Agamaku Prilaku

Masjid itu bernama Al-Qolbu, artinya "hati", tapi rencana akan kami ganti Masjid Sehati agar benar-benar menyatu.

Rabu, 27 April 2022 | 06:39 WIB
0
133
Agamaku Prilaku
Masjid (Foto: dok. Pribadi)

Tahun 2005 karena ada fasum kosong kami musyawarah untuk membuat mushola. Seperti biasa lazimnya pikiran mayoritas kami hanya membuat pemberitahuan kepada tetangga yang non muslim bahwa kami mau mendirikan mushola. 

Ada 3 warga yang protes menolak, tapi akhirnya melunak. Secara internal kami putuskan untuk tidak memasang pengeras suara di luar mengingat tetangga kanan kiri kami adalah non muslim, dan kami juga mahfum yang pas di depan mushola memelihara anjing dengan suara lolongan kerasnya. Kami tidak protes karena duluan ada kandang anjing dari mushola.

Setiap Ramadhan karena kegiatan tarawih kami juga berkunjung ke tetangga untuk sounding bahwa malam hari pasti akan ramai karena kegiatan Ramadhan, biasanya kami bawakan buah tangan sekedarnya. 

Selang 7 tahun disepakati mushola di jadikan masjid agar bisa dipakai jumatan. Visi misinya adalah selain untuk ibadah ritual juga sebagai kegiatan sosial. Pada saat peresmian kami undang tetangga non muslim kebetulan ada yg Hindu, Katholik dan Kristen.

Kegiatan sosial yang kami lekatkan adalah praktek dokter, koperasi dan Paud. Dokternya juga beragama Hindu, dr. Made.

Sebagai catatan internal yang harus dipegang kuat adalah bahwa tanah yang dipakai adalah tanah fasum warga, sehingga keberadaan masjid tidak boleh mendominasi termasuk lahan parkir harus disiapkan untuk dipakai warga sebagai sarana simpan mobil malam hari.

Intinya keberadaan masjid harus bermanfaat kepada warga sekitar tanpa ada sekat agama.

Sampai sekarang sudah 22 tahun keberadaan masjid tidak pernah ada masalah padahal populasi umat beragama di RT, 50% nya non muslim. 

Artinya toleransi itu begitu kuat pada saudara kita yang non muslim. Perumahan dimana kami tinggal ada 4.000 rumah, dalam kurun waktu 30 tahun sudah 6 masjid berdiri dan tidak ada satupun rumah ibadah agama lain. Mereka fine saja. Sementara kita mendirikan masjid di fasum milik bersama tapi kadang mendirikan masjid tanpa permisi.

Pernah beberapa kali jamaah masjid protes ke saya meminta agar dipasang toa, saya jawab bahwa tanah masjid ini adalah 50%nya kita numpang diatas hak kaum non muslim, terus masih mau menjajah kupingnya. Mereka berargumen untuk syiar, Saya jawab kalau mau syiar pakai prilaku malah lebih laku daripada pasang toa nambah polusi udara.

Terima kasih saudaraku sekemanusiaan, walau kita tak seiman tapi kita nyaman hidup berdampingan.

Masjid itu bernama Al-Qolbu, artinya "hati", tapi rencana akan kami ganti Masjid Sehati agar benar-benar menyatu.

***