Toleran pada kelompok intoleran dianggap mendidik, malah dipakai kesempatan. Sesungguhnya mereka sendiri sedang memperhina-dinakan agama yang diyakininya.
Bukan orang Jakarta, tapi Ibu tiga anak itu sakit hati, ketika Anies Baswedan banyak dibully di medsos? Tapi, kenapa pula kemudian menghina-dina Walikota Surabaya, Tri Rismaharini?
Menurut banyak orang, semua manusia punya nalar. Cuma ada yang kecil ada yang besar. Ada yang cepet ada yang slow but lemot. Lha, apa pernah Bu Risma menyakitinya? Kenal juga kagak. Tapi, kira-kira jawabannya akan sama dengan pertanyaan: Lha kenapa membela Anies Baswedan membabi-buta? Cinta gelap ya?
Kalau dilihat dari nama, juga cara berpakaian, kayaknya ibu pembully itu punya agama. Cek di KTP. Pasti di lajur agama disebut agamanya. Kalau nggak punya agama, ngapain dia bernama seperti itu, seolah tukang dzikir atau ahli sorga. Tapi kalau misal Malaikat Raqib dan Atid masih bertanya-tanya di alam kubur, mungkin karena merasa datadi KTP bokis abis.
Kasus kayak-kayak gitu, menunjukkan jutaan bukti. Agama justeru sering menjadi sumber masalah. Bukan perihal agamanya, melainkan berkeagamaannya, yang fanatik buta-terong, dikit-dikit tersinggung dan marah. Apalagi yang lemah iman, denger music atau ngliat patung Yesus, takut jadi kafir.
Beragama hanya berhenti di daun telinga dan daun bibir saja. Nggak pernah masuk ke atau keluar dari hati. Itu sebabnya, jarang orang suka makan hati manusia. Masih enakan ati-ampela ayam. Padahal, ayam tidak beragama. So, yang tak beragama hatinya lebih enak, ya?
Nulis main-main gini, di tengah rasa humor yang macet, bisa bikin hidup kacau. Termasuk bagaimana gereja yang telah dibangun 1928 di Karimunjawa, ketika direnovasi masih disuruh ngurus IMB dan cem-macem perijinan. Bahkan, sebagai gereja, dilarang meletakkan patung atau simbol keagamaan di halamannya. Emang kenapa? Karena bukan hanya lemah syahwat, lebih banyak yang lemah iman.
Bayangkan, mak-jegagik ngeliat patung Yesus, langsung jadi kafir deh. Padal, tiap hari jalan depan gereja rame lalu-lalang manusia. Tiap hari manusia kafir nambah terus ‘kan? Kan! Sementara untuk mushola di Minahasa Utara, Menteri Agama yang jenderal TNI Purnawirawan, ngakunya menteri semua agama itu, buru-buru ngasih rekomendasi IMB. Menag ngrangkep urusan tanah dan bangunan?Seandainya biang masalah bukan politik dan agama, apakah dunia Pendidikan biangnya, yang dalam Bahasa Jawa; biyangane? Lebih pada penegakan aturan hukum, dan UU? Ini soal kredibilitas pemerintahan. Kalau menagnya memble, menkumhamnya ikutan ngurus paw parpolnya, juga menkominfo sama dogolnya, mau apa? Nolak kombatan ISIS juga nggak ngangkat citra.
Toleran pada kelompok intoleran dianggap mendidik. Padal, justru malah dipakai kesempatan. Meski senyampang itu, sesungguhnya mereka sendiri sedang memperhina-dinakan agama yang diyakininya. Persis penjual getuk lindri Magelang. Gerobaknya kecil, tapi dipasang TOA guede banget. Nyetel ndangdhut koplo pula. Yang mau beli jadi kebrebegan. Nggak jadi beli deh. Namanya juga rockger.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews