Dunia sepakbola Indonesia atau PSSI selalu dirundung masalah organisasi dan minim prestasi. Alih-alih mencetak prestasi yang bisa mengharumkan nama negara atau organisasi PSSI, yang ada malah ribut sendiri antarpengurus PSSI.
Setelah gagal dalam Asian Games, sekalipun sebagai tuan rumah, sepakbola nasional atau Timnas gagal lagi dalam Piala AFF 2018. Bahkan dalam laga terakhir melawan Filipina Timnas Indonesia tidak sanggup mengalahkannya, padahal di kandang sendiri dengan banyak pendukung.
PSSI seperti tidak ada induk semang, kalau pun ada induk semang, ia sibuk dengan jabatan barunya sebagai gubernur Sumatera Utara.
Dulu PSSI sempat di suspend atau dihentikan oleh induk organisasi FIFA karena ada campur tangan pemerintah. Campur tangan pemerintah supaya PSSI mulai berbenah dan memperbaiki organisasi tersebut.
Maka tampilah sosok dari tentara dengan jabatan Pangkostrad, yaitu Edy Rahmayadi. Dengan harapan bisa memperbaiki PSSI dan memajukan sepakbola nasional.
Baru menjabat sebagai ketua PSSI, eee ada pilkada serentak dan ketua PSSI Edy Rahmayadi tergoda untuk menjadi calon sebagai gubernur Sumatera Utara. Dan melakukan lobi-lobi kepada partai supaya mendukung dirinya sebagai calon gubernur.
Tentu pilkada serentak itu menguras tenaga atau menyita waktu, sehingga tugas-tugas sebagai ketua PSSI yang baru disandangnya terbengkalai dan tak terurus dengan menejemen yang baik. Tugas-tugas sebagai ketua PSSI dialih tugaskan kepada bawahannya.
Bahkan pada waktu memasuki kampanye dalam pilkada serentak,ketua PSSI Edy Rahmayadi harus cuti sebagaimana aturan dari KPU. Padahal waktu itu ada perhelatan Asian Games.
Untuk memajukan sepakbola nasional,PSSI harus dijabat atau diurus oleh orang yang benar-benar mengabdikan dirinya atau fokus mengurus PSSI tanpa disambi dengan pekerjaan atau jabatan lainnya. Seperti yang terjadi sekarang,gubernur nyambi jadi ketua PSSI atau ketua PSSI nyambi jadi gebernur.
Sedangkan tugas-tugas gubernur saja sudah menyita waktu untuk memenuhi janji kampanye, masih harus ngurus sepakbola atau sebagai ketua PSSI. Hampir tidak mungkin bisa membagi waktu, apalagi dia bukan gubernur DKI Jakarta tapi gubernur Sumatera Utara yang jarak antara Jakarta dan Sumatera Utara cukup jauh.
Tentu sangat menyulitkan dalam berkoordinasi dengan bawahannya yang tinggal di Jakarta. Belum kalau ada rapat-rapat.
Mungkin hanya di Indonesia ketua PSSI nyambi menjadi gubernur. Jangan maruk dengan jabatan lah, lebih baik lepas salah satu.Mau menjadi ketua PSSI atau menjadi gubernur. Sepertinya milih menjadi gubernur, karena waktu itu ia sudah tidak sabar ingin dilantik menjadi gubernur.
Mundurlah pak Edy Rahmayadi dari ketua PSSI, berikan kepada yang lebih mampu dan banyak waktu untuk mengurusnya! Ini semua demi kesehatan juga.
Jangan sampai kekalahan Timnas ditimpakan kepada rekan-rekan wartawan. Sebagai seorang prajurit atau tentara harus berani bertanggung jawab atas kekalahan Timnas. Iki dadaku, mana dadamu, jangan malah meduding pihak lain sebagai penyebab kekalahan.
Sekali lagi mundurlah dari ketua PSSI!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews