Bukan Istri Idaman

Kamis, 22 April 2021 | 08:00 WIB
0
213
Bukan Istri Idaman
Ilustrasi perempuan (Foto: muslimobesession.com

Mungkin dalam agama yang saya anut, saya ini tidak masuk wanita kategori shalehah. Bahkan saya tidak termasuk istri idaman dan juga menantu idaman para mertua.

Kenapa saya berkata demikian? Karena saya sering bertindak menurut keyakinan saya sendiri! Selagi yang saya lakukan tidak melanggar norma di masyarakat dan tidak melakukan sesuatu aib yang bisa mempermalukan diri sendiri dan orang lain, maka tidak ada yang bisa melarang saya untuk melakukannya.

Bahkan saya salah seorang yang menentang aturan jika suami melarang istri bepergian, sekalipun itu menjenguk orang tuanya yang sakit, maka istri wajib tunduk.

Sungguh! Bagi saya itu hal yang sangat konyol. Selagi alasan bepergian itu masuk akal dan punya tujuan yang jelas, saya akan pergi dan pamit sekedarnya saja.

Saya juga tidak termasuk orang yang percaya bahwa surga istri itu ada pada suami. Menurut saya, surga saya ada di hati saya sendiri. Saya lebih percaya jika hanya saya yang bisa menciptakan surga saya sendiri.

Saya mengenal beberapa teman yang menurut saya tidak masuk akal. Karena ketidakmandirian finansialnya, dan tergantung pada suaminya, maka ketika ada saudara yang meminta bantuan padanya semisal meminjam uang, maka dengan terpaksa menolaknya karena tidak berani terus terang pada suaminya.

Miris bukan? Padahal bisa jadi saudara tersebut sangat membutuhkannya dan hanya dialah harapan satu-satunya.

Bahkan saya pernah berteman dengan orang yang untuk membeli baju daster sebiji aja menunggu persetujuan suaminya terlebih dulu. Juga untuk membeli hal-hal remeh temeh lainnya, menunggu maklumat suami dulu.

Anehnya banyak yang menganggap itu bentuk kepatuhan dan ketaatan pada suami. Annoying banget!

Pernah juga seorang teman membuat pernyataan yang bikin mulut saya tidak berhenti tertawa. Menurutnya, jika suami memberi uang pada istri, itu disebut nafkah.

Tetapi jika sebaliknya, jika posisi suami lagi dalam kondisi tidak punya penghasilan, dan istri yang memenuhi nafkah di rumah tangga, maka dianggap istri memberi sedekah pada suami. Yaolooo, tolong!

Saya sangat jauh dari kategori wanita-wanita idaman pria tersebut! Saya ini wanita "pemberontak" yang sangat memahami posisi saya di mana. Meskipun begitu, saya juga bukan type penjajah suami yang punya niat menundukkan mereka dengan menginjak harga diri mereka. Saya hanya wanita yang memahami bahwa kesetaraan gender pada porsinya masing-masing.

  • Jika istri wajib minta izin, suami juga dong pastinya
  • Jika suami menuntut kewajiban istri, maka hak istri wajib diberikan juga dong. Begitupun sebaliknya.
  • Jika suami minta dihormati istri, maka suami juga bersikap sama dong.

Dst

Saya ini wanita yang terlalu sadar bahwa hidup ini harus dinikmati. Peraturan-peraturan yang membuat ketidaknyamanan dalam suatu hubungan sebaiknya dihilangkan. Hal-hal yang membawa ketidakbahagiaan dalam suatu hubungan, alangkah baiknya dimusnahkan saja.

"Artinya, itu tidak sesuai dengan ajaran agama dong? Karena wanita itu wajib tunduk pada suami, ridho istri ada pada suami, sorga istri ada pada suami." celetuk seorang wanita pada saya .

"Itu hanya berlaku bagi kamu, bagi saya tidak!" saya menjawab tegas dan teman tersebut langsung menjauhi saya.

Hidup saya, ya milik saya! Jadi wajib diperjuangkannya agar bahagia dan bisa menikmati hidup yang sementara ini. Dicap wanita sesat juga nggak takut. Siapa mereka berani menunjuk jari pada saya?

Serang, Banten 21 april 2021

***