Nampak reporter maupun editornya melakukan "priming". Yang ditonjolkan adalah opini Sekjen MUI yang terlihat amat mendukung Enzo dalam kasus bendera Tauhid.
Salah satu fungsi Media Massa adalah pembentukan Opini Publik. Ada tiga komponen utama fungsi media ini: 1) Agenda Setting (bagaimana media menciptakan isu); 2) Framing (melakukan pembingkaian); dan 3) Priming (mengarahkan pandangan publik).
Dalam kasus Enzo yang lolos jadi calon taruna Akmil yang videonya bersama Panglima TNI viral, lalu muncul kontroversi di jejak digital akun media sosial Enzo maupun ibunya apakah Enzo pendukung Khilafah/HTI, berita pun simpang siur. Salah satunya adalah berita di media daring Kumparan.com di sini.
Nampak reporter maupun editornya melakukan "priming". Yang ditonjolkan adalah opini Sekjen MUI yang terlihat amat mendukung Enzo dalam kasus bendera Tauhid. Sementara opini atau narasi pengimbang dari seorang ulama NU ditaruh di bawah. Mengapa tidak juga mengutip keduanya di lead berita? Atau mengutip Prof Nadirsyah Hosen soal sahih tidaknya bendera Tauhid.
Sebagai pensiunan wartawan, saya pantas kecewa dengan media milik Mas Budiono Darsono yang saya kagumi dan hormati. Silakan baca dan renungkan pendapat John Voelcker di bawah. Tugas mulia jurnalis adalah melakukan check and recheck dan mencari kebenaran serta akurasi.
Keterangan dari dapur PepNews:
Tulisan ini mendapat tanggapan Alexandra da Silva melalui Facebook sebagai berikut:
Sedikit tergelitik juga untuk ikutan sharing ....
Pemahaman atas etika ilmu Jurnalistik :
1. Menyampaikan berita yang benar berdasarkan fakta dan data. Dan bukan berdasar rumor, gosip atau "katanya".
2. Berita disampaikan tanpa ada unsur keberpihakan pada pihak-pihak tertentu, termasuk juga tidak berpihak kepada persepsi pribadi. Kalau kita membenci pada sesuatu, pada saat menulis, janganlah kebencian itu ikut dituangkan ke dalam tulisan, akhirnya jadi tidak fair dan berat sebelah.
3. Jurnalis hanya menyampaikan berita, bukan menggiring massa utk meng"amin"kan apa yang dituliskannya. Selanjutnya, biarkan massa yg menilainya sendiri.
Jangan menjadi provokator pada sebuah situasi, tidak perlu "membakar" emosi massa, itu namanya kita menjadi "kompor"
Di jaman now, ada Jurnalis yang lebih mudah mengubah emosi massa, yaitu Netizen Jurnalist.
Dengan caranya yang terkadang "barbar", dengan seenak udel bisa menulis sekehendak hati, tanpa peduli tentang benar ataupun salah.
Juga tidak peduli dengan dampak dari yang ditulisnya.
Akan kah kita menjadi seperti itu?
Atau tetap menjadi manusia yang menjunjung tinggi rasa Keadilan berbasis Kebenaran?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews