Majalah FORUM, Kini Tinggal Kenangan

Di tangan Rachmat Ismail sedikit demi sedikit FORUM mengalami penurunan finansial. Karni Elyas pun banyak tidak cocok dengan Rachmat dan mengikuti jejak saya, keluar dari FORUM.

Sabtu, 21 Maret 2020 | 06:57 WIB
0
841
Majalah FORUM, Kini Tinggal Kenangan
HUT Majalah Forum (Foto: Dok. pribadi)

Dahulu, ketika majalah FORUM kami kelola, FORUM berhasil menjadi salah satu majalah hukum demokrasi yang terpandang di Indonesia. Sebelum di majalah FORUM, saya menjadi managing editor di harian Prioritas, harian berwarn pertama di Indonesia, milik Surya Paloh, Panda Nababan, Widjanarko Puspoyo dan beberapa nama lain. Pemimpin redaksinya, almarhum Nasarudin Hars. Di sini pula Bambang Soesyato, mantan ketua DPR dan saat ini ketua MPR, memulai karier kewartawanannya.

Tetapi harian ini lantas dibredel rezim Orde Baru, yang menteri peneranganya kala itu Harmoko, juga berasal dari wartawan.
Setelah harian Prioritas dibredel, saya membawa majalah Vista ke Surya Paloh, agar untuk sementara para wartawan tetap ada kerjaan. Saya membawa majalah Vista ke SP, sebutan untuk Surya Pakoh, karena kenal dengan Taufik Toha, keluarga Toha, pemilik Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) majalah Vista.

Waktu SIUPP majalah Vista mau diberi SP, Taufik Toha sempat bilang ke saya, “Nanti Wina saya beri bagian ya.” Saya tertawa saja. Sebagai wartawan muda yang masih begitu idealis (sampai sekarang, saya juga tetap “idealis”) saya tidak memikirkan soal seperti itu. Namun sampai terakhir, Taufik Toha tak sempat mengenapkan janjinnya memberi “bagian” dari transaksi SIUPP majalah Vista. Tapi karena saya sendiri sejak awal memang tidak mengharapkan hal itu, saya sama sekali tidak mempersoalkannya.

Nah, tatkala majalah FORUM bakal terbit, saya langsung “cabut” dari Vista dan memilih majalah FORUM. Sejak awal saya sudah yakin dan percaya, FORUM bakal menjelma menjadi majalah berpengaruh.Situasi sosial politik saat itu, dalam analisis saya, sangat memerlukan majalah seperti FORUM.

Sejarah Forum sendiri dimulai dengan “meminjam” Surat Izin Terbit SIT) majalah internal Kejaksaan Agung bernama “Caraka.” Ini dapat terjadi lantaran di belakang FORUM Keadilan waktu itu adaJaksa Agung Ismail Saleh dan Ketua Mahkamah Agung Ali Said. Pemred pertama pun, Suripto, dari kejaksaan. Dan Pemimpin Umum kala itu, Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negata (Jam Datum), Soehadibroto, yang sebelumnya menjadi Jaksa Tinggi Jakarta. Untuk menunjang finansial kami menggandeng Kartini Group, khususnya almarhum Lukman.

Setelah dua tahun, kami mengurus SIUPP ke Deppen. Semula namanya Suara Keadilan, tapi istilah “suara” untuk keadilan dinilai terlalu berat. Ismail Saleh dan Ali Said akhirnya sepanat memakai nama “Forum Keadilan.” Belakangan nama FORUMnya yang dikedepankan. Tentu Deppen tak berani menolak para petinggi hukum di Republik Indonesia saat itu. Dengan mudah kami memperoleh SIUPP. SIT “Caraka” milik Kejaksaan pun kami kembalikan.

Waktu dua tahun, selain kami memperokeh SIUPP, kami kembali menggandeng investor baru lagi: Tempo Group. Selain membawa uang, group Tempo juga membawa “pasukannya.” Di tataran pemimpin umum ada Erick Samola. Di unsur Pemimpin redaksi ada Karni Elyas. Tadinya Deppen minta saya yang jadi Pemred, tapi dengan sukarela yang “lobi” agar Pemred diberikan kepada Tempo. Rupanya Deppen setuju dengan saya dan Pemred FORUM akhirnya dijabat orang dari Tempo, Karni Elyias.
Sejak itu, majalah FORUM melejit sebagai majalah yang berpengaruh. Kesejahteraan juga sangat terjamin. Gaji relatif besar. Fasilitas oke.

Di tengah-tengah puncak kejayaan itu, masuk lagi investor baru yang menunjuk Rachmat Ismai, sebagai pelaksana. Sebenarnya Rachmat Ismail konco saya sewaktu sama-sama di ARH, sehingga dapat memudahkan komunikasi di antara kami. Namun kenyataan berbicara berbeda: di FORUM kami justeru mengalami banyak kesulitan komunikasi. Ada semacam “jarak” antara saya yang waktu menjadi tenaga wartawan, dan Rachmat Ismail yang datang belakangan senagai “manajemen baru.” Tak terhindarkan, saya pun “pamit” dari majalah yang kami besarkan ini.

Di tangan Rachmat Ismail sedikit demi sedikit FORUM mengalami penurunan finansial. Apalagi belakang Karni Elyas pun banyak tidak cocok dengan Rachmat dan mengikuti jejak saya, keluar dari FORUM. Maka majalah FORUM pun semakin terpuruk, baik kualitas, pengaruh maupun finansial.

Sebenarnya, saya pernah datang ke Rachmat Ismail, untuk “membeli” brand FORUM kembali. “Kalau Bung Rachman tidak lepas, FORUM nanti seperti harga HP. Makin lama harganya makin jatuh,” kata saya waktu itu. Sudah ada beberapa pertemuan penting, antara saya dengan Rachman Ismail, tetapi rupanya Rachmat Ismail tetap tidak bersedia menjual majalah FORUM ke saya.

Saya gak tahu alasannya apa. Mungkin “tidak sreg” melepas ke sesama alumi ARH, tapi lain, saya tidak faham. Tapi yang pasti akhirnya majalah FORUM menderita banyak kerugian, diperebutkan beberapa pihak dan diambil alih secara gratis oleh beberapa pihak juga.

Tentu FORUM mulai saat itu sudah kehilangan pengaruh dan kridibilitasnya. Dan saya pun memang sudah tidak ikut campur apapun lagi. Kini majalah FORUM tinggal kenangan.

***