Tak heran, saat batas wilayah negara Indonesia merdeka dibicarakan di BPUPK, arus besar suara, dengan semangat emansipatoris, menghendaki penyertaan Papua.
Mengapa Indonesia tanpa spirit Papua ibarat tungku tanpa apinya?
Baiklah, pagi ini saya baca ulang buku "Limabelas Tahun Digul, Kamp Konsentrasi di Nieuw Guinea: Tempat Persemaian Kemerdekaan Indonesia", karya I.F.M. Chalid Salim (1977). Bumi Papua adalah "tanah spiritual" revolusi kemerdekaan Indonesia.
Memasuki 1920-an, Pemerintahan Belanda mulai panik dgn ekspansi dan eskalasi radikalisme. Setelah pemberontakan rakyat dengan stimulasi ideologi kiri pada 1926/1927, Belanda mengambil keputusan membuang "para perusuh" ke tempat terisolir. Pada 1926, dibangunlah "kamp konsentrasi" (mungkin) yang pertama di muka bumi, di (Boven) Digul, Papua.
Digul saat itu kawasan hutan tropis perawan, di daratan tinggi, yang jarak tempuhnya sekitar 500 km dari muara Sungai Digul di Laut Arafuru. Dalam kesenyapan rimba raya, kehidupan tak bisa istirah dengan tenang. Ancaman nyamuk malaria (anopheles), buaya, dan tradisi pengayauan suku tertentu (saat itu), mengintai maut setiap saat. Cekikan kesepian memicu dimentia, gangguan ingatan, keputusaan, yang mematikan daya hidup.
Ke sanalah "perusuh" politik dari berbagai pulau di buang.
Awalnya aktivis gerakan kiri, disusul pentolan nasionalis (religius dan netral agama), termasuk Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Penulis buku ini sendiri (Chalid Salim) adalh adik Agus Salim, yang dibuang ke Digul karena dituduh terlibat pemberontakan kiri. Di sanalah ujian sesungguhnya perjuangan. Bagaimana idealisme dan impian kemerdekaan hrs dipertahankan di tengah ancaman penderitaan, kesepian, dan kematian.
Tak heran, saat batas wilayah negara Indonesia merdeka dibicarakan di BPUPK, arus besar suara, dengan semangat emansipatoris, menghendaki penyertaan Papua.
Mohammad Yamin mengatakan: "Di seluruh pergerakan kita di tanah Indonesia, tanah Papua-lah yang memberi bunyi internasional. Digul adalah sebagai puncak pengurbanan daripada penganjuran-penganjuran kita, sehingga melepaskan tanah Digul keluar daerah Indonesia melanggar perasaan keadilan, tanah Digul adalah tempat pengurbanan pergerakan kita menuju kemerdekaan. Janganlah mereka yang telah berjuang untuk mendapat kemerdekaan itu, pada waktu gembira karena kita mendirikan negara merdeka dikucilkan."
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews