Kita sepakat kenjeng Rasul diturunkan untuk memperbaiki akhlak. Perbaiki perilaku. Menjauhkan kesombongan. Bukan mempersoalkan ukuran celana.
Ada teman yang menasehati tentang ucapan salam. "Mengucapkan salam itu hukumnya sunah. Menjawabnya wajib," kata teman saya.
Maksudnya?
"Jika ada orang mengucaokan Assalamualaikum, lalu kita gak mau menjawab. Kita dosa," ujarnya lagi.
Abu Kumkum nanya. "Kalau dia mengucapkan 'salam sejahtera. Semoga Tuhan memberkatimu', itu wajib dijawab gak?"
"Gak wajib. Kecuali dia bilang Assalamualaikum?"
"Jadi kamu hanya mau menjawab yang berbahasa arab saja?"
"Begitulah?"
"Sebetulnya yang ingin diajarkan.kanjeng Nabi akhlak tentang keramahan kepada sesama atau hanya ramah dengan yang bahasa aran saja?"
"Tapi pengertian agamanya begitu."
"Kalau ada orang bilang 'salam sejahtera untukmu', terus kamu cuek gak jawab. Apa bukan terkesan kamu sombong?"
"Bukannya mau sombong. Tapi gak wajib dijawab."
"Jadi agama mengajarkan kamu sombong? Tinggi hati? Kamu yakin kanjeng Rasul mengajarkan umatnya untuk sombong dan tinggi hati?"
"Gak gitu, Kum. Rasul diturunkan untuk memperbaiki akhlak manusia..."
"Kalau gitu, pasti Kanjeng Rasul memerintahkan kita membalas salam. Membalas keramahan semua orang juga dengan keramahan. Jikapun salamnya menggunakan bahasa lain juga harus dibalas. Itulah yang dinamakan akhlak."
"Tapi, kum..."
Aku yang dari tadi mendengar obrolan Kumkum dan temannya, senyam senyum sendiri. Kumkum memahami makna menjawab salam jauh lebih dalam ketimbang temannya yang hanya berputar pada teks.
Ada satu kisah. Rasulullah pernah menegur sahabat yang gamisnya berpanjang-panjang. Saat itu, memanjangkan gamis atau pakaian adalah bentuk kesombongan. Maksudnya mau gaya.
Sebetulnya sampai sekarang. Pakaian para raja biasanya nyengser terkewer-kewer sampai panjang. Hal itu untuk menunjukan kebesaran. Ada kesan sombong dengan pakaian itu.
Rasul menegur dia agar memendekkan gamisnya. Maksudnya agar para sahabat tidak bersombong-sombong dengan pakaiannya. Memendekkan pakaian agar terhindar dari kesombongan.
Tapi apa yang ditangkap sebagian orang sekarang? Pakaian kependekan adalah sunnah. Jadilah orang berebut pakai celana cingkrang.
Ini memang lucu. Makna teguran Nabi agar tidak bersombong-sombong dihilangkan. Yang diingat cuma saran kanjeng Nabi untuk memendekkan celana. Padahal kalaupun dulu kesombongan ditampilkan dengan gamis yang kependekan, pasti itu yang ditegur. Sebab Rasul mengajarkan umatnya agar tidak sombong. Bukan mengurus soal pakaian.
Jika memendekkan celana lalu keluar sifat sombong, bahwa dia paling beragama dibanding yang lainnya. Ya, sama saja.
Kita sepakat kenjeng Rasul diturunkan untuk memperbaiki akhlak. Perbaiki perilaku. Menjauhkan kesombongan. Bukan mempersoalkan ukuran celana.
Rasul juga memerintahkan menjawab salam agar kita beretika. Masa ada orang menunjukan keramahan kita malah melengos?
"Mas, bayarin kopinya, ya. Salam lekum," Abu Kumkum nyolek saya. Dia bangkit dari duduknya. Terus ngeloyor.
Kalau mendengar permintaan kayak ini, saya boleh melengos gak sih?
Eko Kuntadhi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews