Ketika anak sedang belajar membaca ia akan mengenali berbagai bentuk-bentuk alfabet dan juga akan mempelajari bermacam bunyi setiap hurufnya. Misalnya, huruf K berbunyi ka, atau huruf C berbunyi ce.
Selanjutnya, mereka akan belajar dalam menyusun bunyi-bunyi tersebut supaya membentuk sebuah kata. Yaitu misalnya, huruf K dibaca sebagai cat. Akan tetapi, untuk seorang anak-anak yang sedang mengalami disleksia, karena otak mereka telah mengalami kesulitan untuk menghubungkan sebagian huruf dengan bunyi yang sudah dibunyikan menjadi suatu kata.
Kata cat mungkin dibaca sebagai gnicuk oleh mereka. Kondisi yang satu ini hingga akhirnya akan membuat proses belajar dalam menulis, membaca, dan mengeja menjadi sedikit terhambat.
Apa itu Penyakit Disleksia pada anak
Penyakit Disleksia ini telah dikategorikan gangguan saraf yang sudah ada pada bagian otak anak anda yang telah memproses bahasa. Walaupun menyebabkan kesulitan ketika menulis dan membaca, penyakit ini juga tidak akan mempengaruhi tingkat kecerdasan pada anak.
Disleksia ini juga bisa dialami oleh orang dewasa, bukan hanya dialami oleh anak-anak saja. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan yang tepat sejak dini untuk mengatasi disleksia. Yuk, simak gejala, penyebab, dan cara mengatasinya.
Penyebab Disleksia
Didalam dunia medis ini masih belum tahu pasti apa yang dapat menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit disleksia ini. Berbagai hipotesis muncul dan menyebutkan bahwa suatu kondisi ini justru berkaitan dengan sebuah kelainan genetik dari seorang keluarga yang mempengaruhi kinerja otak didalam proses berbahasa dan membaca.
Bahkan terdapat pula berbagai jenis penyebab lainnya misalnya yaitu seperti lahir dengan berat badan yang sangat rendah atau bahkan kelahiran prematur. Biasanya disebut bayi yang lahir dari ibu yang sedang menggunakan alkohol, narkoba, perokok.
Ataupun yang pernah mengalami infeksi itu bisa mempengaruhi perkembangan pada otak janin, dengan mempunyai kelainan pada tiap struktur otak yang sudah berperan didalam proses berpikir dan mengolah kata.
Biasanya Gejala Disleksiaentan ini mengalami kondisi seperti adanya alergi, demam dan eksim Disleksia pun dapat menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada setiap orang. Gejala-gejala ini dapat muncul pada usia berapa pun, tetapi biasanya terjadi pada masa kanak-kanak awal saat anak-anak masih belajar membaca.
Terdapat beberapa gejala yang akan dialami oleh seorang penderita disleksia yaitu dimulai dengan kesulitan dalam belajar membaca. Penderita disleksia mungkin mengalami kesulitan membaca meskipun kecerdasan mereka normal. Anak-anak akan tampak lebih lambat dalam membaca, mempelajari huruf, melafalkan angka dan kata, serta menyusun rangkaian huruf menjadi kata atau kalimat.
Selain itu, mereka juga berbicara sangat lambat. Terkadang mereka melakukan kesalahan saat mengucapkan kata atau membedakan bunyi yang berbeda. Anak-anak juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak seusianya, seperti merangkak, berjalan, atau berbicara.
Gejala lainnya ditandai dengan kesulitan mengoordinasikan gerakan tubuh, sehingga anak tampak lebih lemah dibandingkan anak lain seusianya. Mereka mengalami kesulitan mengoordinasikan mata dengan gerakan tangan. Kondisi ini dapat terlihat saat mengambil bola. Anak-anak juga lebih r, dan asma.
Diagnosis Disleksia
Untuk menentukan apakah seorang anak mengalami disleksia, dokter akan segera memeriksanya. Awalnya, dokter akan menanyakan gejala-gejala dan riwayat kesehatan keluarga. Kemudian, mereka akan melakukan tes kemampuan bicara, tes pengenalan huruf atau angka, dan tes pemahaman bacaan. Dalam beberapa kasus, tes psikologis dapat dilakukan untuk memahami kondisi psikologis anak.
Serangkaian tes membantu dokter menilai keterampilan bahasa lisan, termasuk mendengarkan dan berbicara, pengenalan kata, penamaan cepat, memori kerja verbal auditori, penguraian huruf, ejaan, pemrosesan fonologis, tingkat atau kelancaran membaca, pemahaman bacaan, dan kosakata. Biasanya dokter spesialis akan menentukan apakah anak tersebut memang benar mengalami disleksia.
Penanganan Disleksia
Sebenarnya, disleksia tidak dapat disembuhkan. Namun, terapi yang tepat dapat dilakukan untuk melatih anak agar mampu mengejar ketertinggalan di sekolah. Terdapat sejumlah terapi yang bisa dilakukan apabila ada yang menderita penyakit disleksia, misalnya seperti berikut dibawah ini.
Terapi Orton-Gillingham
Dalam trik ini biasanya penderita disleksia bisa mencocokkan huruf dengan berbagai macam bunyi dan mengenali bagaimana cara mengucapkan huruf tersebut. Metode ini berfokus pada pengajaran anak untuk membaca pada tingkat kata.
Instruksi Multisensori
Metode ini mengajarkan anak untuk menggunakan semua indranya seperti sentuhan, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan gerakan untuk membantu mereka belajar. Metode ini memungkinkan anak-anak belajar menggunakan indra terkuat mereka dan meningkatkan kemampuan indra terlemah mereka.
Terapi Metode Fonetik
Metode ini memanfaatkan kemampuan visual dan pendengaran anak. Metode satu ini melibatkan pengucapan huruf sesuai bunyi bacaannya. Misalnya, huruf B diucapkan sebagai "b," huruf C diucapkan sebagai "s," dan seterusnya. Anak-anak juga akan belajar mengeja, membaca, dan menulis, mengenali huruf dan urutan kata, serta menyusun kalimat untuk memahami kosakata baru.
Demikian penjelasan tentang Yuk Kenali apa itu Penyakit Disleksia pada anak seperti yang dilansir Toto Macau semoga bermanfaat, terimakasih.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews