Mudah-mudahan jeritan ortu murid ini didengar oleh para pihak penentu kebijakan. Akhirnya, ada keputusan yang tepat untuk menjaga keselamatan semua pihak.
"Pak, tolong sampaikan suara kami. Kami orang tua murid khawatir jika anak-anak harus masuk sekolah. Bagaimana nasibnya nanti? Apakah Bapak dan ibu guru mampu menjamin kesehatan dan keselamatan mereka? Tolong ya, Pak. Please... " begitu pesan yang masuk ke WA.
"Baik, Bu. Akan saya suarakan kehendak Ibu. Kami pun, para guru, juga khawatir. Selain mengawasi anak-anak, kami juga perlu menjaga diri sendiri. Ada ratusan anak di sekolah, tentu itu sangat sulit dipantau satu per satu" jawab guru berusaha menentramkan.
"Bener ya, Pak. Kami benar-benar mengkhawatirkan keselamatan anak-anak. Kan anak-anak pasti bermain dengan teman-temannya. Nah, saat itu tentu ada anak yang rajin menjaga kebersihan, tapi tentu juga ada anak yang abai dengan kebersihan. La kalau kebetulan anak saya yang kena, lalu pulang dan bertemu kami di rumah. Gimana coba, Pak. Kami benar-benar deg-degan" kata ibu ortu murid itu dengan emoticon sedih dan menangis.
"Sama kok, Bu. Kami pun khawatir juga. Terlebih rekan-rekan guru sudah tua-tua. Ini tentu lebih berisiko. Mudah-mudahan suara Ibu nanti didengar pemerintah dan segera ada kebijakan yang bisa bikin nyaman dan aman" balas guru dengan thumb senyum.
"Iya, Pak. Kami paham. Terima kasih banyak atas waktunya" balas ibu itu kemudian sambil menutup obrolan.
Itulah pesan yang masuk ke WA beberapa menit lalu. Sedih, turut berduka, merasa kurang nyaman dan beragam perasaan yang berkecamuk. Namun, sebagai guru, ortu murid harus diberikan jawaban yang pas. Jawaban yang bisa bikin hatinya lebih adem.
Posisi guru memang dilematis. Sebagai garda terdepan, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas kecerdasan generasi. Di sisi lain, guru juga harus berhadapan dengan sistem organisatoris yang saling berkaitan.
Baca Juga: Sistem Zonasi Bisa Diakali, Dorong Orangtua Lakukan Penipuan
Pada musibah wabah Corona seperti saat ini, guru juga menjadi pihak yang paling rentan tertular virus Corona. Ini bisa terjadi karena anak-anak berdatangan dari segala daerah. Tidak ada satu pun yang berani menjamin kesehatan mereka di rumah. Nah, saat anak-anak di sekolah, guru berhadapan dengan ratusan anak.
Bayangkan, betapa bahayanya posisi guru saat bertemu muka dengan anak-anak, bersalaman, bersenggolan, mungkin ada yang bersin dan lain-lain. Ini jelas sangat berbahaya bagi semuanya. Terlebih bagi guru karena rerata guru sudah berusia lanjut. Anda sudah tahu bahwa para manula adalah pihak yang paling rentan tertular virus Corona.
Mudah-mudahan jeritan ortu murid ini didengar oleh para pihak penentu kebijakan. Akhirnya, ada keputusan yang tepat untuk menjaga keselamatan semua pihak. Aamiin yra.....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews