Siapapun Pelaku Korupsi, Jadikan Mereka Musuh Bersama

Senin, 18 Maret 2019 | 20:51 WIB
0
363
Siapapun Pelaku Korupsi, Jadikan Mereka Musuh Bersama
Romahurmuziy (Foto: Warta Bromo)

Seorang ketua Partai ditangkap KPK. Apapun afiliasi politiknya, tetap saja yang namanya koruptor ya, harus dicaci. Soal kebetulan partainya mendukung Jokowi, tetap saja bukan alasan kita untuk membelanya.

Kita adalah rakyat. Dukungan pada Capres harus menggunakan kacamata rakyat. Apa kacamata rakyat?

Simpel. Apakah Capres itu punya kualitas untuk memajukan kesejahteraan umum. Mampu bertindak adil pada seluruh lapisan dan akhlaknya terjaga. Dia juga punya komitmen kuat untuk NKRI. Itulah alasan kita memilih Jokowi.

Dukungan kita pada Jokowi-Makruf adalah dukungan akal sehat. Dukungan tanpa pamrih.

Sementara bagi politisi mungkin beda lagi alasannya. Dukungan bisa berarti apa kompensasi yang bakal didapat. Apa manfaat politik dan ekonomi yang bisa diraih.

Makanya politisi bisa berpindah dukungan dengan cepat. Tergantung angin. Tergantung juga peluang. Kita gak usah heran.

Cara pandang itulah yang kita gunakan ketika menilai kasus OTG KPK terhadap Romahurmuzy, ketua umum PPP yang barusan ditangkap KPK. Iya, PPP merupakan salah satu partai pendukung Jokowi. Itu adalah bagian dari cara partai tersebut bermain politik.

Tapi, bukan berarti kita sebagai rakyat menjadi tidak objektif. Kalau ada politisi atau siapa saja yang korup. Dari partai manapun, mereka sejatinya tetap lawan kita. Meski secara politik saat ini mereka ada di kubu Jokowi.

Jika ada partai yang bermain-main dengan intoleransi, dari partai manapun, sesungguhnya mereka harus kita lawan.

Bagi kita, rakyat jelata, mendukung Jokowi justru untuk memerangi korupsi. Memerangi orang yang menggadaikan kekuasaan untuk ekonomi. Itu garis merahnya.

Artinya kita bisa sama pilihan politik. Tapi yang membedakan adalah alasannya. Yang membedakan adalah dasar pengambilan keputusannya.

Bagi kita, sehabis Jokowi dilantik nanti, kita akan kembali lagi ke kehidupan masing-masing. Menjalani aktifitas seperti biasanya. Kerja, kuliah, bertani, atau jadi pengusaha. Kemenangan Jokowi secara pribadi tidak langsung memberikan dampak bagi hidup kita sebagai personal.

Berbeda dengan para politisi. Kemenangan itu artinya posisi apa yang mungkin bisa diisi.

Itulah beda jenis dukungan rakyat dengan dukungan politisi.

Bukan berarti salah satu lebih benar. Tapi memang kita sadar semua ada posnya masing-masing. Kita menjalankan peran sejarah kita saja. Untuk masa depan bangsa ini.

Jika kita yakin korupsi adalah kanker yang menggerogoti bangsa ini, maka disitulah kita berpijak. Artinya jika ketua partai yang korupsi ternyata partainya mendukung Jokowi. Kita tahu bahwa itu juga bagian yang harus lawan. Bukan karena satu kubu kita kehilangan objektifitas.

Kasus penangkapan Romy ini pasti akan digiring oleh para kampret. Mereka ingin menjenalisir. Biar saja.

Justru inilah kesempatan kita. Nyatakan bahwa korupsi adalah musuh kita. Korupsi juga musuh Jokowi. Dan karena itulah kita mendukung Jokowi sebagai Presiden.

Jadi kalau kubu lawan memainkan isu penangkapan Romy, katakan pada mereka. Gak usah khawatir. Pandangan kita sama. Korupsi siapapun pelakunya adalah musuh kita. Musuh bersama.

Jangan pernah membela koruptor. Meski dia mendukung Capres yang sama.

Sebab kita adalah rakyat. Dan sebagai rakyat kita punya cara pandang sendiri.

Kita gak seperti Prabowo yang membela koruptor dengan berkata. "Korupsinya gak seberapa..."

"Mas, saya sih mau pilih partai yang serius melawan korupsi dan intoleransi," ujar Abu Kumkum.

Saya cuma manggut-manggut.

Sudah, sudah...

***