaran tubuh dengan frekuensi tertentu akibat tindakan tertentu, misalnya berdoa atau berzikir. Tidak ada dasar ilmiah yang mengatakan virus bisa mati dengan getaran tertentu, dan tubuh bisa menghasilkan getaran tertentu. Itu karangan yang tidak ada dasarnya.

Jadi jangan mudah percaya, pada pendapat ahli agama sekali pun, mengenai sesuatu yang ia tak menguasainya.

@sunardianwirodono

***