Guru bukanlah profesi bagi orang-orang yang sekedar bergembira ketika tunjangan profesionalnya keluar.
Apa fungsi dari pendidikan yang dilakukan oleh semua bangsa dengan begitu serius…?!
Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya sadar dari sebuah bangsa untuk mempersiapkan generasi muda mereka agar tangguh dan tanggap untuk menjawab tantangan masa depan bangsa itu sendiri.
Pertanyaan yang muncul adalah : Mungkinkah pendidikan di sekolah-sekolah yang kita persiapkan untuk mencetak generasi muda tangguh untuk menjawab tantangan masa depan akan berhasil jika para guru sendiri tidak paham, tidak sadar, dan bahkan tidak mau tahu akan fungsi dan peran pentingnya? Tentu tidak.
Untuk memahami betapa pentingnya peran pendidikan bagi kelangsungan masa depan bangsa memang dibutuhkan guru yang professional. Mengapa…?!
Pendidikan bukanlah sekedar menyampaikan informasi pada siswa atau menjejali mereka dengan fakta-fakta. Pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan semua potensi siswa agar mereka mampu menjadi bermanfaat bagi negara, bangsa, dan alam semesta. Bukan sekedar agar mereka bisa hidup dan mendapatkan pekerjaan dengan pendidikan mereka. Hanya guru-guru professional berkarakter yang mampu melaksanakan tugas pendidikan dengan baik agar berhasil mencetak siswa-siswa yang berkembang penuh potensinya.
“Educational change depends on what teachers do and think – it’s as simple and as complex as that. It would all be so easy if we could legislate changes in thinking. Classrooms and schools become effective when (1) quality people are recruited to teaching, and (2) the workplace is organized to energize teachers and reward accomplishments," demikian kata Fullan dalam bukunya .” The New Meaning of Educational Change, 3rd ed. Fullan (2001:115).
Dunia pendidikan kita memang menghadapi masalah besar dengan kompetensi para gurunya. Seorang pengamat pendidikan dengan masygul berkata bahwa dunia pendidikan kita dilaksanakan oleh mayoritas orang-orang yang tidak kompeten. Banyak guru yang bahkan belum mampu sekedar melaksanakan kurikulum dari bidang studi yang diembannya. Bahkan untuk fungsi pengajaran saja banyak guru kita yang belum kompeten.
Padahal fungsi terpenting guru adalah untuk memotivasi siswa untuk melakukan pembelajaran yang berpusat pada dirinya sendiri, memberi dorongan pada siswa untuk berhasil dan tidak takut gagal, memberikan kepercayaan diri pada siswa untuk maju berkembang sesuai dengan kapasitas masing-masing, memberi inspirasi dan mimpi untuk diraih di masa depan, memasukkan tekad untuk hidup mulia dan bermartabat, dan peran-peran motivasional dan spiritual lainnya.
Untuk mencapai tingkatan itu memang tidak mudah karena para guru haruslah pertama-tama menyadari fungsi dan perannya secara jelas.
Guru bukanlah manusia yang meminta-minta, apalagi berdemonstrasi, untuk ditingkatkan kesejahteraannya. Guru harus memiliki kesadaran moral yang lebih tinggi dari sekedar bekerja untuk mendapatkan upah. Guru bukanlah profesi yang dicari karena bisa mendatangkan atau memberikan penghasilan yang besar.
Guru adalah profesi bagi orang-orang yang memang MEMILIKI JIWA MENGABDI bagi kemaslahatan bangsa dan negara. Guru adalah profesi bagi orang-orang yang memang ingin BERBAGI, MEMOTIVASI, DAN MENGINSPIRASI dunia di sekitarnya.
Penghasilan yang besar bukanlah tujuannya. Guru memiliki visi yang lebih jauh daripada itu, visi yang lebih bersifat spiritualistik ketimbang materialistik. Guru bukanlah profesi bagi orang-orang yang sekedar bergembira ketika tunjangan profesionalnya keluar.
Seorang guru pernah berbagi dengan mengatakan,: ” Ketika melihat murid-murid menjengkelkan dan melelahkan… maka hadirkanlah gambaran bahwa salah satu dari mereka kelak akan menarik tangan kita menuju surga. Kebahagiaan kita adalah saat menyadari murid kita adalah butiran tasbih pengabdian kita kepadaNya”
Surabaya, 31 Mei 2020
Satria Dharma
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews