Tiga Pilar Psikologi Positif

Masyarakat dilanda krisis kemampuan mengembangkan ketiga itu bisa menjadi pengungkit rasa saling percaya, yang dapat mendorong kekuatan positif menuju kehidupan bersama.

Minggu, 3 November 2019 | 06:02 WIB
0
1264
Tiga Pilar Psikologi Positif
Martin Seligman (Foto: TED Talks)

Dalam perjalanan kereta menuju Bandung, ditemani buku "Authentic Happiness" karya Martin Seligman (2017). Selama setengah abad terakhir, perhatian psikologi terkuras oleh persoalan "sakit mental" (mental illness): depresi, schizophrenia, alkoholisme, dll. Melupakan kenyataan bahwa kehendak manusia bukan sekadar mengoreksi kelemahan, tapi juga menumbuhkan kekuatan-makna hidup yang lebih positif.

Perjalanan kehidupan bukan sekadar bergerak dari minus lima ke minus tiga, lalu merasa lebih kurang menderita; tapi lebih dikehendaki bisa bergerak dari plus dua ke plus tujuh; terus tumbuh mengoptimalkan potensi dalam bahagia.

Tiba saatnya bagi psikologi untuk berusaha memahami emosi positif, membangun kekuatan dan kebajikan (virtue), dan menyediakan panduan untuk menemukan apa yang disebut Aristoteles sebagai "good life".

Dalam kaitan ini, tidak ada bukti bahwa kekuatan dan kebajikan berasal dari motivasi negatif. Kekuatan dan kebajikan tumbuh dari motivasi positif. Bukan keberhasilan yang mendorong optimisme, tapi optimisme-lah yg mendorong keberhasilan.

Psikologi positif dibangun di atas tiga pilar:

1.Studi tentang emosi positif: seperti kepercayaan diri, harapan, trust.
2. Studi kepribadian (traits) positif: kebajikan (virtues), kemampuan (abilities), inteligensia.
3. Studi ttg institusi-instusi positif: demokrasi substantif, keluarga sakinah, kebebasan pres yang sehat, keagamaan welas asih.

Pada saat masyarakat dilanda krisis, kemampuan mengembangkan ketiga itu bisa menjadi pengungkit rasa saling percaya, yang dapat mendorong kekuatan positif menuju kehidupan bersama yang lebih bermakna dan bahagia.

***