Sikap "merasa paling" adalah kesombongan. Bahasa akademiknya "arogasi" dari bahasa Inggris, arrogance. Kesombongan adalah kesadaran yang rendah dan sikap mental yang buruk.
Manusia tak akan suka dengan kesombongan seseorang, Tuhan benci dan murka pada kesombongan manusia yang aslinya adalah lemah. "Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan setitik zarrah pun," kata Nabi SAW.
Kesombongan itu sumbernya banyak. Bisa karena kekayaan, karena pangkat dan kedudukan, karena keturunan, karena wajah dan penampilan, karena ilmu, bahkan karena kemiskinan.
Ada lagi kesombongan karena pengakuan. Mengaku paling baik, paling berjasa, paling berpengaruh, paling menolong, paling menentukan dll apalagi sering mengatakan pengakuannya itu pada orang lain.
Dalam konteks berbangsa, bernegara dan berkehidupan bersama, merasa paling Indonesia, paling membela tanah air, paling pancasilais dan paling NKRI adalah kesombongan. Lebih buruk lagi kalau tidak ada buktinya atau dipertanyakan orang.
Orang yang sering menyebut, menyatakan dan mengaku begitu PASTI tidak akan disukai orang, tidak akan disukai kompok lain, tidak akan disukai sesama warga negara, juga tidak disukai oleh Tuhan, Gusti Allah SWT.
Alasannya jelas. "Merasa paling" itu sikap yang tidak elok yang tidak boleh terbersit dalam hati. Merasa berjasa, kalau benar, tidak boleh diperlihatkan. Merasa sebagai orang baik jangan diakui, dan merasa pintar jangan merendahkan orang.
Orang yang dalam kehidupan bersama, yang posisinya sejajar dengan orang lain sesama warga negara, tapi dirinya merasa paling Indonesia, paling nasionalis, paling pancasilais dan paling NKRI, adalah orang yang sombong.
Kesombongannya itu tampak dengan merendahkan kelompok lain, mempertanyakan orang lain, memeriksa orang lain, menuduh orang lain, mempersekusi orang lain dst, sementara yang diserang dan disudutkannya itu mereka yang bersemangat dakwah menyampaikan ajaran agama dan kebenaran.
Kesombongan pasti akan dilecehkan orang lain. Tuhan dan kehidupan pasti menghukumnya. Aib dan kelemahannya jadi terbuka dan diperlihatkan kepada orang lain sebagai hukuman. Hukum sosial kesombongan dan arogansi memang begitu. Orang atau kaum yang sombong pasti akan jatuh oleh kesombongannya sendiri.
Pembakaran bendera tauhid yang kemudian mengundang ketersinggungan, hujatan dan cercaan umat Islam adalah tragedi sebagai buah dari kesombongan dan arogansi selama ini atas kelompok lain yang sering "merasa paling" itu: Paling Indonesia, paling kebhinekaan, paling Pancasilais dan paling NKRI, seolah yang lain tidak.
Semua warga negara dan rakyat Indonesia pasti punya jasa masing-masing terhadap bangsa dan negaranya dengan caranya masing-masing yang hanya Allah yang tahu persis peran masing-masingnya itu yang tak perlu diketahui orang lain. Jangan-jangan peran orang lain lebih banyak dari jasa kita yang kita akui.
Cukuplah Fir'aun, Abu Jahal, John Lennon, atau Conor McGregor kemarin, diantara sedikit orang yang telah memberikan pelajaran bagaimana kesombongan telah menjatuhkan mereka sendiri, dan kita sadar, kembali ke fitrah dengan belajar rendah hati yang itu akan memuliakan diri sendiri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews