Pers dan Milenial Berperan Penting Meredam Hoaks

Dengan mematuhi etika jurnalistik, berita yang disampaikan tentu akan lebih berkualitas dan faktual, sehingga hoax pun bisa diatasi.

Senin, 27 Januari 2020 | 20:47 WIB
0
361
Pers dan Milenial Berperan Penting Meredam Hoaks
Milenial dan media (Foto: liputan6.com)

Pers dan genersi muda (milenial) merupakan faktor penting dalam meredam hoaks yang semakin meresahkan. Pers merupakan garda terdepan dalam menangkal hoaks dengan menyajikan informasi valid terkait sebuah peristiwa. Sementara itu, generasi milenial merupakan digital native yang diharapkan mampu meredam berita negatif dengan postingan positif di media sosial. 

Penyebaran informasi setiap detiknya bergerak sangat cepat hampir di semua lini. Di era digital ini, media sosial sudah seperti menjadi kebutuhan dari hidup seseorang. Anda bisa dengan mudah mengakses berita secara online tanpa batas tanpa harus menunggu berita dari media cetak. Hal ini tentu saja akan berdampak positif jika masyarakat luas menggunakannya secara bijak.

Sebagai salah satu media untuk bersosialisasi, tentu akan sangat sensitif jika seseorang menyebar berita yang tidak sesuai dengan fakta. Jangkauan luas media sosial akan memudahkan hoax tersebar dalam hitungan detik saja. Hal ini tentu saja sangat meresahkan siapapun yang membacanya, apalagi pihak-pihak yang bersangkutan.

Di era yang serba canggih ini, banyak individu atau kelompok yang sengaja menyebarkan hoax untuk mencaai tujuan masing-masing. Jika banyak yang menyebarkan berita bohong tersebut, maka si ‘penjahat’ ini akan merasa senang karena apa yang diharapkannya benar-benar terjadi.

Hoax diciptakan dengan maksud dan tujuan tertentu. Adapun beberapa tujuan, diantaranya mengadu domba individu atau kelompok, mencemarkan nama baik dan menyebarkan fitnah, membuat kepanikan sosial, dan menghasut kelompok tertentu agar terjadi peperangan. Ke empat hal tersebut sudah pasti sangatlah merugikan.

Hoax yang paling sering disebarkan, yaitu mengenai kesehatan, SARA, dan sosial politik. Isu-isu tersebut dianggap dianggap sebagai masalah yang paling ampuh dan paten untuk memecah belah kelompok maupun individu. Sebanyak 62,10% hoak disebarkan melalui tulisan, 37,50% melalui gambar, dan 0,40% melalui video. Di samping itu, media sosial menjadi salah satu wadah yang paling banyak menyebarkan hoax.

Untuk menngatasi hal ini, tentu saja diperlukan edukasi pada masyarakat agar lebih jeli dalam menyerap berita. Caranya, yaitu dengan meningkatkan minat baca masyarakat yang saat ini terbilang masih rendah. Minat baca yang tinggi bisa membantu nalar untuk mengolah informasi lebih jeli, sehingga penyebaran hoax pun bisa terhindar.

Lalu, bagaimana untuk melawan hoax itu sendiri? Salah satu solusi yang bisa diandalkan, yaitu dengan memanfaatkan pers sebagai salah satu media informasi. Menurut Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo, pers memiliki peranan penting dalam menangkal hoax karena media tersebut bisa menjadi bahan rujukan bagi masyarakat untuk memastikan kebenaran informasi yang didapatkan. Dengan begitu, masyarakat bisa dengan mudah menyerap informasi secara faktual.

Langkah yang harus dilakukan, pers harus menyajikan berita yang faktual dan memihak kebenaran. Caranya, mereka harus mengedukasi masyarakat Indonesia dengan berita-berita yang sesuai dengan fakta. Untuk mendapatkan berita-berita yang sesuai dengan fakta, pihak pers harus melakukan berbagai aksi.

Aksi yang bisa dilakukan oleh pers dalam melawan hoax, yaitu dengan melakukan verifikasi. Saat mendapatkan berita, wartawan sebaiknya menghubungi pihak bersangkutan, jika perlu mendatangi lokasi kejadian. Misalnya, saat terjadi kecelakaan, pihak wartawan harus terjun langsung ke tempat kejadian tanpa harus mengambil informasi dari media sosial yang belum pasti kebenarannya.

Peranan pers dalam memerangi hoax juga bisa dilakukan dengan cara mendapatkan data lebih dari satu informan. Setiap narasumber akan dimintai keterangan akan isu yang sedang beredar luas. Sebagai catatan, pihak wartawan harus menulis data apa adanya. Jika wartawan melebih-lebihkan data atau menguranginya, maka informasi tersebtu bisa menjadi berita yang tidak akurat.

Meskipun zaman terus berubah dan teknologi terus berkembang dengan pesat, pers harus tetap mengedepankan keabsahan berita daripada kecepatan. Oleh karena itu, pers harus berpegang teguh pada kode etik jurnalistik yang terdapat pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 mengenai Pers.

Kesimpulannya, masyarakat harus pandai mengolah berita, mana yang sesuai dengan fakta dan mana yang hanya sekedar berita bohong. Caranya, yaitu dengan meningkatkan minat baca dan melakukan cross check dengan media online yang terpercaya. Dengan begitu, penyebaran hoax pun bisa diatasi sebaik mungkin.

Seiring dengan hal tersebtu, pers juga memiliki peranan penting dalam melawan hoax. Dengan mematuhi etika jurnalistik, berita yang disampaikan tentu akan lebih berkualitas dan faktual, sehingga hoax pun bisa diatasi.

***