Ada baiknya, Djarum dan klub lainnya justru road show keluar negeri mempromosikan pebulutangkis mereka agar bisa mewakili negara lain atau sponsor.
Djarum pamit karena semprotan KPAI soal iklan rokok. Tahun depan tidak ada lagi seleksi bakat unggulan bulutangkis yang sudah berlangsung puluhan tahun. Pencarian bakat akan terus berlangsung tanpa Djarum lewat klub-klub kenamaan.
Hilang bakat unggulan pebulutangkis Indonesia? Siapa yang perduli!
Toh pemerintah hanya mau enaknya saja mengambil bibit yang sudah matang ketika ada kejuaraan internasional. Selebihnya klub bahkan pebulutangkis sendiri yang membiayai turnamen internasional agar dapat peringkat.
Di luar itu mana peduli mereka.
Itu di kalangan pemerintah. Bagaimana dengan antusias masyarakat?
Tidak banyak perduli juga. Beberapa kali saya pergoki pebulutangkis di bandara. Cuma saya yang menyalami. Orang lain bengong sambil tanya, "Siapa tuh mas.. Kok ganteng amat!"
Masyarakat tidak lagi peduli bulutangkis. Mau juara dunia kek atau turnamen apalah. Tidak seperti jaman Susi Susanti. Pebulutangkis jadi pahlawan.
Tidak hanya bulutangkis. Masyarakat juga sudah tidak antusias dengan cabang olahraga lain.
Sepakbola? Berangkat dari aksi beringas Indonesia lawan Malaysia, malahan sebagian publik berharap Indonesia kalah lawan Thailand. Mereka sudah sedemikian muaknya melihat kelakuan barbar pecandu bola ditengah miskinnya prestasi persepakbolaan anak negeri.
Bahkan ada yang sangat jengkel sampai berujar:
"Biar mampus aja sekalian sepakbola kita. Gak ada gunanya selain menjadi ajang keributan."
Cabang olahraga lain juga tidak dibincangkan secara nasional. Media TV juga tidak memberikan porsi besar untuk tayangan olahraga dalam negeri.
Lengkaplah sudah centang perenang dunia olahraga kita.
Jadi benar Djarum menghentikan seleksi tahunan. Buat apa buang biaya milyaran toh masyarakat tidak mengapresiasi. Menang tidak dijadikan pahlawan. Kalah jadi hujatan. Memupuk bakat pun dijegal.
Ada baiknya, Djarum dan klub lainnya justru road show keluar negeri mempromosikan pebulutangkis mereka agar bisa mewakili negara lain atau sponsor. Mereka jauh menghargai pebulutangkis kita ketimbang perlakuan menyakitkan di dalam negeri.
Biar tahu.. Biar rasa.
Biar publik Indonesia merasakan pedih hatinya laksana tertusuk jarum, menyaksikan pemain kita berlaga untuk kepentingan negara lain dan menang di tanah airnya sendiri. Atau bekas tanah airnya sendiri.
Biar publik Indonesia dan para pemangku kepentingan merasakan itulah hasilnya jika kecintaan yang sepenuh hati akan kebanggaan negeri direnggut oleh perilaku tidak sopan yang sangat tidak menghargai usaha keras orang lain mengharumkan nama negara.
Sungguh saya menantikan momen itu...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews