Seorang ketua Partai ditangkap KPK. Apapun afiliasi politiknya, tetap saja yang namanya koruptor ya, harus dicaci. Soal kebetulan partainya mendukung Jokowi, tetap saja bukan alasan kita untuk membelanya.
Kita adalah rakyat. Dukungan pada Capres harus menggunakan kacamata rakyat. Apa kacamata rakyat?
Simpel. Apakah Capres itu punya kualitas untuk memajukan kesejahteraan umum. Mampu bertindak adil pada seluruh lapisan dan akhlaknya terjaga. Dia juga punya komitmen kuat untuk NKRI. Itulah alasan kita memilih Jokowi.
Dukungan kita pada Jokowi-Makruf adalah dukungan akal sehat. Dukungan tanpa pamrih.
Sementara bagi politisi mungkin beda lagi alasannya. Dukungan bisa berarti apa kompensasi yang bakal didapat. Apa manfaat politik dan ekonomi yang bisa diraih.
Makanya politisi bisa berpindah dukungan dengan cepat. Tergantung angin. Tergantung juga peluang. Kita gak usah heran.
Cara pandang itulah yang kita gunakan ketika menilai kasus OTG KPK terhadap Romahurmuzy, ketua umum PPP yang barusan ditangkap KPK. Iya, PPP merupakan salah satu partai pendukung Jokowi. Itu adalah bagian dari cara partai tersebut bermain politik.
Tapi, bukan berarti kita sebagai rakyat menjadi tidak objektif. Kalau ada politisi atau siapa saja yang korup. Dari partai manapun, mereka sejatinya tetap lawan kita. Meski secara politik saat ini mereka ada di kubu Jokowi.
Jika ada partai yang bermain-main dengan intoleransi, dari partai manapun, sesungguhnya mereka harus kita lawan.
Bagi kita, rakyat jelata, mendukung Jokowi justru untuk memerangi korupsi. Memerangi orang yang menggadaikan kekuasaan untuk ekonomi. Itu garis merahnya.
Artinya kita bisa sama pilihan politik. Tapi yang membedakan adalah alasannya. Yang membedakan adalah dasar pengambilan keputusannya.
Bagi kita, sehabis Jokowi dilantik nanti, kita akan kembali lagi ke kehidupan masing-masing. Menjalani aktifitas seperti biasanya. Kerja, kuliah, bertani, atau jadi pengusaha. Kemenangan Jokowi secara pribadi tidak langsung memberikan dampak bagi hidup kita sebagai personal.
Berbeda dengan para politisi. Kemenangan itu artinya posisi apa yang mungkin bisa diisi.
Itulah beda jenis dukungan rakyat dengan dukungan politisi.
Bukan berarti salah satu lebih benar. Tapi memang kita sadar semua ada posnya masing-masing. Kita menjalankan peran sejarah kita saja. Untuk masa depan bangsa ini.
Jika kita yakin korupsi adalah kanker yang menggerogoti bangsa ini, maka disitulah kita berpijak. Artinya jika ketua partai yang korupsi ternyata partainya mendukung Jokowi. Kita tahu bahwa itu juga bagian yang harus lawan. Bukan karena satu kubu kita kehilangan objektifitas.
Kasus penangkapan Romy ini pasti akan digiring oleh para kampret. Mereka ingin menjenalisir. Biar saja.
Justru inilah kesempatan kita. Nyatakan bahwa korupsi adalah musuh kita. Korupsi juga musuh Jokowi. Dan karena itulah kita mendukung Jokowi sebagai Presiden.
Jadi kalau kubu lawan memainkan isu penangkapan Romy, katakan pada mereka. Gak usah khawatir. Pandangan kita sama. Korupsi siapapun pelakunya adalah musuh kita. Musuh bersama.
Jangan pernah membela koruptor. Meski dia mendukung Capres yang sama.
Sebab kita adalah rakyat. Dan sebagai rakyat kita punya cara pandang sendiri.
Kita gak seperti Prabowo yang membela koruptor dengan berkata. "Korupsinya gak seberapa..."
"Mas, saya sih mau pilih partai yang serius melawan korupsi dan intoleransi," ujar Abu Kumkum.
Saya cuma manggut-manggut.
Sudah, sudah...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews