Petaka Arogansi

Rabu, 24 Oktober 2018 | 07:19 WIB
0
497
Petaka Arogansi

Sikap "merasa paling" adalah kesombongan. Bahasa akademiknya "arogasi" dari bahasa Inggris, arrogance. Kesombongan adalah kesadaran yang rendah dan sikap mental yang buruk.

Manusia tak akan suka dengan kesombongan seseorang, Tuhan benci dan murka pada kesombongan manusia yang aslinya adalah lemah. "Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan setitik zarrah pun," kata Nabi SAW.

Kesombongan itu sumbernya banyak. Bisa karena kekayaan, karena pangkat dan kedudukan, karena keturunan, karena wajah dan penampilan, karena ilmu, bahkan karena kemiskinan.

Ada lagi kesombongan karena pengakuan. Mengaku paling baik, paling berjasa, paling berpengaruh, paling menolong, paling menentukan dll apalagi sering mengatakan pengakuannya itu pada orang lain.

Dalam konteks berbangsa, bernegara dan berkehidupan bersama, merasa paling Indonesia, paling membela tanah air, paling pancasilais dan paling NKRI adalah kesombongan. Lebih buruk lagi kalau tidak ada buktinya atau dipertanyakan orang.

Orang yang sering menyebut, menyatakan dan mengaku begitu PASTI tidak akan disukai orang, tidak akan disukai kompok lain, tidak akan disukai sesama warga negara, juga tidak disukai oleh Tuhan, Gusti Allah SWT.

Alasannya jelas. "Merasa paling" itu sikap yang tidak elok yang tidak boleh terbersit dalam hati. Merasa berjasa, kalau benar, tidak boleh diperlihatkan. Merasa sebagai orang baik jangan diakui, dan merasa pintar jangan merendahkan orang.

Orang yang dalam kehidupan bersama, yang posisinya sejajar dengan orang lain sesama warga negara, tapi dirinya merasa paling Indonesia, paling nasionalis, paling pancasilais dan paling NKRI, adalah orang yang sombong.

Kesombongannya itu tampak dengan merendahkan kelompok lain, mempertanyakan orang lain, memeriksa orang lain, menuduh orang lain, mempersekusi orang lain dst, sementara yang diserang dan disudutkannya itu mereka yang bersemangat dakwah menyampaikan ajaran agama dan kebenaran.

Kesombongan pasti akan dilecehkan orang lain. Tuhan dan kehidupan pasti menghukumnya. Aib dan kelemahannya jadi terbuka dan diperlihatkan kepada orang lain sebagai hukuman. Hukum sosial kesombongan dan arogansi memang begitu. Orang atau kaum yang sombong pasti akan jatuh oleh kesombongannya sendiri.

Pembakaran bendera tauhid yang kemudian mengundang ketersinggungan, hujatan dan cercaan umat Islam adalah tragedi sebagai buah dari kesombongan dan arogansi selama ini atas kelompok lain yang sering "merasa paling" itu: Paling Indonesia, paling kebhinekaan, paling Pancasilais dan paling NKRI, seolah yang lain tidak.

Semua warga negara dan rakyat Indonesia pasti punya jasa masing-masing terhadap bangsa dan negaranya dengan caranya masing-masing yang hanya Allah yang tahu persis peran masing-masingnya itu yang tak perlu diketahui orang lain. Jangan-jangan peran orang lain lebih banyak dari jasa kita yang kita akui.

Cukuplah Fir'aun, Abu Jahal, John Lennon, atau Conor McGregor kemarin, diantara sedikit orang yang telah memberikan pelajaran bagaimana kesombongan telah menjatuhkan mereka sendiri, dan kita sadar, kembali ke fitrah dengan belajar rendah hati yang itu akan memuliakan diri sendiri.

***